Andika Hazrumy: Kami Akan Selalu Hadir di Tengah Korban Bencana
A
A
A
Alam Provinsi Banten merupakan wilayah rawan bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, dan puting beliung.
Oleh sebab itu, upaya penanganan mitigasi penting dilakukan untuk meminimalisasikan korban jiwa. Seperti apa konsep antisipasi dan evakuasi bencana tersebut. Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy.
Seperti kita ketahui, Banten merupakan salah satu destinasi tujuan wisata, tapi juga rawan bencana. Belum lama ini kita menyaksikan tsunami meluluhlantak kan sebagian wilayah Pantai Anyer.Bagaimana cara pemerintah memberikan rasa aman kepada wisatawan? Ya, kita sangat prihatin dengan bencana tsunami yang terjadi di Pantai Anyer beberapa waktu lalu. Selain menelan korban jiwa dan kerugian materiil yang begitu besar, sektor pariwisata juga ikut terpuruk. Itu kita sayangkan. Tapi apalah daya, musibah tidak bisa kita cegah, tapi kita bisa melakukan antisipasi.
Soal bencana ini kami telah mengusulkan perubahan RPJMD 2017-2022 melalui paripurna di Sekretariat DPRD Banten. Ada enam dasar perubahan RPJMD meliputi bencana tsunami sampai belum adanya kerangka pendanaan pembangunan yang bersumber dari non-APBD.
Nah, bencana tsunami di Kabupaten Pandeglang perlu upaya komprehensif untuk mengurangi risiko dan penanggulangan bencana yang efektif dengan penguatan pada arah, kebijakan, dan strategi. Tapi prinsipnya, kita sudah pasang alat pendeteksi tsunami di sejumlah titik dibantu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Masyarakat juga harus bisa mematuhi kondisional di setiap titik pantai jika di batas larangan tertentu jangan dilanggar agar tidak bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu juga jika terjadi gempa bumi dan letusan Gunung Anak Krakatau. Intinya, kami selalu berkoordinasi dengan BMKG dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Pascatsunami dan gempa apa solusi untuk memulihkan wisatawan di Banten?
Pascatsunami kawasan Pantai Anyer sudah mulai pulih, namun akibat gempa kunjungan wisata kembali menurun. Dampaknya sangat berpengaruh besar terhadap kunjungan wisatawan. Ini terlihat pada okupansi hotel-hotel yang ada.
Pada hari biasa banyak hotel yang kosong dan pada hari libur maksimal hanya 20% dan ini sangat jauh dari harapan. Kami telah melakukan koor dinasi dengan Kementerian Pariwisata untuk memulihkan wilayah yang terdampak tsunami.
Soal imbauan agar bangunan yang dekat pantai harus digeser bagaimana progresnya?
Ini juga menjadi problem, sebab banyak hotel atau bangunan lainnya berdiri di pinggir pantai. Kita khawatir jika dipindahkan ke tempat yang aman akan timbul gejolak di masyarakat. Padahal batas bangunan di bibir pantai sudah ada peraturan baku. Minimal bangunan harus ada di seberang jalan. Tapi, ini terus kita sosialisasikan agar pemilik mau memindahkannya ke tempat aman.
Bagaimana soal shelter?
Shelter itu menurut saya sangat penting karena menjadi tempat evakuasi bagi masyarakat ketika bencana tsunami terjadi. Jumlah shelter di Banten saat ini baru dua unit yang terletak di Kecamatan Wanasalam dan Kecamatan Labuan. Padahal idealnya setiap dua kilometer di pantai rawan tsunami terdapat satu shelter . Kecuali pemerintah pusat menganggarkan khusus untuk membuat shelter-shelter yang ada di sepanjang pantai kita dan itu memungkinkan.
Jumlah shelter, kan sangat minim, apa yang dilakukan jika terjadi tsunami?
Untuk mengantisipasi, kami lebih memilih membuat jalur evakuasi di lapangan yang kondisinya lebih tinggi. Kami juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait jalur evakuasi dengan membuat rambu-rambu bahaya bencana, khususnya bahaya tsunami.
Jadi untuk mengefisienkan anggaran yang ada, kami lebih memilih titik-titik jalur pantai yang memiliki jalur evakuasi ke dataran tinggi atau lapangan yang ada di kecamatan atau titik tertentu di garis pantai tersebut.
Ke depan apa yang dilakukan Pemprov Banten terkait penanganan bencana?
Selain hal-hal yang saya sebutkan di atas, kami juga akan langsung memimpin ke lokasi kejadian. Kehadiran gubernur maupun wakil gubernur ke lokasi bencana salah satu bukti hadirnya pemerintah berada di sekitar korban yang terkena bencana.
Selain memberikan bantuan langsung, masyarakat juga akan merasa aman dan nyaman saat kepala daerah berada di sekitar mereka. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat dan berbagai elemen yang sigap membantu saat terjadi bencana di tsunami di Banten, yang dengan sigap turun tangan merespons segala sesuatu yang dilaporkan Pemprov Banten.
