Lambat ditangani RS, bayi hembuskan nafas terakhir
A
A
A
Sindonews.com - Akibat pelayanan perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Daeng Radja Bulukumba yang terkesan terlambat dan cuek dalam memberikan pertolongan, keluarga salah seorang pasien di Perawatan I RSUD Bulukumba mengamuk.
Kamriady, orangtua pasien yang bernama Aco, warga Kelurahan Kasimpureng, Kecamatan Ujung Bulu, mengamuk lantaran putranya yang menderita penyakit Lendir dan demam terlambat dilayani. Akibatnya, Aco bayi yang baru berumur 23 hari ini tidak dapat lagi ditolong hingga mengembuskan nafas terakhir di RSUD.
"Iya, saya mengamuk karena perawat terlambat memberikan pelayanan. Obat dan darah yang dibutuhkan untuk pengobatan anak saya (Aco) semua sudah disiapkan," ungkap Kamriady saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Kasimpureng, Minggu (8/4/2012).
Menurut Kamriady, pihaknya menyiapkan darah untuk pengobatan anaknya karena darah yang dibutuhkan yakni AB di RSUD sedang habis. Namun, setelah semua disiapkan, perawat tidak langsung melayani, nanti berselang dua jam kemudian baru dilayani.
"Seharusnya perawat tidak memperlambat pelayanan karena kondisi bayi sudah gawat. Apalagi, darah dan obat lainnya sudah disiapkan dan harus dipasang cepat kepada pasien. Tapi ini tidak. Nanti ada desakan baru dilakukan pemasangan, yang mengakibatkan kondisi bayi tidak bisa lagi ditolong," tutur Kamdiady dengan nada kecewa.
Dia menilai, pelayanan di RSUD tidak berjalan maksimal karena petugas perawat yang ditempatkan di beberapa ruang perawatan merupakan petugas yang tergolong baru. Padahal, seharusnya ada perawat senior karena ini menyangkut nyawa seorang pasien sehingga membutuhkan yang lebih pengalaman.
"Kita tidak meragukan kualitas. Tetapi, harus ada senior yang mendampingi karena dikhawatirkan nanti salah pasang khususnya penyakit lendir," harapnya.
Selain itu, Kamriady menyarankan agar pihak RSUD Bulukumba selalu siaga terutama darah yang dibutuhkan pasien. Sebab, ini merupakan tanggungjawab RSUD menyiapkan meski pasien juga harus waspada.
"Kami tidak mempersalahkan siapa-siapa. Namun, kami sesalkan karena pelayanan terlambat, itu saja," ungkapnya.
Salah seorang perawat RSUD Bulukumba Musfirah mengaku, bahwa pihak RSUD sudah memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Hanya saja, kondisi bayi memang sudah gawat karena menderita penyakit lendir dan demam.
"Kita sudah bekerja sesuai prosuder dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Namun, kadang orangtua tidak memahami kondisi itu. Apalagi, kondisi bayi memang sulit sembuh karena menderita penyakit lendir dan demam yang sudah cukup parah," jelas Musfirah, di Perawatan I RSUD Bulukumba.
Terkait permintaan uang jaminan kepada pasien sebesar Rp200 ribu sebelum korban dibawa pulang ke rumahnya, menurut Musfirah, sebagai uang jaminan karena biaya pengobatan gratis belum berlaku karena belum masuk dalam daftar Kartu Keluarga (KK) Kamriady. Sehingga harus diuruskan kembali supaya mengunakan pengobatan secara gratis.
"Uang itu tetap dikembalikan, setelah melengkapi semua administrasi yang ada," tegasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Keuangan dan Program RSUD Bulukumba Muhammad Sabir mengaku, pihaknya belum menerima laporan adanya keluarga pasien mengamuk tersebut. Namun, dia berjanji akan menanyakan langsung kepada perawat yang bertugas soal penyebabnya sehingga orangtua pasien mengamuk.
