Dia Adalah Habib Abu Bakar, Wali Kuthub Sempat Berkhalwat 15 Tahun

Senin, 05 November 2018 - 05:02 WIB
Dia Adalah Habib Abu Bakar, Wali Kuthub Sempat Berkhalwat 15 Tahun
Dia Adalah Habib Abu Bakar, Wali Kuthub Sempat Berkhalwat 15 Tahun
A A A
Siapakah Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf yang belum lama ini tepatnya 29 Agustus 2018 lalu diselenggarakan haulnya?

Haul itu dipusatkan di kediaman, Jalan KH Zubair 93 dan Masjid Jamik Gresik. Di masjid yang berlokasi di Jalan Wachid Hasyim, tepatnya di Alun-alun Gresik, lokasi makam beliau. Tepatnya, samping kanan yang masih satu komplek.

Biasanya, dua atau sehari sebelum pelaksanaan haul, ribuan muslim hadir. Mereka tidak hanya dari Gresik, namun dari kota-kota Jawa Tengah, derah-derah di Jawa Barat, DKI Jakarta hingga luar Jawa.

Para dhuriyah atau kerabat beliau, membuat acara dalam dua hari berturut-turut. Hari pertama, setelah Ashar acara rauhah yaitu majlis sore setelah Ashar yang membahas tentang kitab tashawwuf.

Kemudian hari kedua, pagi hari setelah Subuh, pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kemudian dilanjut arak-arakan dari kediaman ke Masjid Jamik Gresik, sekitar 800 meter.“Puncak acara Haul Al-Habib Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf di Masjid Jamik,” ujar Hanib Amak yang masih dhuriyah.

Dalam buku 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia, disebutkan, Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf adalah Imam Al-Quthub yang tunggal.
Merupakan qiblat para auliya di zamannya. Sebagai perantara tali temali bagi para pembesar yang disucikan Allah jiwanya, bagai tiang yang berdiri kokoh dan laksana batu karang yang tegar diterpa samudera.

Juga, seorang yang telah terkumpul dalam dirinya antara Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin. Sehingga dikenal juga, Al-habib Al-Imam Abubakar bin Muhammad bin Umar bin Abubakar bin Imam (Wadi-Al-ahqaf) Al-habib Umar bin Segaf Assegaf.

Beliau dilahirkan di Besuki, Situbondo, Jawa Timur pada 16 Dzulhijjah 1285 H. Saat masih kanak-kanak, ayahandanya tercinta telah wafat dan meninggalkannya di kota Gresik.

Kewalian beliau sudah terlihat karena mampu mengingat segala kejadian yang dialaminya ketika dalam usia tiga tahun dengan secara detail.Kendati begitu, neneknya Fatimah binti Abdullah Allan tak tega Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf hidup tanpa orang tua.

Akhirnya, pada 1293 H dengan ditemani seorang mulia, Assyaikh Muhammad Bazmul, berangkat ke kota asal leluhurnya, Hadramaut. Atas panggilan nenek beliau.

Di Hadramaut, kota yang bersinar dengan cahaya para auliya itu, Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf kecil belajar dan ditempah para auliya terhebat di zamannya tentang Ilmu fiqih dan tasawwuf. Di antaranya, tempat tujuan pertamanya adalah kediaman seorang Allamah yang terpandang di masanya, Al-Arif billah “Al-habib syaikh bin Umar bin Seggaf.

Salah seorang dari sederetan para gurunya yang paling utama, adalah seorang arif billah yang namanya termasyhur di jagad raya ini. Guru dari para guru di zamannya, Al-Imam Al-Qutub Al-habib Ali bin Muhammad Al-habsyi RA.

Perhatian maha gurunya telah tertumpahkan pada murid kesayangannya jauh sebelum kedatangannya ke Hadramaut, ketika beliau masih berada di tanah Jawa.

Hal ini terbukti dengan sebuah kisah yang sangat menarik antara Al-habib Ali dengan salah seorang muridnya yang lain. Pada suatu hari Habib Ali memanggil salah satu murid setianya. Beliau lalu berkata “Ingatlah ada tiga auliya’ yang nama, haliah dan maqam mereka sama”.

Wali yang pertama telah berada di alam barzakh, yakni Al-habib Qutbul-Mala’ Abubakar bin Abdullah Alydrus. Kedua, engkau pernah melihatnya di masa kecilmu, yaitu Al-habib Abubakar bin Abdullah at-Attas.

Ketiga, akan engkau lihat dia di akhir usia kamu. Habib Ali pun tidak menjelaskan lebih lanjut siapakah wali ketiga yang dimaksud olehnya. Eh, ternyata Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf.

Pada usia 17, dengan ditemani Al-Arif billah Alhabib Alwi bin Segaf Assegaf (Dimakamkan di Turbah Kebon-Agung Pasuruan) berangkatlah beliau ke Indonesia. Adapun tujuan pertamanya adalah kota kelahirannya Besuki. Setelah tiga tahun tinggal di sana, beliau lalu berhijrah ke Gresik tahun 1305 H dalam usia 20 tahun.

Dan di kota inilah beliau bermukim. Mengingat usianya yang masih sangat muda, maka kegiatan menuntut Ilmu, Ijazah dan Ilbas masih terus dilakoninya tanpa kenal lelah.

Hingga suatu peristiwa di luar akal manusia terjadi di Jumat. Saat khatib yang menyampaikan khutbahnya, tiba-tiba beliau mendapat lintasan hati Rahmani dan sebuah izin Rabbaniy.

Ketika itu nuraninya berkata agar beliau segera mengasingkan diri dari manusia sekitarnya. Hatinya pun menjadi lapang untuk melakukan uzlah menjauhkan diri dari kehidupan dunia.

Seketika itu juga beliau beranjak meninggalkan Masjid Jamik Gresik langsung menuju rumah. Dan, sejak itu beliau tidak lagi menemui seorang pun dan tidak pula memberi kesempatan orang untuk menemuinya.

Hal ini beliau lakukan tiada lagi hanya untuk mengabdikan diri dan beribadah kepada Rabbnya dengan segenap jiwa raganya, dan berlangsung sampai lima belas tahun lamanya.

Hingga tibanya izin dari Allah agar beliau keluar dari khalwatnya untuk kembali berinteraksi dengan manusia di sekitarnya.Pada saat menjelang keluar dari khalwatnya, beliau disambut gurunya Alhabib Muhammad bin Idrus Alhabsyi, seraya berkata. “Aku telah memohon dan bertawajjuh pada Allah selama tiga hari tiga malam untuk mengeluarkan Abubakar bin Muhammad Assegaf”.

Habib Muhammad lalu menuntunnya keluar dan membawanya berziarah ke makam seorang wali yang tersohor dan menjadi mahkota bagi segala kemuliaan di zamannya, yakni Alhabib Alwiy bin Muhammad Hasyim RA.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3341 seconds (0.1#10.140)