KIP Aceh simulasi pilkada untuk penyandang cacat
A
A
A
Sindonews.com - Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh menyelenggarakan simulasi pemilihan kepala daerah (pilkada) Aceh. Pesertanya 85 orang para penyandang cacat dari seluruh Aceh.
Para penyandang cacat diajarkan tata cara pemilihan pada 9 April mendatang. Ilham Saputra, Wakil Ketua KIP Aceh, mengatakan penyandang cacat merupakan kelompok masyarakat yang selama ini terlupakan.
“Padahal mereka memiliki hak yang sama sebagai warga negara,” kata Ilham.
Ilham mengatakan pihaknya kesulitan data penyandang cacat. Dampaknya, KIP Aceh kesulitan menyediakan logistik yang akomodatif.
“Kalau kita cetak semua surat suara menggunakan huruf braile dengan alasan untuk mengakomodasi para tunanetra, tentu saja biayanya akan sangat membengkak. Di samping itu tidak semua tunanetra juga mampu membaca braile,” ujarnya.
Untuk mengatasinya, tambah Ilham, para tuna netra dapat menggunakan pendamping yang dipercaya saat pencoblosan asalkan surat suaranya tidak dicoblos oleh pendampingnya.
“Selain tunanetra, penyandang tunadaksa juga mengeluh. Desain kotak suara di TPS tingginya setengah badan orang dewasa, sehingga mereka yang menggunakan kursi roda tentu saja tidak dapat menjangkaunya,” katanya.
Oleh karena itu, kata Ilham, KIP Aceh akan mengirimkan surat edaran agar penyelenggara di daerah memperhatikan keberadaan dan akses untuk penyandang cacat mengingat banyaknya persoalan yang dihadapi mereka.
Erlina Marlinda, seorang tunadaksa, mengatakan, saat memilih ia kesulitan memasukkan surat suara ke dalam kotak suara. Sebab, letak kotak suara terlalu tinggi sehingga menyulitkan dirinya.
“Mungkin itu yang perlu diperhatikan oleh petugas di TPS nanti,” ujar Erlina, warga Lamteumen Timur, Banda Aceh.
Sementara itu, M. Nur mengaku sudah memiliki informasi yang cukup menegani kandidat kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin Aceh lima tahun ke depan. Ia dengan lancar menyebutkan lima pasang calon gubernur dan wakil gubernur, lengkap dengan nomor urutnya.
“Saya tahu informasi calon dari radio dan koran,” ujar M. Nur, warga Desa Cot Nuran, Kecamatan Keumala, Pidie. “Kalau koran, ada kawan yang membacakannya setiap hari.” (wbs)
Para penyandang cacat diajarkan tata cara pemilihan pada 9 April mendatang. Ilham Saputra, Wakil Ketua KIP Aceh, mengatakan penyandang cacat merupakan kelompok masyarakat yang selama ini terlupakan.
“Padahal mereka memiliki hak yang sama sebagai warga negara,” kata Ilham.
Ilham mengatakan pihaknya kesulitan data penyandang cacat. Dampaknya, KIP Aceh kesulitan menyediakan logistik yang akomodatif.
“Kalau kita cetak semua surat suara menggunakan huruf braile dengan alasan untuk mengakomodasi para tunanetra, tentu saja biayanya akan sangat membengkak. Di samping itu tidak semua tunanetra juga mampu membaca braile,” ujarnya.
Untuk mengatasinya, tambah Ilham, para tuna netra dapat menggunakan pendamping yang dipercaya saat pencoblosan asalkan surat suaranya tidak dicoblos oleh pendampingnya.
“Selain tunanetra, penyandang tunadaksa juga mengeluh. Desain kotak suara di TPS tingginya setengah badan orang dewasa, sehingga mereka yang menggunakan kursi roda tentu saja tidak dapat menjangkaunya,” katanya.
Oleh karena itu, kata Ilham, KIP Aceh akan mengirimkan surat edaran agar penyelenggara di daerah memperhatikan keberadaan dan akses untuk penyandang cacat mengingat banyaknya persoalan yang dihadapi mereka.
Erlina Marlinda, seorang tunadaksa, mengatakan, saat memilih ia kesulitan memasukkan surat suara ke dalam kotak suara. Sebab, letak kotak suara terlalu tinggi sehingga menyulitkan dirinya.
“Mungkin itu yang perlu diperhatikan oleh petugas di TPS nanti,” ujar Erlina, warga Lamteumen Timur, Banda Aceh.
Sementara itu, M. Nur mengaku sudah memiliki informasi yang cukup menegani kandidat kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin Aceh lima tahun ke depan. Ia dengan lancar menyebutkan lima pasang calon gubernur dan wakil gubernur, lengkap dengan nomor urutnya.
“Saya tahu informasi calon dari radio dan koran,” ujar M. Nur, warga Desa Cot Nuran, Kecamatan Keumala, Pidie. “Kalau koran, ada kawan yang membacakannya setiap hari.” (wbs)
()