Gempa Aceh 2012 tidak banyak kerusakan, kenapa?

Jum'at, 13 April 2012 - 11:08 WIB
Gempa Aceh 2012 tidak...
Gempa Aceh 2012 tidak banyak kerusakan, kenapa?
A A A
Sindonews.com - Gempa berkekuatan 8,6 skala richter (versi USGS) membuat Aceh, Sumatera, kembali dalam sorotan. Banyak pihak yang masih bersyukur karena gempa berkekuatan besar tersebut tidak menimbulkan banyak kerusakan seperti gempa tsunami 2004.

Saat gempa 2004, Serambi Mekah luluh lantak. Ratusan ribu jiwa menjadi korban. Lalu timbul pertanyaan, kenapa gempa besar kali ini tidak merusak? Pertanyaan ini tentu saja bukan berharap ada kerusakan parah, tetapi lebih didorong bagaimana penjelasan ilmiahnya.

Jawaban tersebut diungkapkan peniliti Bidang Dinamika Bumi dan Bencana Alam Puslit Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Nugroho Hananto. Menurutnya, gempa 11 April kemarin terjadi di kedalaman 10 hingga 30 kilometer di oceanic basin atau kerak samudera yang jaraknya sekira 120 kilometer luar zona subduksi di Sumatera. Zona subduksi adalah pertemuan lempeng Indoaustralia dan lempeng kontinental Eurasia.

Kata Nugroho, gerak gempa 11 April bersifat bergeser, bukan turun-naik, meskipun ada beberapa komponen yang turun. “Sehingga tidak membuat tsunami,” jelas Nugroho, dalam diskusi gempa dengan wartawan di Bandung, Kamis 12 April kemarin.

Sumber gempa 11 April jauh di luar zona subduksi. Akibatnya energi gempa harus melewati banyak material dasar laut termasuk meloncati zona subduksi. Gelombang gempa tersebut harus melewati batuan yang memiliki daya hantar energi berbeda. Sehingga gelombang gempa bisa diserap atau diperkuat.

Nugroho melanjutkan, perjalanan energi melalui berbagai media itulah yang membuat getaran gempa 11 April tidak terlalu besar. Ketika energi sampai ke daratan, kekuatannya diperkirakan sebesar 3 sampai 4 MMI (besaran gempa yang dirasakan manusia).

"Jika media atau jalan gempanya keras, misalnya berupa bebatuan keras, energi gempa akan makin kuat. MMI yang dihasilkan bisa besar. Tetapi sebaliknya, jika media itu lunak, energi gempa akan melemah ketika samapai di daratan," paparnya.

Lanjut dia, gempa di kerak samudra itu melewati jalan yang berbeda-beda. Gempa harus masuk ke dalam zona subduksi yang berupa remukan-remukan sedimen, batuan kerak samudra, sehingga bisa jadi meredam getaran yang dirasakan. Sedangkan jarak pusat gempa dari muka subduksi mencapai 120 kilometer.

“Gempa 11 April selain jauh juga ada faktor lain yang memperlemah energi. Energi gempa 11 April berhenti di muka subduksi itu,” jelasnya.

Maka, kata Nugroho, berbicara gempa aceh 11 April tentu berbeda dengan kasus gempa Aceh 2004 yang terjadi di megatrush dalam zona subduksi di 30 kilometer permukaan dasar laut. ” Jadi kita bicarakan dua evet yang beda. Antara April 2012 dan gempa Aceh 2004, itu dalam dua sistem berbeda,” katanya.

Berbeda dengan gempa Aceh 2004 yang menghasilkan MMI yang sangat besar. Selain itu, gempa juga menghasilkan tsunami yang sangat besar, yang menjalar dari Aceh hingga pulau Andaman samudera hindia. Gempa ini terjadi di dalam penunjaman lempeng, yang bergerak adalah megatrush di dalam zona subduksi.

Energi gempa Aceh 2004 menjalar lewat patahan-patahan yang kuat sehingga menghasilkan MMI yang hebat. Meski sudah melewati 1.300 meter sejak dari pusat gempa, energinya tetap masih kuat. Patahan tersebut disebut West Andaman Fault yang mengara ke utara. Waktu itu, pascagempa 2004 LIPI mencatat kegempaan susulan hingga tiga bulan ke depan, meski skalanya kecil-kecil.

Dia menyimpulkan, adanya gempa di Aceh yang berasal dari dua sistem yang berbeda membuktikan bahwa sumber gempa itu banyak. Selama ini, potensi gempa di Sumatera bersumber dari zona subduksi dan sesar besar Sumatera. Dengan adanya gempa 11 April kemarin menunjukkan bahwa kerak samudera juga berpotensi menyebabkan gempa besar, meskipun dampaknya relatif kecil di daratan.

Namun, dari mana pun sumber gempanya masyarakat diimbau tetap waspada. Jangan berpikir jauh tidaknya sumber gempa, tetapi bagaimana cara mengevakuasi diri yang efektif. “Masih ada potensi gempa lain yang mungkin kita belum kenal. Masyarakat harus patuh pada otoritas (gempa) yang ada dan tetap waspada,” pungkasnya. (wbs)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0582 seconds (0.1#10.140)