Pembuangan lumpur ke Sungai Porong dimaksimalkan

Senin, 23 Januari 2012 - 00:05 WIB
Pembuangan lumpur ke...
Pembuangan lumpur ke Sungai Porong dimaksimalkan
A A A
Sindonews.com - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) memaksimalkan pembuangan lumpur ke Sungai Porong. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tanggul jebol mengingat tingginya curah hujan akhir-akhir ini.

Untuk membuang lumpur ke Sungai Porong, BPLS mengoperasikan sebanyak 5 unit kapal keruk. "Semua kapal keruk kita maksimalkan untuk mengalirkan lumpur," ujar Humas BPLS Akhmad Kusairi, Minggu (22/1/2012).

Kapal keruk, lanjut Kusairi, ditempatkan di tanggul titik 25 dan titik 42. Satu unit kapal keruk mampu menyedot lumpur 0,6 liter per detik. Selama musim hujan, lima unit kapal keruk itu dimaksimalkan.

Sebenarnya, semburan lumpur yang keluar setiap harinya antara 10 sampai 15 ribu meter kubik. Ini sudah jauh berkurang dibandingkan beberapa tahun sebelumnya yang mencapai 100 ribu meter kubik per hari.

Meski demikian, intensitas hujan yang cukup tinggi kolam penampungan lumpur yang luasnya sekitar 700 hektar tidak mampu menampung lumpur. "Kalau hujan kolam lumpur cepat penuh. Kalau lumpur tidak dialirkan ke Sungai Porong, tanggul penahan lumpur akan jebol," tambah Kusairi.

Kusairi mengakui ada beberapa titik tanggul yang kondisinya cukup kritis. Seperti tanggul di kawasan Jatirejo yang berbatasan langsung dengan Jalan Raya Porong dan rel KA. Sejauh ini, pihaknya terus memperkuat tanggul-tanggul yang tergolong rawan jebol.

Pembuangan lumpur besar-besaran ke Sungai Porong, menurut Kusairi, tidak akan menyebabkan pengendapan di sungai. Sebab, arus sungai sangat deras dan lumpur akan terbawa ke laut. Lain hal saat pembuangan lumpur musim kemarau, karena debit air Sungai Porong kecil, riskan terjadi endapan di dasar sungai.

BPLS memastikan jika kondisi Jalan Raya Porong dan Rel KA masih aman saat musim hujan. Sebab, petugas disiagakan untuk memantau tanggul yang rawan jebol. "Kalau pembuangan lumpur ke Sungai Porong lancar, lumpur tidak akan meluber," tandas Kusairi.

Warga yang tinggal di sekitar kolam penampungan lumpur meminta agar BPLS harus bisa menjaga agar tanggul tidak jebol. Seperti warga Desa Mindi yang lokasinya hanya berjarak beberapa meter selatan tanggul.

Sejauh ini mereka belum mendapat ganti rugi karena masih menunggu keputusan pemerintah apakah akan memasukkan kawasan ini dalam peta terdampak lumpur yang ditanggung pemerintah.

"Saat ini nasib kita belum jelas apakah akan dapat ganti rugi atau tidak. Kalau tanggul jebol dan desa kami terendam lumpur, mau mengungsi kemana," ujar Yusman, warga Mindi.

Kekhawatiran serupa juga menghinggapi pengendara yang biasa lewat di Jalan Raya Porong. Selama musim hujan ini mereka was-was saat melintas karena takut tanggul jebol.

"Kalau hujan deras kami khawatir tanggul jebol dan lumpur meluber ke jalan. Apalagi saat melintas dan tanggul jebol, bisa-bisa kendaraan terendam lumpur," ujar Abdul Hamid, pengendara asal Gresik yang biasa mengirim bibit udang ke Pasuruan.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6012 seconds (0.1#10.140)