Santri Ponpes Penaber Bawean Dibekali Ketrampilan Membatik
A
A
A
GRESIK - Pondok Pesantren Penaber Desa Sukaoneng, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik membekali santrinya ketrampilan membatik untuk bekal pengembangan usaha ekonomi kreatif jika lulus. Pesantren tersebut lokasinya sekitar 15 kilometer arah Pelabuhan Bawean. Layaknya pesantren kebanyakan, Ponpes Penaber juga jauh dari kata mewah. Meski begitu cukup alami. Bangunannya terbuat dari papan dan sebagian anyaman bambu.
Aula berbentuk joglo. Cukup terbuka dan tepi persawahan. Pun aula yang dipakai showroom hasil membatik para santri terbuat dari anyaman bambu.
Hanya sekolah dan tempat mukim para santri yang dibangun permanen. Keduanya dibangun dengan dua lantai. Namun tetap saja, tidak menghilangkan kesan alami.
Terbukti, siang itu, sekitar pukul 14.30 WIB di joglo dekat persawahaan. Terlihat dua santriwati dan dua santri sedang membatik.
Mereka terlihat ditemani seorang guru membatiknya. “Silahkan! Ini kebetulan sedang kelas membatik,” ujar Sang Guru.
Rombongan anggota DPR RI Jazilul Fawaid yang kebetulan siang itu melakukan kunjungan, langsung mendekat. Sejurus kemudian ikut melihat para santri membatik.
“Membatik ini bagian pelajaran ekstra ya?” tanya Jazilul Fawaid kepada para santri maupun Sang Guru.
Bersamaan itu, sosok muda yang kharismatik datang. Beliau KH Musthofa, pengasuh Pondok Pesantren Penaber Bawean. Penampilannya tenang; bersarung, baju koko lengan panjang dan berkopiah. “Maaf Pak Jazil, seadanya,” katanya sambil bersalaman anggota dewan yang asli Bawean itu.
Setelah melihat proses membatik di joglo pondok, KH Musthofa mengajak rombongan melihat-lihat sisi lain pondok yang punya 117 santriwan dan santriwati itu.
Di sela-sela itu, KH Musthofa memberikan paparan tentang konsep batik yang diajarkan di pesantren yang didirikan 2001 lalu itu. Bahwa, beliau ingin menghidupkan kembali batik asli Bawean.
“Selaim cakap ilmu agama, saya juga ingin santri-santri pinter membantik. Apalagi ini batik pininggalan leluhur yang mau punah,” ungkapnya.
Menariknya, membantik yang dijalani para santri Penaber Bawean tidak hanya dapat dijadikan bekal saat lulus. Namun, hasil karya membantik santri dapat dijadikan sumber pendapatan tambahan pesantren.
Apalagi, harga batik asli Bawean yang dihasilkan para santri cukup bersaing. Paling murah dihargai Rp200 ribu perhelai kain. Juga ada harga Rp250 ribu perkain. Hingga paling mahal Rp500 ribu perkain untuk batik tulis asli Bawean.
Para pembelinya juga bisa mendapatkan batik yang variatif. Ada motif pedang, motif tanduk rusa Bawean atau Atung, hingga motif kayu setigi.
“Biasanya rata-rata untuk membuat batik diperlukan waktu satu hari,” kata Rohmah, siswa Kelas IX MA Penaber.
Sementara itu, KH Mustofa mengatakan, pembuatan batik sudah menjadi kegiatan ekstra para santri. Setiap hari para santri terlibat belajar dan menghasilkan produk batik khas Bawean.
“Melalui kegiatan ini, saya harapkan santri tidak hanya cakap dalam hal agama, melainkan pada ekonomi kreatif,” katanya.
Diakui, bila pembelajaran ini untuk membekali para santri ketika lulus dari pesantren. Bahkan, juga saat membuka pesantren, membatik bisa dikembangkan juga.
