Balita gizi buruk dirujuk ke RSHS Bandung

Selasa, 31 Januari 2012 - 14:42 WIB
Balita gizi buruk dirujuk...
Balita gizi buruk dirujuk ke RSHS Bandung
A A A
Sindonews.com - Seorang balita penderita gizi buruk menjalani perawatan intensif di RSU dr Slamet Garut. Balita bernama Rehan ini dirawat karena mengalami kelainan pada organ jantungnya.

Kini putra keempat pasangan Cece (42) dan Sopiah (36) itu hanya memiliki bobot 5,5 kg. Penyakit gizi buruk sebenarnya telah diderita balita berusia 13 bulan tersebut sejak dia memasuki umur empat bulan.

“Waktu lahir bobot tubuhnya normal, yaitu sekitar 3,4 kilogram. Namun, pada saat Rehan berusia empat bulan, bobot tubuhnya berkurang drastis. Tubuhnya mengecil dan lemas saat bergerak,” kata Sopiah kepada Sindo, Selasa (31/1/2012).

Kendati sering mendapat asupan ASI dan imunisasi dari Puskesmas setempat, warga RT 03 RW 02 Kampung Jatimulya, Desa Jatisari, Kecamatan Cisompet, ini mengaku kondisi perekonomian keluarga menjadi salah satu penyebab Rehan menderita gizi buruk.

Sopiah menuturkan, pendapatan suaminya, Cece, sebagai buruh serabutan per hari sangat pas-pasan, yaitu paling besar Rp20 ribu.

“Sejak memasuki usia empat bulan itu, Rehan sering sakit-sakitan. Muntah dan diare. Saya juga selalu membawa Rehan ke Puskesmas untuk berobat. Kata dokter di Puskesmas, Rehan mengalami gizi buruk. Tapi saya baru berani membawa Rehan ke rumah sakit setelah kondisinya sangat parah. Anak saya ini sudah dirawat selama 15 hari,” tuturnya.

Terpisah, Kepala Bidang Pembinaan Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut Iwan Suhendar mengungkapkan, di tahun ini setidaknya sudah ada tiga balita asal Kabupaten Garut yang menderita gizi buruk. Berhubung memerlukan perawatan lebih, dua balita lainnya mesti dirujuk ke RSHS Bandung.

“Raihan hingga kini masih dirawat intensif di RSU dr Slamet Garut. Sedangkan dua lainnya sudah dibawa ke Bandung. Saya tidak ingat nama salah satunya. Namun, yang satunya lagi bernama Hilda, 3 bulan, asal Kampung Babakan Manggung, RT 02 RW 06, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul,” katanya.

Berdasarkan data tahun 2011, terdapat sedikitnya 1.982 kasus balita asal Garut mengalami gizi buruk. Dia membenarkan, sebagian besar kasus gizi buruk ini disebabkan oleh kondisi perekonomian keluarga.

“Tingginya angka gizi buruk itu, lebih banyak disebabkan pola asuh orangtua atau keluarga yang kurang baik terhadap anak. Memang ada faktor lain seperti akibat kemiskinan, sakit, dan berat bayi lahir rendah,” tandasnya.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0441 seconds (0.1#10.140)