Antropolog politik: Kekerasan model kampanye delegitimasi
A
A
A
Sindonews.com - Teuku Kemal Fasha, Antropolog Politik Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe, menyatakan kekerasan terkait Pilkada Aceh, tidak sepenuhnya by design dari kandidat, melainkan juga dampak keyakinan para pendukung.
"Tidak jalannya upaya hukum, membuat pendukung yakin hanya kekerasan model tepat mendelegitimasi kekuatan musuh dan menurunkan mental," kata Kemal, Sabtu (7/4/2012).
Menurut dosen FISIP Unimal itu, agar hari pencoplosan 9 April nanti berlangsung damai, polisi harus menindak pelaku kekerasan. Selain itu, Komisi Independen Pemilihan (KIP) serta Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) harus bersikap tegas terhadap pelanggar hukum dan demokrasi.
"Kalau kekerasan terjadi saat pilkada berarti kemunduran dari pilkada sebelumnya dimana Aceh menjadi model bagi Indonesia," katanya.
Ia berharap para kandidat dapat berlaku arif saat pencoblosan. Menurut kolumnis sejumlah media nasional ini, sikap curang para kandidat dalam tahapan pilkada akan membuat tahapan selanjutnya semakin rumit.
"Kandidat terlanjur black campaign terhadap kandidat lain, ini cacat dan mencederai sejarah pilkada Aceh," terangnya. (wbs)
"Tidak jalannya upaya hukum, membuat pendukung yakin hanya kekerasan model tepat mendelegitimasi kekuatan musuh dan menurunkan mental," kata Kemal, Sabtu (7/4/2012).
Menurut dosen FISIP Unimal itu, agar hari pencoplosan 9 April nanti berlangsung damai, polisi harus menindak pelaku kekerasan. Selain itu, Komisi Independen Pemilihan (KIP) serta Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) harus bersikap tegas terhadap pelanggar hukum dan demokrasi.
"Kalau kekerasan terjadi saat pilkada berarti kemunduran dari pilkada sebelumnya dimana Aceh menjadi model bagi Indonesia," katanya.
Ia berharap para kandidat dapat berlaku arif saat pencoblosan. Menurut kolumnis sejumlah media nasional ini, sikap curang para kandidat dalam tahapan pilkada akan membuat tahapan selanjutnya semakin rumit.
"Kandidat terlanjur black campaign terhadap kandidat lain, ini cacat dan mencederai sejarah pilkada Aceh," terangnya. (wbs)
()