Sekolah berdinding bambu di tanah tambang Sulsel
A
A
A
Sindonews.com - Namanya SDN Kecil Mannyampa, terletak di Desa Bantimurung, Kecamatan Tondong Berjumtalalsa, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Letaknya tepat dikaki gunung. Bangunan sekolah ini cuma terbuat dari kayu dan bambu.
Mungkin sepertu namanya, nasibnya juga kecil. Papan yang menjadi dindingnya sudah lapuk. Bahkan sebagian sudah bolong-bolong. Terdapat tambalan-tambalan dari papan bekas untuk menutupi bagian kelas yang bolong.
Dibagian lain dinding kelas bahkan tersusun dari potongan-potongan bambu. Sehingga siswa yang berada didalam kelas bisa terlihat jelas keluar.
Berdasarkan pantauan di lapangan, fasilitas sekolah ini juga sangat terbatas, papan tulisnya sudah rusak. Terlihat jelas bagian hitam di papan tulis sudah terkelupas sehingga menyulitkan guru untuk mengajar. Jumlah siswanya pun hanya 32 orang.
Tenaga pengajarnya semua adalah anak desa ini yang berstatus sebagai tenaga sukarela. Penghasilan mereka antara Rp300-400 ribu sebulan. Di sekolah ini hanya tiga orang staf pengajar yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu, kepala sekolah, guru agama dan seorang staf administrasi.
Menurut Kepala Sekolah Nastain, sekolahnya sangat mengharap bantuan dari pemerintah untuk kelangsungan sekolah ini. Dia menuturkan bahwa apabila tidak segera direnovasi sekolah ini bisa ambruk dan hal itu tentunya mengancam sistem belajar mengajar.
“Kami berharap kepada pemerintah untuk segera memberi bantuan renovasi sekolah ini, kalau tidak sekolah ini bisa ambruk. Dimana anak-anak bisa belajar?” kata Nastain.
Sungguh ironi, bangunan SD kecil Mannyampa yang berdinding papan ini berdiri di kabupaten penghasil semen. Di sekeliling desa ini belasan perusahaan tambang berdiri. Kabupaten Pangkep sendiri diketahui sebagai kabupaten dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar kedua di Provinsi Sulawesi Selatan. (wbs)
Mungkin sepertu namanya, nasibnya juga kecil. Papan yang menjadi dindingnya sudah lapuk. Bahkan sebagian sudah bolong-bolong. Terdapat tambalan-tambalan dari papan bekas untuk menutupi bagian kelas yang bolong.
Dibagian lain dinding kelas bahkan tersusun dari potongan-potongan bambu. Sehingga siswa yang berada didalam kelas bisa terlihat jelas keluar.
Berdasarkan pantauan di lapangan, fasilitas sekolah ini juga sangat terbatas, papan tulisnya sudah rusak. Terlihat jelas bagian hitam di papan tulis sudah terkelupas sehingga menyulitkan guru untuk mengajar. Jumlah siswanya pun hanya 32 orang.
Tenaga pengajarnya semua adalah anak desa ini yang berstatus sebagai tenaga sukarela. Penghasilan mereka antara Rp300-400 ribu sebulan. Di sekolah ini hanya tiga orang staf pengajar yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu, kepala sekolah, guru agama dan seorang staf administrasi.
Menurut Kepala Sekolah Nastain, sekolahnya sangat mengharap bantuan dari pemerintah untuk kelangsungan sekolah ini. Dia menuturkan bahwa apabila tidak segera direnovasi sekolah ini bisa ambruk dan hal itu tentunya mengancam sistem belajar mengajar.
“Kami berharap kepada pemerintah untuk segera memberi bantuan renovasi sekolah ini, kalau tidak sekolah ini bisa ambruk. Dimana anak-anak bisa belajar?” kata Nastain.
Sungguh ironi, bangunan SD kecil Mannyampa yang berdinding papan ini berdiri di kabupaten penghasil semen. Di sekeliling desa ini belasan perusahaan tambang berdiri. Kabupaten Pangkep sendiri diketahui sebagai kabupaten dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar kedua di Provinsi Sulawesi Selatan. (wbs)
()