Sekarang kita sedang terus membangun hunian tetap bagi warga korban tsunami yang rumahnya rusak dan hancur. Sedangkan untuk infrastruktur dan fasilitas umum telah banyak yang dibangun kembali. (Teguh Mahardika)
Oleh sebab itu, upaya penanganan mitigasi penting dilakukan untuk meminimalisasikan korban jiwa. Seperti apa konsep antisipasi dan evakuasi bencana tersebut. Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy.
Seperti kita ketahui, Banten merupakan salah satu destinasi tujuan wisata, tapi juga rawan bencana. Belum lama ini kita menyaksikan tsunami meluluhlantak kan sebagian wilayah Pantai Anyer.Bagaimana cara pemerintah memberikan rasa aman kepada wisatawan? Ya, kita sangat prihatin dengan bencana tsunami yang terjadi di Pantai Anyer beberapa waktu lalu. Selain menelan korban jiwa dan kerugian materiil yang begitu besar, sektor pariwisata juga ikut terpuruk. Itu kita sayangkan. Tapi apalah daya, musibah tidak bisa kita cegah, tapi kita bisa melakukan antisipasi.
Soal bencana ini kami telah mengusulkan perubahan RPJMD 2017-2022 melalui paripurna di Sekretariat DPRD Banten. Ada enam dasar perubahan RPJMD meliputi bencana tsunami sampai belum adanya kerangka pendanaan pembangunan yang bersumber dari non-APBD.
Nah, bencana tsunami di Kabupaten Pandeglang perlu upaya komprehensif untuk mengurangi risiko dan penanggulangan bencana yang efektif dengan penguatan pada arah, kebijakan, dan strategi. Tapi prinsipnya, kita sudah pasang alat pendeteksi tsunami di sejumlah titik dibantu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Masyarakat juga harus bisa mematuhi kondisional di setiap titik pantai jika di batas larangan tertentu jangan dilanggar agar tidak bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu juga jika terjadi gempa bumi dan letusan Gunung Anak Krakatau. Intinya, kami selalu berkoordinasi dengan BMKG dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Pascatsunami dan gempa apa solusi untuk memulihkan wisatawan di Banten?
Pascatsunami kawasan Pantai Anyer sudah mulai pulih, namun akibat gempa kunjungan wisata kembali menurun. Dampaknya sangat berpengaruh besar terhadap kunjungan wisatawan. Ini terlihat pada okupansi hotel-hotel yang ada.
Pada hari biasa banyak hotel yang kosong dan pada hari libur maksimal hanya 20% dan ini sangat jauh dari harapan. Kami telah melakukan koor dinasi dengan Kementerian Pariwisata untuk memulihkan wilayah yang terdampak tsunami.
Soal imbauan agar bangunan yang dekat pantai harus digeser bagaimana progresnya?
Ini juga menjadi problem, sebab banyak hotel atau bangunan lainnya berdiri di pinggir pantai. Kita khawatir jika dipindahkan ke tempat yang aman akan timbul gejolak di masyarakat. Padahal batas bangunan di bibir pantai sudah ada peraturan baku. Minimal bangunan harus ada di seberang jalan. Tapi, ini terus kita sosialisasikan agar pemilik mau memindahkannya ke tempat aman.
Bagaimana soal shelter?
Shelter itu menurut saya sangat penting karena menjadi tempat evakuasi bagi masyarakat ketika bencana tsunami terjadi. Jumlah shelter di Banten saat ini baru dua unit yang terletak di Kecamatan Wanasalam dan Kecamatan Labuan. Padahal idealnya setiap dua kilometer di pantai rawan tsunami terdapat satu shelter . Kecuali pemerintah pusat menganggarkan khusus untuk membuat shelter-shelter yang ada di sepanjang pantai kita dan itu memungkinkan.
Jumlah shelter, kan sangat minim, apa yang dilakukan jika terjadi tsunami?
Untuk mengantisipasi, kami lebih memilih membuat jalur evakuasi di lapangan yang kondisinya lebih tinggi. Kami juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait jalur evakuasi dengan membuat rambu-rambu bahaya bencana, khususnya bahaya tsunami.
Jadi untuk mengefisienkan anggaran yang ada, kami lebih memilih titik-titik jalur pantai yang memiliki jalur evakuasi ke dataran tinggi atau lapangan yang ada di kecamatan atau titik tertentu di garis pantai tersebut.
Ke depan apa yang dilakukan Pemprov Banten terkait penanganan bencana?
Selain hal-hal yang saya sebutkan di atas, kami juga akan langsung memimpin ke lokasi kejadian. Kehadiran gubernur maupun wakil gubernur ke lokasi bencana salah satu bukti hadirnya pemerintah berada di sekitar korban yang terkena bencana.
Selain memberikan bantuan langsung, masyarakat juga akan merasa aman dan nyaman saat kepala daerah berada di sekitar mereka. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat dan berbagai elemen yang sigap membantu saat terjadi bencana di tsunami di Banten, yang dengan sigap turun tangan merespons segala sesuatu yang dilaporkan Pemprov Banten.
Sekarang kita sedang terus membangun hunian tetap bagi warga korban tsunami yang rumahnya rusak dan hancur. Sedangkan untuk infrastruktur dan fasilitas umum telah banyak yang dibangun kembali. (Teguh Mahardika)
(nfl)