Mercusuar Anyer dan Kedahsyatan Tsunami dari Letusan Gunung Krakatau

Sabtu, 29 Desember 2018 - 05:00 WIB
Mercusuar Anyer dan Kedahsyatan Tsunami dari Letusan Gunung Krakatau
Mercusuar Anyer dan Kedahsyatan Tsunami dari Letusan Gunung Krakatau
A A A
Mercusuar Anyer menjulang setinggi 75,5 meter berdiri kokoh di Kampung Bojong, Desa Cikoneng, Anyer, Banten. Bangunan yang biasa disebut Mercusuar Cikoneng ini merupakan bagian dari bukti kedahsyatan letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883.

Mercusuar Anyer ini memang dibangun pada 1885, sebagai pengganti bangunan mercusuar sebelumnya yang hancur diterjang tsunami setinggi 40 meter akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883. Jadi, bangunan mercusuar yang berdiri saat ini adalah bangunan baru.

Bahkan lokasinya berbeda dengan bangunan awal, 500 meter lebih ke daratan. Sedangkan untuk fondasi mercusuar lama saat ini dijadikan sebagai tugu nol kilometer. Dalam film Krakatoa: The Last Days yang disutradarai oleh Sam Miller (1968), diceritakan bangunan mercuarsuar lama dikenal dengan Mercusuar ke-4 yang terletak di Anyer.

Dikisahkan Geolog Rogier Verbeek pada Mei 1883 mengunjungi keluarga Schuits dari Belanda yang bekerja dan tinggal di Mercusuar ke-4 di Anyer yang berjarak 30 mil sebelah timur Gunung Krakatau. Verbeek ingin menyaksikan kedahsyatan aktivitas Gunung Krakatau dari dekat.

Akhirnya pada Agustus 1883 bangunan Mercusuar ke-4 hancur setelah diterjang gelombang tsunami setinggi 40 meter dan hanya menyisakan fondasinya saja. Tsunami besar ini terjadi setelah Gunung Krakatau meletus secara dahsyat selama 20 jam.
Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic, ledakan Gunung Krakatau adalah yang paling besar. Suaranya paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau dan ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan. Bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Letusan Gunung Krakatau melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Srilanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Adapun tsunami (gelombang laut) yang ditimbulkan ketinggiannya mencapai sekitar 40 meter. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut. Gelombang tsunami menghancurkan 295 kampung atau desa di kawasan pantai. Mulai dari Merak di Kota Cilegon hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon) serta Sumatera Bagian selatan. Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 jiwa.

Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawai, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7.000 kilometer (Km). Di Ujung Kulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari.

Kemudian dua tahun kemudian atau pada 1885 kerajaan Belanda membangun mercuar baru yang lebih tinggi, yaitu Mercusuar Anyer. Mercusuar tersebut dibangun pada masa pemerintahan ZM Willem III dan menjulang setinggi 75,5 meter ini terdiri dari 18 tingkat.

Saat ini bangunan yang terbuat dari baja setebal 2,5 cm itu sudah berusia lebih dari 170 tahun. Sampai saat ini masih berfungsi memandu kapal-kapal yang lalu-lalang di malam hari dan menjadi salah satu objek wisata.

Menara mercusuar ini juga diyakini sebagai titik nol atau titik awal dari pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels. Jalan yang membentang dari barat sampai timur pantai utara pulau Jawa ini dikenal dengan De Grote Postweg atau Jalan Raya Pos.

Pembangunan jalan yang menghabiskan waktu satu tahun pada kurun 1808-1811 ini memiliki panjang lebih dari 1.000 Km atau sekitar 1.228 Km. Memang bangunan mercusuar yang baru dibangun pada 1885, namun bangunan mercusuar lama yang hancur diterjang tsunami diperkirakan didirikan pada 1806.

Diolah dari berbagai sumber:
Krakatoa: The Last Days
Wikipedia
Legendabanten
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5058 seconds (0.1#10.140)