Hanya sekampung, bupati abaikan warga
A
A
A
Sindonews.com - Banyaknya pelajar dan warga nekat menerobos aliran Sungai Jragung di Demak, Jawa Tengah, tidak mampu mengetuk hati Bupati Demak Tafta Zani.
Bukit Pungkruk yang hanya dihuni satu kampung, menjadi alasan jembatan penyeberangan bukan menjadi prioritas pembangunan.
Pembangunan Jembatan Sungai Jragung yang menghubungkan Kampung Pungkruk dengan Dukuh Karanggondang, Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, belum ada kepastian. Bupati Demak Tafta Zani mengatakan, pembangunan Jembatan Pungruk tidak menjadi prioritas karena bukit pungkruk hanya dihuni satu kampung.
Padahal menurut warga, Bukit Pungruk menjadi sentra pertanian produktif di Desa Jragung. Bahkan sekitar 90 persen lahan pertanian berada di bukit yang dihuni sekitar 50 jiwa tersebut. Akibat tidak adanya jembatan, para petani harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk kuli panggul ke seberang sungai.
Seperti yang disampaikan, Asro'i, warga setempat, meski dua minggu lalu dia telah memanen jagung namun belum dapat menjual hasilnya.
"Untuk memanggul karung-karung jagung harus menunggu aliran Sungai Jragung surut. Seringkali hasil panennnya rusak dan tak sebanding dengan biaya panggul yakni Rp7.000 per karung. Padahal harga jagung saat ini turun hingga sekira Rp2.000 per kilogram," ungkapnya, Selasa (14/2/2012).
Asro'i berharap pemerintah segera membangun jembatan yang dapat mempermudah akses warga. Sayangnya, harapan itu harus tertunda lama, karena pada tahun anggaran 2012 ini tidak ada alokasi pembangunan Jembatan Pungruk.
Saat dikonfirmasi Bupati Demak juga terkesan menghindar dan langsung meninggalkan para wartawan.
Meski Bukit Pungkruk hanya dihuni 12 keluarga atau sejumlah 50 jiwa, namun setiap hari banyak warga yang lalu lalang menyeberang ke Kampung Pungkruk. Kondisi sungai yang lebar dan berarus deras, membuat warga dan para pelajar harus menantang maut setiap kali keluar masuk kampung.
Bukit Pungkruk yang hanya dihuni satu kampung, menjadi alasan jembatan penyeberangan bukan menjadi prioritas pembangunan.
Pembangunan Jembatan Sungai Jragung yang menghubungkan Kampung Pungkruk dengan Dukuh Karanggondang, Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, belum ada kepastian. Bupati Demak Tafta Zani mengatakan, pembangunan Jembatan Pungruk tidak menjadi prioritas karena bukit pungkruk hanya dihuni satu kampung.
Padahal menurut warga, Bukit Pungruk menjadi sentra pertanian produktif di Desa Jragung. Bahkan sekitar 90 persen lahan pertanian berada di bukit yang dihuni sekitar 50 jiwa tersebut. Akibat tidak adanya jembatan, para petani harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk kuli panggul ke seberang sungai.
Seperti yang disampaikan, Asro'i, warga setempat, meski dua minggu lalu dia telah memanen jagung namun belum dapat menjual hasilnya.
"Untuk memanggul karung-karung jagung harus menunggu aliran Sungai Jragung surut. Seringkali hasil panennnya rusak dan tak sebanding dengan biaya panggul yakni Rp7.000 per karung. Padahal harga jagung saat ini turun hingga sekira Rp2.000 per kilogram," ungkapnya, Selasa (14/2/2012).
Asro'i berharap pemerintah segera membangun jembatan yang dapat mempermudah akses warga. Sayangnya, harapan itu harus tertunda lama, karena pada tahun anggaran 2012 ini tidak ada alokasi pembangunan Jembatan Pungruk.
Saat dikonfirmasi Bupati Demak juga terkesan menghindar dan langsung meninggalkan para wartawan.
Meski Bukit Pungkruk hanya dihuni 12 keluarga atau sejumlah 50 jiwa, namun setiap hari banyak warga yang lalu lalang menyeberang ke Kampung Pungkruk. Kondisi sungai yang lebar dan berarus deras, membuat warga dan para pelajar harus menantang maut setiap kali keluar masuk kampung.
()