Potensi Zakat di Jateng Capai Rp14 Triliun, Baru Terhimpun Rp150 Miliar
A
A
A
SEMARANG - Potensi zakat di Jawa Tengah mencapai Rp14 triliun per tahun, namun baru sebagian kecil yang bisa dihimpun oleh sejumlah lembaga. Masih banyak masyarakat yang menggunakan pola konvensional dengan menyalurkan sendiri secara langsung atau titip kepada kiai terdekat.
"Potensi zakat di Jateng ini masuk tiga besar di Pulau Jawa. Pertama Jabar Rp19 triliun, Jatim Rp17 triliun, dan Jateng Rp14 triliun," terang Kepala Cabang ACT Jateng, Sri Suroto, Kamis (25/4/2019).
"Namun yang bisa dihimpun oleh lembaga-lembaga seperti kita nilainya masih ratusan miliar. Di Semarang ini ada 30 lembaga penyalur zakat, jika dikumpulkan jadi satu kisarannya Rp150 miliar yang bisa dihimpun dalam satu tahun. Jadi potensi saat ini masih besar. Kemudian tugas kita adalah bagaimana bisa dipercaya publik, agar pengelolaan dana umat ini dan menyalurkan kepada umat yang lebih tepat sasaran," beber dia.
"Masyarakat sebagian menyalurkan ke masjid, sebagian menyalurkan secara konvensional langsung kepada mustahik. Pola ini masih terjadi, apalagi kalau di kabupaten/kota yang kosong (lembaga zakat), mereka kulturnya masih lewat kiai, itu masih sangat kuat," jelasnya lagi.
Menurutnya, terdapat beberapa kelebihan jika zakat disalurkan oleh lembaga pengelola zakat. Selain bisa dipertanggungjawabkan secara terbuka, penyaluran kepada penerima zakat (mustahik) juga lebih tepat sasaran.
"Kelebihan kenapa zakat itu dikelola secara kelembagaan, yang pertama lebih tepat sasaran, karena kita asesmen calon mustahiknya. Yang kedua jangkauannya luas, ketiga lebih terprogram," tukasnya.
"Jadi kita punya tahapan-tahapan program sehingga bagaimana posisi mustahik ini nantinya bisa menjadi muzaki (pembayar zakat). Seperti termasuk mitra-mitra kita di Blora itu di antaranya ada di Cepu, Sambong, dan daerah sekitarmya," ulas dia.
Dia menjelaskan, sejumlah program pemberdayaan masyarakat berhasil dilaksanakan berkat pengelolaan zakat. Masyarakat yang kebanyakan petani tak perlu meninggalkan pekerjaannya tapi mendapatkan tambahan penghasilan dengan merawat ribuan kambing yang dipersiapkan untuk hewan kurban.
"Program kita di Blora cukup banyak, pertama LTM lumbung ternak masyarakat, kedua lumbung pangan masyarakat. Bahkan kita membeli hasil panen masyarakat, jika sebelumnya mereka tergantung sekali pada tengkulak, sekarang jual ke kita dengan harga lebih mahal Rp200 per kilogram dari harga tengkulak," tambahnya.
"Semoga pada Ramadan yang sebentar lagi menyongsong. Ramadan adalah momen terbaik bagi para dermawan untuk kemudian menebar amalan kebaikan. Tujuan finalnya, program-program yang diberikan juga bisa berperan sebagai pengentas kemiskinan," pungkasnya.
"Potensi zakat di Jateng ini masuk tiga besar di Pulau Jawa. Pertama Jabar Rp19 triliun, Jatim Rp17 triliun, dan Jateng Rp14 triliun," terang Kepala Cabang ACT Jateng, Sri Suroto, Kamis (25/4/2019).
"Namun yang bisa dihimpun oleh lembaga-lembaga seperti kita nilainya masih ratusan miliar. Di Semarang ini ada 30 lembaga penyalur zakat, jika dikumpulkan jadi satu kisarannya Rp150 miliar yang bisa dihimpun dalam satu tahun. Jadi potensi saat ini masih besar. Kemudian tugas kita adalah bagaimana bisa dipercaya publik, agar pengelolaan dana umat ini dan menyalurkan kepada umat yang lebih tepat sasaran," beber dia.
"Masyarakat sebagian menyalurkan ke masjid, sebagian menyalurkan secara konvensional langsung kepada mustahik. Pola ini masih terjadi, apalagi kalau di kabupaten/kota yang kosong (lembaga zakat), mereka kulturnya masih lewat kiai, itu masih sangat kuat," jelasnya lagi.
Menurutnya, terdapat beberapa kelebihan jika zakat disalurkan oleh lembaga pengelola zakat. Selain bisa dipertanggungjawabkan secara terbuka, penyaluran kepada penerima zakat (mustahik) juga lebih tepat sasaran.
"Kelebihan kenapa zakat itu dikelola secara kelembagaan, yang pertama lebih tepat sasaran, karena kita asesmen calon mustahiknya. Yang kedua jangkauannya luas, ketiga lebih terprogram," tukasnya.
"Jadi kita punya tahapan-tahapan program sehingga bagaimana posisi mustahik ini nantinya bisa menjadi muzaki (pembayar zakat). Seperti termasuk mitra-mitra kita di Blora itu di antaranya ada di Cepu, Sambong, dan daerah sekitarmya," ulas dia.
Dia menjelaskan, sejumlah program pemberdayaan masyarakat berhasil dilaksanakan berkat pengelolaan zakat. Masyarakat yang kebanyakan petani tak perlu meninggalkan pekerjaannya tapi mendapatkan tambahan penghasilan dengan merawat ribuan kambing yang dipersiapkan untuk hewan kurban.
"Program kita di Blora cukup banyak, pertama LTM lumbung ternak masyarakat, kedua lumbung pangan masyarakat. Bahkan kita membeli hasil panen masyarakat, jika sebelumnya mereka tergantung sekali pada tengkulak, sekarang jual ke kita dengan harga lebih mahal Rp200 per kilogram dari harga tengkulak," tambahnya.
"Semoga pada Ramadan yang sebentar lagi menyongsong. Ramadan adalah momen terbaik bagi para dermawan untuk kemudian menebar amalan kebaikan. Tujuan finalnya, program-program yang diberikan juga bisa berperan sebagai pengentas kemiskinan," pungkasnya.
(nag)