Akibat tambang, Samarinda tidak layak huni
A
A
A
Sindonews.com - Kota Samarinda, sekira 70 persen wilayahnya adalah konsesi pertambangan. Saking kayanya, dengan sekop dan cangkul pun kita akan dengan mudah mendapatkan batu bara di kota Samarinda.
Demikian dinyatakan Ketua Pengurus Pusat Serikat Hijau Indonesia (SHI) Chairil Syah, di sekretariat Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Jalan Mampang Prapatan II No 30, Jakarta Selatan, Jumat (17/2/2012).
Menurutnya, manusia juga butuh tempat untuk hidup. Penambangan yang berlebihan itu sudah menimbulkan kerusakan alam dan ekologi luar biasa. "Kita juga butuh tempat untuk hidup, mbok ya jangan diambil semua. Sekarang akibat dari penambangan yang berlebihan itu telah terjadi kerusakan alam, terjadinya kerusakan keanekaragaman hayati dan juga banjir di Samarinda," katanya.
Menurut pria yang juga berprofesi sebagai pengacara ini, Samarinda sudah tidak layak untuk ditinggali. "Samarinda menjadi tidak layak lagi untuk ditinggali. Usaha tambang di Samarinda tidak membawa manfaat apa-apa, saya bisa katakan itu yang disebut sebagai kejahatan ekologi," tambahnya lagi.
Lebih lanjut dirinya menegaskan, SHI akan melakukan sejumlah upaya bersama lembaga terkait dalam usaha menertibkan sejumlah tambang. Juga menutup lubang bekas galian untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat penambangan secara besar-besaran di Samarinda.
"Ya, kami akan melakukan class action dan juga legal standing, hari ini kesiapan sudah mencapai 70 persen," ujarnya. (bro)
()