Menhub Sebut Konektivitas Jadi Kunci Pengembangan Pariwisata Joglosemar
A
A
A
YOGYAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, konektivitas menjadi kunci dalam pengembangan pariwisata di kawasan Joglosemar (Yogyakarta–Solo-Semarang). Untuk itu, perlu jalur transportasi berupa jalan, bandara, dan rel kereta api, sebagai akses untuk menghubungan kawasan wisata.
"Konektivitas ini, di antarnya dengan membangun YIA (Yogyakarta International Airport/Bandara Internasional Yogyakarta) sebagai akses utama yang akan mendistribusikan penumpang atau wisatawan ke berbagai tempat di sekitar Joglosemar," kata Budi Karya Sumadi saat menjadi pembicara kunci seminar bertajuk, "Tourism Supply Chain Management , Harnessing Supply and Value Chain for Tourism Industry in Indonesia", di MM UGM, Sabtu (21/9/2019).
Budi menjelaskan, Bandara Internasional Yogyakarta yang memiliki runway lebih dari 3.000 meter bisa menampung semua jenis pesawat dan dapat melayani penerbangan internasional secara langsung ke berbagai Negara, baik Amerika, Eropa, Asia, dan Timur Tengah. "Konektivitas dengan internasional sudah ada. sekarang bagaimana kita menghubungkan YIA dengan berbagai tempat lain," paparnya.
Selain itu. akan dibangun jalan tol dan jalur kereta api yang menghubungkan kawasan Joglosemar. Selain itu juga akan membangun jalur KA dari Yogyakarta menuju Bawen lewat Borobudur juga sudah dirancang dan diharapkan terealisasi pada 2021.
Jalur KA ke Borobudur dari Yogyakarta, nantinya akan dikombinasi dengan jalan kereta api lama dan baru dan mengikuti jalan tol. “Jalur kereta api akan sejalan dengan jalan tol biar sekaligus pembebasan tanahnya," terangnya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranomo mengatakan, ekonomi pariwisata merupakan bagian dari ekonomi ke depan. Namun, dia juga tak memungkiri masih banyak kendala untuk mewujudkan output ekonomi yang besar dari pariwisata seperti infrastruktur dan hal teknis lainnya.
"Kalau saya bicara daya tarik wisata Jawa Tengah, kita punya 212 objek wisata. Saya juga punya perda mendorong 1 desa menjadi 1 desa wisata agar pengembangan wisata dari ujung ke ujung, bahkan kalau baik, nanti akan diberi insentif Rp1 miliar. Namun, kita tidak punya minimum standar agar itu bisa menarik. Kenapa kita tidak bisa menjual itu," jelasnya.
"Konektivitas ini, di antarnya dengan membangun YIA (Yogyakarta International Airport/Bandara Internasional Yogyakarta) sebagai akses utama yang akan mendistribusikan penumpang atau wisatawan ke berbagai tempat di sekitar Joglosemar," kata Budi Karya Sumadi saat menjadi pembicara kunci seminar bertajuk, "Tourism Supply Chain Management , Harnessing Supply and Value Chain for Tourism Industry in Indonesia", di MM UGM, Sabtu (21/9/2019).
Budi menjelaskan, Bandara Internasional Yogyakarta yang memiliki runway lebih dari 3.000 meter bisa menampung semua jenis pesawat dan dapat melayani penerbangan internasional secara langsung ke berbagai Negara, baik Amerika, Eropa, Asia, dan Timur Tengah. "Konektivitas dengan internasional sudah ada. sekarang bagaimana kita menghubungkan YIA dengan berbagai tempat lain," paparnya.
Selain itu. akan dibangun jalan tol dan jalur kereta api yang menghubungkan kawasan Joglosemar. Selain itu juga akan membangun jalur KA dari Yogyakarta menuju Bawen lewat Borobudur juga sudah dirancang dan diharapkan terealisasi pada 2021.
Jalur KA ke Borobudur dari Yogyakarta, nantinya akan dikombinasi dengan jalan kereta api lama dan baru dan mengikuti jalan tol. “Jalur kereta api akan sejalan dengan jalan tol biar sekaligus pembebasan tanahnya," terangnya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranomo mengatakan, ekonomi pariwisata merupakan bagian dari ekonomi ke depan. Namun, dia juga tak memungkiri masih banyak kendala untuk mewujudkan output ekonomi yang besar dari pariwisata seperti infrastruktur dan hal teknis lainnya.
"Kalau saya bicara daya tarik wisata Jawa Tengah, kita punya 212 objek wisata. Saya juga punya perda mendorong 1 desa menjadi 1 desa wisata agar pengembangan wisata dari ujung ke ujung, bahkan kalau baik, nanti akan diberi insentif Rp1 miliar. Namun, kita tidak punya minimum standar agar itu bisa menarik. Kenapa kita tidak bisa menjual itu," jelasnya.
(wib)