Pelajar bertaruh nyawa ke sekolah
A
A
A
Sindonews.com - Para pelajar di Demak, Jawa Tengah, bertaruh nyawa menerobos derasnya arus Sungai Jragung untuk berangkat ke sekolah. Tidak adanya jembatan membuat para pelajar dan warga nekad menyeberang untuk mengangkut hasil pertanian.
Para pelajar di Kampung Pungkruk, Desa Jragung, Kecamatan Karangawen ini, setiap hari harus berjibaku dengan maut agar dapat sampai ke sekolah. Sebelum menyeberang Sungai Jragung yang lebarnya sekitar 35 meter. Mereka terlebih dahulu menyisir lokasi penyeberangan yang dianggap paling dangkal.
Namun, tetap saja yang dianggap paling dangkal masih setinggi paha orang dewasa. Akibatnya, para pelajar tidak hanya melepas sepatu namun juga pakaian seragam mereka agar tidak basah. Derasnya arus aliran sungai dari Salatiga menuju Laut Utara Jawa itu, membuat para orangtua harus membantu pelajar menyeberang agar tidak hanyut.
Seperti yang diutarakan Muhammad Gunawan, pelajar kelas 4 SD Negeri 3 Jragung ini. Setiap hari harus menantang bahaya. Tubuh mungilnya, harus melawan derasnya arus sungai agar bisa mengenyam pendidikan. "Saya terkadang tidak berangkat sekolah bila Sungai Jragung meluap," terangnya, Kamis (9/2/2012).
Gunawan menuturkan, menyeberang sungai ini merupakan satu-satunya cara agar bisa sampai ke sekolah. Sebab bila melewati jalan setapak harus memutari bukit hingga lebih dari 10 kilometer.
Selain para pelajar, menerobos aliran sungai juga dilakukan para petani untuk mengangkut hasil pertanian mereka. Menurut Suwadi, warga Kampung Pungkruk, kondisi semacam ini sudah berlangsung puluhan tahun.
Sebab, tidak pernah sekalipun ada pembangunan jembatan penyeberangan yang menghubungkan Kampung Pungkruk menuju Dusun Karanggondang. Suwadi berharap pemerintah segera membangun jembatan agar mereka tidak selalu bertaruh nyawa setiap keluar masuk kampung.
Sementara Camat Karangawen Yulianto yang dihubungi melalui telepon mengaku belum mengetahui secara pasti kondisi warganya yang berada di Kampung Pungkruk. Dia berencana akan segera terjun ke lokasi agar dapat memberikan solusi terbaik.
Para pelajar di Kampung Pungkruk, Desa Jragung, Kecamatan Karangawen ini, setiap hari harus berjibaku dengan maut agar dapat sampai ke sekolah. Sebelum menyeberang Sungai Jragung yang lebarnya sekitar 35 meter. Mereka terlebih dahulu menyisir lokasi penyeberangan yang dianggap paling dangkal.
Namun, tetap saja yang dianggap paling dangkal masih setinggi paha orang dewasa. Akibatnya, para pelajar tidak hanya melepas sepatu namun juga pakaian seragam mereka agar tidak basah. Derasnya arus aliran sungai dari Salatiga menuju Laut Utara Jawa itu, membuat para orangtua harus membantu pelajar menyeberang agar tidak hanyut.
Seperti yang diutarakan Muhammad Gunawan, pelajar kelas 4 SD Negeri 3 Jragung ini. Setiap hari harus menantang bahaya. Tubuh mungilnya, harus melawan derasnya arus sungai agar bisa mengenyam pendidikan. "Saya terkadang tidak berangkat sekolah bila Sungai Jragung meluap," terangnya, Kamis (9/2/2012).
Gunawan menuturkan, menyeberang sungai ini merupakan satu-satunya cara agar bisa sampai ke sekolah. Sebab bila melewati jalan setapak harus memutari bukit hingga lebih dari 10 kilometer.
Selain para pelajar, menerobos aliran sungai juga dilakukan para petani untuk mengangkut hasil pertanian mereka. Menurut Suwadi, warga Kampung Pungkruk, kondisi semacam ini sudah berlangsung puluhan tahun.
Sebab, tidak pernah sekalipun ada pembangunan jembatan penyeberangan yang menghubungkan Kampung Pungkruk menuju Dusun Karanggondang. Suwadi berharap pemerintah segera membangun jembatan agar mereka tidak selalu bertaruh nyawa setiap keluar masuk kampung.
Sementara Camat Karangawen Yulianto yang dihubungi melalui telepon mengaku belum mengetahui secara pasti kondisi warganya yang berada di Kampung Pungkruk. Dia berencana akan segera terjun ke lokasi agar dapat memberikan solusi terbaik.
()