Pemerintah akan bantu penghuni rumah gua
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Muhammad Anas membantah tudingan miskin terhadap keluarga Hamdan, penghuni rumah gua.
Anas menilai aksi tinggal di rumah gua hanya ingin merasakan sensasi tinggal di gua seperti manusia purba. Anas juga menjelaskan bahwa untuk kategori Desa Banti Murung, Hamdan tidak masuk kategori miskin.
“Tidak, bukan karena kemiskinan. Dia mungkin mau rasakan jadi manusia purba. Mau miskin bagaimana, dia kan karyawan di perusahaan marmer?” kilah Anas saat dimintai tanggapan tentang warganya yang tinggal di gua (8/2/2012).
Anas menuturkan, sebenarnya Hamdan adalah pecinta seni. Anas juga berspekulasi bahwa alasan Hamdan tinggal di gua karena jiwa seninya.
Sementara Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pangkep, Syamsul Ibadi Anis mengaku tidak tahu tentang kondisi keluarga Hamdan yang tinggal di rumah gua. Syamsul mengaku mengetahui tentang keluarga Hamdan dari televisi. “Saya tidak tahu itu. Saya juga nonton itu dari RCTI,” jawab Anis.
Dia menyesalkan camat yang tidak melaporkan tentang keberadaan keluarga penghuni gua di Kabupaten Pangkep. Namun begitu Syamsul akan segera melaporkan hal ini kepada Bupati Pangkep agar segera diberikan bantuan.
“Sampai sekarang saya belum dapat laporan tentang keluarga itu. Saya sesalkan camat, kenapa tidak melaporkan hal ini kepada kami. Tapi dalam waktu dekat akan segera kami bantu. Saya lapor dulu ke pak Bupati, tapi pasti akan dibantu,” sesalnya.
Sekadar diketahui, satu keluarga di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, terpaksa tinggal di goa kecil. Goa tersebut terbentuk dari batu besar yang di tengahnya terdapat rongga.
Gua yang berlokasi di Desa Bantimurung, Kecamatan Tondong Tallasa, tersebut sudah didiami Hamdan, istrinya Sinta, dan tiga anak mereka, sejak enam tahun lalu.
Gua tempat tinggal keluarga Hamdan tidak sepenuhnya tertutup di bagian atap. Untuk menghindari air hujan dan panas matahari, atap yang berongga ditutup seadanya dengan daun rumbia.
Anas menilai aksi tinggal di rumah gua hanya ingin merasakan sensasi tinggal di gua seperti manusia purba. Anas juga menjelaskan bahwa untuk kategori Desa Banti Murung, Hamdan tidak masuk kategori miskin.
“Tidak, bukan karena kemiskinan. Dia mungkin mau rasakan jadi manusia purba. Mau miskin bagaimana, dia kan karyawan di perusahaan marmer?” kilah Anas saat dimintai tanggapan tentang warganya yang tinggal di gua (8/2/2012).
Anas menuturkan, sebenarnya Hamdan adalah pecinta seni. Anas juga berspekulasi bahwa alasan Hamdan tinggal di gua karena jiwa seninya.
Sementara Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pangkep, Syamsul Ibadi Anis mengaku tidak tahu tentang kondisi keluarga Hamdan yang tinggal di rumah gua. Syamsul mengaku mengetahui tentang keluarga Hamdan dari televisi. “Saya tidak tahu itu. Saya juga nonton itu dari RCTI,” jawab Anis.
Dia menyesalkan camat yang tidak melaporkan tentang keberadaan keluarga penghuni gua di Kabupaten Pangkep. Namun begitu Syamsul akan segera melaporkan hal ini kepada Bupati Pangkep agar segera diberikan bantuan.
“Sampai sekarang saya belum dapat laporan tentang keluarga itu. Saya sesalkan camat, kenapa tidak melaporkan hal ini kepada kami. Tapi dalam waktu dekat akan segera kami bantu. Saya lapor dulu ke pak Bupati, tapi pasti akan dibantu,” sesalnya.
Sekadar diketahui, satu keluarga di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, terpaksa tinggal di goa kecil. Goa tersebut terbentuk dari batu besar yang di tengahnya terdapat rongga.
Gua yang berlokasi di Desa Bantimurung, Kecamatan Tondong Tallasa, tersebut sudah didiami Hamdan, istrinya Sinta, dan tiga anak mereka, sejak enam tahun lalu.
Gua tempat tinggal keluarga Hamdan tidak sepenuhnya tertutup di bagian atap. Untuk menghindari air hujan dan panas matahari, atap yang berongga ditutup seadanya dengan daun rumbia.
()