Kampung Puay, Tempat Persembunyian Tentara Jepang di Perang Dunia II

Senin, 02 Maret 2020 - 05:30 WIB
Kampung Puay, Tempat Persembunyian Tentara Jepang di Perang Dunia II
Kampung Puay, Tempat Persembunyian Tentara Jepang di Perang Dunia II
A A A
Kampung Puay, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, ternyata menyimpan sejarah terpendam pada masa Perang Dunia (PD) II. Sekadar diketahui, Kampung Puay merupakan kampung Bupati Jayapura saat ini yakni Mathius Awoitauw.

Di masa Perang Pasifik 1944, kampung yang berbatasan langsung dengan kampung Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapuraini diketahui menjadi tempat persembunyian pasukan Jepang yang melarikan diri dari kejaran tentara Amerika dibawah pimpinan Jenderal Douglas McArthur.

Saat SINDOnews berkunjung di kampung yang berada di hulu Sungai Jaifuri dan muara sekaligus tanjung di tepi Danau Sentani ini beberapa waktu lalu, masih banyak dijumpai sejumlah tulang-tulang batok kepala tentara Jepang yang masih disimpan penduduk setempat.

Pada masa itu, di kawasan Jayapura terdapat 8.000 pasukan Jepang yang sebagian besar tewas di tangan tentara Amerika pimpinan Jenderal McArthur.

Menurut cerita warga Puay, pada April 1944, Kampung Puay pernah diserang pasukan Amerika dari udara. Pasukan Jepang yang bersembunyi di Puay, banyak yang tewas, namun masih ada dua tentara Jepang yang selamat dan bersembunyi di rumah warga.

“Dua tentara Jepang ini berusaha bertahan hidup dengan makan sagu (makanan khas Papua) yang dirampas dari penduduk setempat. Akan tetapi keberadaan dua tentara Jepang ini akhirnya diketahui pasukan Amerika. Akhirnya dua tentara Jepang ini terbunuh, tapi sempat melawan saat akan ditangkap,”ungkap Hari Saroto, Arkeolog Jayapura.

Hingga kini, di Kampung Puaymasih banyak didapatkan tulang-belulang tentara Jepang yang berserakan di pekarangan warga. Namun pada 2011 hingga 2013, sebagian kerangka tentara Jepang ini dikremasi dan abunya kemudian dibawa ke Jepang untuk disemayamkan di Kuil Yasukuni, kuil untuk menghormati korban perang dan pahlawan Jepang dalam Perang Pasifik.

Selain tulang belulang tentara Jepang, bukti artefak kehadiran pasukan Jepang di Kampung Puay adalah helm, botol minuman, panci masak lapangan, hingga senapan mesin.

“Artefak ini ditemukan warga bersamaan dengan tulang-tulang kerangka tentara Jepang. Sementara itu pengumpulan kerangka tentara Jepang oleh Iwabuchi, seorang warga Jepang yang kehilangan ayahnya dalam Perang Pasifik, tidak memperdulikan keberadaan artefak-artefak ini,” paparnya.

Iwabuchi lebih fokus pada kerangka manusia saja. Sedangkan artefak-artefak yang berserakan dikumpulkan warga Puay bukan untuk disimpan, tetapi dijual ke pengumpul besi tua.

Sementara, senapan mesin sempat diselamatkan oleh anggota TNI dan saat ini menjadi koleksi rumah tahanan militer Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura. Pengumpulan kerangka Jepang sempat terhenti dari 2014 hingga pertengahan 2019, karena terkendala MoU antara pemerintah Jepang dan Indonesia.

Namunpada Juli 2019, MoU repatriasi kerangka tentara Jepang di Papua, sudah diteken antara Dirjen Kebudayaan Kemendikbud dan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia.

(zil)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4191 seconds (0.1#10.140)