"Sebaiknya, jangan dulu dimuat, sebelum saya konfirmasi ke perawat yang bertugas di sana," tandasnya.(azh)
Kamriady, orangtua pasien yang bernama Aco, warga Kelurahan Kasimpureng, Kecamatan Ujung Bulu, mengamuk lantaran putranya yang menderita penyakit Lendir dan demam terlambat dilayani. Akibatnya, Aco bayi yang baru berumur 23 hari ini tidak dapat lagi ditolong hingga mengembuskan nafas terakhir di RSUD.
"Iya, saya mengamuk karena perawat terlambat memberikan pelayanan. Obat dan darah yang dibutuhkan untuk pengobatan anak saya (Aco) semua sudah disiapkan," ungkap Kamriady saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Kasimpureng, Minggu (8/4/2012).
Menurut Kamriady, pihaknya menyiapkan darah untuk pengobatan anaknya karena darah yang dibutuhkan yakni AB di RSUD sedang habis. Namun, setelah semua disiapkan, perawat tidak langsung melayani, nanti berselang dua jam kemudian baru dilayani.
"Seharusnya perawat tidak memperlambat pelayanan karena kondisi bayi sudah gawat. Apalagi, darah dan obat lainnya sudah disiapkan dan harus dipasang cepat kepada pasien. Tapi ini tidak. Nanti ada desakan baru dilakukan pemasangan, yang mengakibatkan kondisi bayi tidak bisa lagi ditolong," tutur Kamdiady dengan nada kecewa.
Dia menilai, pelayanan di RSUD tidak berjalan maksimal karena petugas perawat yang ditempatkan di beberapa ruang perawatan merupakan petugas yang tergolong baru. Padahal, seharusnya ada perawat senior karena ini menyangkut nyawa seorang pasien sehingga membutuhkan yang lebih pengalaman.
"Kita tidak meragukan kualitas. Tetapi, harus ada senior yang mendampingi karena dikhawatirkan nanti salah pasang khususnya penyakit lendir," harapnya.
Selain itu, Kamriady menyarankan agar pihak RSUD Bulukumba selalu siaga terutama darah yang dibutuhkan pasien. Sebab, ini merupakan tanggungjawab RSUD menyiapkan meski pasien juga harus waspada.
"Kami tidak mempersalahkan siapa-siapa. Namun, kami sesalkan karena pelayanan terlambat, itu saja," ungkapnya.
Salah seorang perawat RSUD Bulukumba Musfirah mengaku, bahwa pihak RSUD sudah memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Hanya saja, kondisi bayi memang sudah gawat karena menderita penyakit lendir dan demam.
"Kita sudah bekerja sesuai prosuder dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Namun, kadang orangtua tidak memahami kondisi itu. Apalagi, kondisi bayi memang sulit sembuh karena menderita penyakit lendir dan demam yang sudah cukup parah," jelas Musfirah, di Perawatan I RSUD Bulukumba.
Terkait permintaan uang jaminan kepada pasien sebesar Rp200 ribu sebelum korban dibawa pulang ke rumahnya, menurut Musfirah, sebagai uang jaminan karena biaya pengobatan gratis belum berlaku karena belum masuk dalam daftar Kartu Keluarga (KK) Kamriady. Sehingga harus diuruskan kembali supaya mengunakan pengobatan secara gratis.
"Uang itu tetap dikembalikan, setelah melengkapi semua administrasi yang ada," tegasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Keuangan dan Program RSUD Bulukumba Muhammad Sabir mengaku, pihaknya belum menerima laporan adanya keluarga pasien mengamuk tersebut. Namun, dia berjanji akan menanyakan langsung kepada perawat yang bertugas soal penyebabnya sehingga orangtua pasien mengamuk.
"Sebaiknya, jangan dulu dimuat, sebelum saya konfirmasi ke perawat yang bertugas di sana," tandasnya.(azh)
()