Miris, Wanita Ini Tinggal di Gubuk Reot Melawan Kanker Stadium 4

Selasa, 15 Oktober 2019 - 17:37 WIB
Miris, Wanita Ini Tinggal di Gubuk Reot Melawan Kanker Stadium 4
Miris, Wanita Ini Tinggal di Gubuk Reot Melawan Kanker Stadium 4
A A A
KOTAWARINGIN BARAT - Apa salahku! Inilah kata yang terucap dari seorang warga Dayak yang kini menjadi muslim bernama Ermi (41). Warga Desa Sungai Cabang Timur, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng itu terserang kanker stadium 4.

Erni dan suaminya bernama Umarham (51) sudah 4 bulan tinggal di gubuk reot di sebuah kebun milik keluarga di Desa Pasir Panjang, RT 14, Kecamatan Arut Selatan (Arsel).

"Ini tanah kebun masih milik almarhum ibu saya. Tapi saya tidak boleh tinggal di rumah besar karena saya sudah masuk Islam mengikuti suami saya," ujar Ermi dengan muka sedih saat ditemui MNC Media, Selasa siang.

Bukannya pihak keluarga tega membiarkan saudaranya kedinginan di malam hari dan banyak digigit nyamuk, namun ini sudah konsekuensi Ermi dan Umarham menerima kondisi tersebut. "Saya dulu memang asli sini di Desa Pasir Panjang. Karena dulu saya melawan aturan adat lantaran menikah dengan suami saya yang muslim makanya saya menetap di Desa Sungai Cabang yang lokasinya jauh di pesisir pantai," ujar Ermi.

Karena dua tahun terakhir atau sejak 2017 dirinya menderita penyakit Kanker, ia dan sang suami sering ke Desa Pasir Panjang di mana ia lahir untuk melakukan pengobatan kankernya secara alternatif.

"Sekarang rumah almarhum ibu saya yang mendiami adik kandung saya. Tapi saya tidak boleh masuk ke rumah karena adat Dayak Hindu Kaharingan, jika menikah dengan agama lain, maka saya dilarang masuk ke rumah. Itu sudah adat istiadat orang Dayak yang harus saya taati. Dan saya rela tinggal di gubuk ini untuk sementara sembari berobat," ujarnya lagi.

Sementara itu, sang Suami, Umarham mengaku baru satu kali mengobatkan sang istri ke dokter. Dan dokter menyatakan Ermi menderita penyakit Kanker sejak tahun 2017.

"Dan sekarang dua tahun berjalan sudah menjadi stadium 4. Karena ketiadaan biaya, ya saya hanya mengobatinya dengan obat herbal dan alternatif. Karena kita warga tidak mampu dan tidak punya BPJS," ujar Umarham sambil memasakan air buat istrinya.

Ia kini hanya bisa berharap uluran tangan warga lainnya di Kobar. Setiap harinya suami istri ini makan alakadarnya menunggu pemberian orang. Sebab saudara Ermi juga hidup dengan ekonomis yang pas pas an. "Ya kami sekarang hanya bisa pasrah. Berharap bantuan pemerintah demi kesembuhan istri saya dan berharap bantuan warga untuk sekedar makan sehari hari," katanya.

Di tempat yang sama, saat MNC Media berkunjung, ada sejumlah relawan kemanusaian yang peduli membantu pasangan suami istri ini. Mereka adalah Komunitas Sosial Lentera asal Pangkalan Bun yang menyempatkan mengunjungi pasangan suami istri ini.

Bahkan atas keprihatinannya tersebut, komunitas Lentera dalam waktu dekat akan menggalang dana di jalanan untuk meringankan penderitaan pasangan yang membutuhkan ini.

"Komunitas kami memang seringkali membantu warga yang kurang mampu dalam hal pengobatan atau apapun dengan cara menggalang dana di jalanan. Setelah terkumpul sejumlah uang akan diserahkan semuanya. Kami nanti mau rapat dulu dan dalam waktu dekat akan menggalang dana," ujar Ketua Komunitas Lentera Pangkalan Bun, Mella Djarias kepada MNC Media.

Menurut Mella, pihaknya juga sudah menggadeng Dinas Sosial Kobar untuk bersama sama membantu mencarikan solusi terkait pengobatan sang ibu. “Ya tadi tim Dinas Sosial juga sudah melihat sendiri kondisi sang ibu, namun mereka belum bisa memutuskan apa apa karena harus melapor ke pimpinan terlebih dahulu,” pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.6084 seconds (0.1#10.140)