Meja UN dinilai terlalu dekat
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) hari pertama berjalan lancar. Pemerintah tidak menemukan kendala distribusi soal ke sekolah-sekolah pelaksana UN di Surabaya.
Fakta ini terlihat dalam inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur, Dewan Pendidikan Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), DPRD Jawa Timur, DPRD Surabaya dan Polda Jawa Timur.
Tim gabungan ini bersinergi untuk melihat proses pelaksanaan UN di SMAN 10, SMKN 6, MAN Surabaya, dan SMA Bayangkari. Dalam sidak ini, tim tidak menemukan kejanggalan dalam pelaksanaan UN karena semua telah dipersiapkan dengan baik.
Diantara pejabat yang mengikuti sidak adalah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kepala Dindik Jatim Harun, Kepala Dindik Surabaya Ikhsan, Kepala Kanwil Kemenag Jatim Sudjak, Kepala Dewan Pendidikan Jatim Zainudin Maliki, Koordinator pengawas dari Perguruan Tinggi (PT), Muchlas Samani, dan anggota DPRD Surabaya.
"Proses ujian berjalan dengan baik. Saya rasa hasilnya akan baik juga," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, kemarin.
Risma mengatakan, sekolah telah menyiapkan seluruh siswanya dalam mengerjakan soal termasuk siswa inklusi yang memiliki kebutuhan khusus. Segala cara untuk menghadapi UN telah dilakukan, tetapi Pemkot tidak pernah mentargetkan supaya lulus 100 persen.
Hal ini dilakukan supaya UN di Surabaya jujur. Karena dengan kejujuran maka karakter siswa akan terbentuk. Selain itu, siswa bisa mengerti arti UN. "Tidak ada target. Yang penting UN lancar dalam pelaksanaannya, tentunya dilakukan dengan jujur," ujar Risma.
Sementara itu, Kepala Dindik Jatim Harun mengatakan, sidak yang dilakukan kemarin sebagai bagian dari sinergi dari komponen di dunia pendidikan. "Mereka adalah para stake holder pendidikan. Bila ada permasalahan di lapangan bisa langsung teratasi karena semua pihak ada. Termasuk pengawas independen," katanya.
Harun mengatakan, untuk kelancaran UN, sebanyak 2.622 pengawas dari sejumlah perguruan tinggi dikerahkan dalam UN tahun ini. Sejumlah PT itu adalah Unesa, ITS, Unair, IAIN Sunan Ampel, UM, Unibraw, Unej, UIN Malik Ibrahim, dan Unijoyo. "Semua sudah sinergi, hasilnya UN berjalan lancar," ujar dia.
Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Zainuddin Maliki mengatakan, secara global pelaksanan UN berjalan lancar. Namun ada beberapa persoalan yang harus dibenahi, diantaranya jarak siswa dalam mengerjakan soal UN. "Ini jaraknya terlalu dekat," katanya saat meninjau di SMAN 10 Surabaya.
Zainuddin menerangkan, dengan melihat kondisi SMAN 10, pengawas harus lebih serius dan berhati-hati dalam melakukan pengawasan. Mereka harus jeli supaya tidak kecolongan. "Kondisi ini membahayakan juga," ujar dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya Eddi Budi Prabowo mengaku agak sedikit kecewa dengan persiapan UN. Menurutnya ada beberapa ruangan yang perlu dilakukan pembenahan dalam penataan meja, karena jarak terlali dekat. "Harus diubah penataan meja di SMAN 10," katanya.
Selain itu, ada beberapa meja yang tidak dibersihkan didalam ruangan. Padahal meja tersebut tidak digunakan siswa mengerjakan soal. Dengan kondisi ini, penhawas masih belum jeli dan teliti karena tidak bisa mengarahkan sekolah dalam penataanya. "Sebaiknya segera dipindahkan meja-meja itu. Itu berpeluang terjadi kecurangan," beber dia.(wbs)
Fakta ini terlihat dalam inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur, Dewan Pendidikan Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), DPRD Jawa Timur, DPRD Surabaya dan Polda Jawa Timur.
Tim gabungan ini bersinergi untuk melihat proses pelaksanaan UN di SMAN 10, SMKN 6, MAN Surabaya, dan SMA Bayangkari. Dalam sidak ini, tim tidak menemukan kejanggalan dalam pelaksanaan UN karena semua telah dipersiapkan dengan baik.
Diantara pejabat yang mengikuti sidak adalah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kepala Dindik Jatim Harun, Kepala Dindik Surabaya Ikhsan, Kepala Kanwil Kemenag Jatim Sudjak, Kepala Dewan Pendidikan Jatim Zainudin Maliki, Koordinator pengawas dari Perguruan Tinggi (PT), Muchlas Samani, dan anggota DPRD Surabaya.
"Proses ujian berjalan dengan baik. Saya rasa hasilnya akan baik juga," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, kemarin.
Risma mengatakan, sekolah telah menyiapkan seluruh siswanya dalam mengerjakan soal termasuk siswa inklusi yang memiliki kebutuhan khusus. Segala cara untuk menghadapi UN telah dilakukan, tetapi Pemkot tidak pernah mentargetkan supaya lulus 100 persen.
Hal ini dilakukan supaya UN di Surabaya jujur. Karena dengan kejujuran maka karakter siswa akan terbentuk. Selain itu, siswa bisa mengerti arti UN. "Tidak ada target. Yang penting UN lancar dalam pelaksanaannya, tentunya dilakukan dengan jujur," ujar Risma.
Sementara itu, Kepala Dindik Jatim Harun mengatakan, sidak yang dilakukan kemarin sebagai bagian dari sinergi dari komponen di dunia pendidikan. "Mereka adalah para stake holder pendidikan. Bila ada permasalahan di lapangan bisa langsung teratasi karena semua pihak ada. Termasuk pengawas independen," katanya.
Harun mengatakan, untuk kelancaran UN, sebanyak 2.622 pengawas dari sejumlah perguruan tinggi dikerahkan dalam UN tahun ini. Sejumlah PT itu adalah Unesa, ITS, Unair, IAIN Sunan Ampel, UM, Unibraw, Unej, UIN Malik Ibrahim, dan Unijoyo. "Semua sudah sinergi, hasilnya UN berjalan lancar," ujar dia.
Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Zainuddin Maliki mengatakan, secara global pelaksanan UN berjalan lancar. Namun ada beberapa persoalan yang harus dibenahi, diantaranya jarak siswa dalam mengerjakan soal UN. "Ini jaraknya terlalu dekat," katanya saat meninjau di SMAN 10 Surabaya.
Zainuddin menerangkan, dengan melihat kondisi SMAN 10, pengawas harus lebih serius dan berhati-hati dalam melakukan pengawasan. Mereka harus jeli supaya tidak kecolongan. "Kondisi ini membahayakan juga," ujar dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya Eddi Budi Prabowo mengaku agak sedikit kecewa dengan persiapan UN. Menurutnya ada beberapa ruangan yang perlu dilakukan pembenahan dalam penataan meja, karena jarak terlali dekat. "Harus diubah penataan meja di SMAN 10," katanya.
Selain itu, ada beberapa meja yang tidak dibersihkan didalam ruangan. Padahal meja tersebut tidak digunakan siswa mengerjakan soal. Dengan kondisi ini, penhawas masih belum jeli dan teliti karena tidak bisa mengarahkan sekolah dalam penataanya. "Sebaiknya segera dipindahkan meja-meja itu. Itu berpeluang terjadi kecurangan," beber dia.(wbs)
()