Jangan biarkan siswa kreatif direkrut asing
A
A
A
Sindonews.com - Siswa di Indonesia diyakini lebih kreatif dan sanggup menghasilkan penemuan melebihi mobil Esemka jika didukung oleh dana, fasilitas praktek, dan laboratarium belajar yang cukup.
Masih minimnya perhatian dan alokasi dana untuk riset dan penilitian untuk pendidikan dinilai membuat kratifitas anak bangsa sulit berkembang.
Ketua Independent Research Institute (IRI), Mulyadi Nurdin mengatakan, selama ini terbukti dengan dana yang minim para siswa sudah membuktikan dengan berhasil menciptakan sejumlah karya luar biasa.
"Siswa SMK Negeri 2 Surakarta misalnya berhasil membuat mobil Esemka, siswa SMK Negeri 2 Langsa, Aceh, mampu menghasilkan alat pengubah air menjadi bahan bakar yang diberi nama WaVe++SMK, yang terakhir siswa SMA Negeri 3 Lumajang mampu menciptakan teknologi pengubah kadar keasinan air laut menjadi air tawar yang layak konsumsi,” sebutnya di Banda Aceh, Jumat (9/3/2012).
Menurutnya Pemerintah harus memberikan alokasi dana memadai untuk kebutuhan riset dan penelitian bagi anak-anak kreatif, serta memberi semacam penghargaan untuk para periset dalam negeri.
"Semua industri harus didukung oleh biaya riset yang mencukupi, kalau anak-anak yang kreatif kita support dengan biaya yang cukup, pasti akan menghasilkan karya luar biasa,” ujar Mulyadi.
Pemerintah juga diminta untuk merangkul serta memberi perhatian khusus terhadap pelajar dan mahasiswa yang kreatif supaya tidak direkrut oleh perusahaan asing.
“Banyak tenaga ahli dari Indonesia yang bekerja di luar negeri karena tidak dimanfaatkan di dalam negeri, padahal produknya dipasarkan di dalam negeri, kalau ini terus dibiarkan, maka kita akan terus menjadi pekerja, dan menjadi negara konsumtif,” tukas Mulyadi.
Dia menambahkan sudah saatnya Pemerintah memperkuat riset, baik secara personal maupun lembaga, selanjutnya melindungi hasil penemuan-penemuan anak bangsa agar tak dibajak sepihak. (wbs)
Masih minimnya perhatian dan alokasi dana untuk riset dan penilitian untuk pendidikan dinilai membuat kratifitas anak bangsa sulit berkembang.
Ketua Independent Research Institute (IRI), Mulyadi Nurdin mengatakan, selama ini terbukti dengan dana yang minim para siswa sudah membuktikan dengan berhasil menciptakan sejumlah karya luar biasa.
"Siswa SMK Negeri 2 Surakarta misalnya berhasil membuat mobil Esemka, siswa SMK Negeri 2 Langsa, Aceh, mampu menghasilkan alat pengubah air menjadi bahan bakar yang diberi nama WaVe++SMK, yang terakhir siswa SMA Negeri 3 Lumajang mampu menciptakan teknologi pengubah kadar keasinan air laut menjadi air tawar yang layak konsumsi,” sebutnya di Banda Aceh, Jumat (9/3/2012).
Menurutnya Pemerintah harus memberikan alokasi dana memadai untuk kebutuhan riset dan penelitian bagi anak-anak kreatif, serta memberi semacam penghargaan untuk para periset dalam negeri.
"Semua industri harus didukung oleh biaya riset yang mencukupi, kalau anak-anak yang kreatif kita support dengan biaya yang cukup, pasti akan menghasilkan karya luar biasa,” ujar Mulyadi.
Pemerintah juga diminta untuk merangkul serta memberi perhatian khusus terhadap pelajar dan mahasiswa yang kreatif supaya tidak direkrut oleh perusahaan asing.
“Banyak tenaga ahli dari Indonesia yang bekerja di luar negeri karena tidak dimanfaatkan di dalam negeri, padahal produknya dipasarkan di dalam negeri, kalau ini terus dibiarkan, maka kita akan terus menjadi pekerja, dan menjadi negara konsumtif,” tukas Mulyadi.
Dia menambahkan sudah saatnya Pemerintah memperkuat riset, baik secara personal maupun lembaga, selanjutnya melindungi hasil penemuan-penemuan anak bangsa agar tak dibajak sepihak. (wbs)
()