Sedangkan Jazilul Fawaid berharap apa yang dikembangkan Ponpes Penaber Bawean ini dapat ditiru lembaga pendidikan lain. Apalagi, yang dikembangkan batik asli Bawean. “Bagi saya batik Bawran ini harus terus dilakukan pengembangan,” katanya.
Menurutnya, salah satunya dengan cara menambahkan motif karakter khas Bawean. Seperti gambar pedang, bunga santegi, tanduk rusa dan rumah durung. Diharapkan dengan pengembangan itu, batik Bawean bisa menembus pangsa pasar nasional.
“Apalagi di sini tempat satu-satunya pembuat batik di Bawean. Meski baru pemula produk yang dihasilkan sudah memiliki karakter khas tersendiri," ungkapnya.
Dikatakan, dengan memiliki karakter khas tersendiri, produk bakal banyak diminati. Karena itu pihaknya mendorong agar para santri lebih banyak menemukan karakter baru. Hal itu agar lebih memudah menyasar ke pangsa pasar yang lebih luas.
Aula berbentuk joglo. Cukup terbuka dan tepi persawahan. Pun aula yang dipakai showroom hasil membatik para santri terbuat dari anyaman bambu.
Hanya sekolah dan tempat mukim para santri yang dibangun permanen. Keduanya dibangun dengan dua lantai. Namun tetap saja, tidak menghilangkan kesan alami.
Terbukti, siang itu, sekitar pukul 14.30 WIB di joglo dekat persawahaan. Terlihat dua santriwati dan dua santri sedang membatik.
Mereka terlihat ditemani seorang guru membatiknya. “Silahkan! Ini kebetulan sedang kelas membatik,” ujar Sang Guru.
Rombongan anggota DPR RI Jazilul Fawaid yang kebetulan siang itu melakukan kunjungan, langsung mendekat. Sejurus kemudian ikut melihat para santri membatik.
“Membatik ini bagian pelajaran ekstra ya?” tanya Jazilul Fawaid kepada para santri maupun Sang Guru.
Bersamaan itu, sosok muda yang kharismatik datang. Beliau KH Musthofa, pengasuh Pondok Pesantren Penaber Bawean. Penampilannya tenang; bersarung, baju koko lengan panjang dan berkopiah. “Maaf Pak Jazil, seadanya,” katanya sambil bersalaman anggota dewan yang asli Bawean itu.
Setelah melihat proses membatik di joglo pondok, KH Musthofa mengajak rombongan melihat-lihat sisi lain pondok yang punya 117 santriwan dan santriwati itu.
Di sela-sela itu, KH Musthofa memberikan paparan tentang konsep batik yang diajarkan di pesantren yang didirikan 2001 lalu itu. Bahwa, beliau ingin menghidupkan kembali batik asli Bawean.
“Selaim cakap ilmu agama, saya juga ingin santri-santri pinter membantik. Apalagi ini batik pininggalan leluhur yang mau punah,” ungkapnya.
Menariknya, membantik yang dijalani para santri Penaber Bawean tidak hanya dapat dijadikan bekal saat lulus. Namun, hasil karya membantik santri dapat dijadikan sumber pendapatan tambahan pesantren.
Apalagi, harga batik asli Bawean yang dihasilkan para santri cukup bersaing. Paling murah dihargai Rp200 ribu perhelai kain. Juga ada harga Rp250 ribu perkain. Hingga paling mahal Rp500 ribu perkain untuk batik tulis asli Bawean.
Para pembelinya juga bisa mendapatkan batik yang variatif. Ada motif pedang, motif tanduk rusa Bawean atau Atung, hingga motif kayu setigi.
“Biasanya rata-rata untuk membuat batik diperlukan waktu satu hari,” kata Rohmah, siswa Kelas IX MA Penaber.
Sementara itu, KH Mustofa mengatakan, pembuatan batik sudah menjadi kegiatan ekstra para santri. Setiap hari para santri terlibat belajar dan menghasilkan produk batik khas Bawean.
“Melalui kegiatan ini, saya harapkan santri tidak hanya cakap dalam hal agama, melainkan pada ekonomi kreatif,” katanya.
Diakui, bila pembelajaran ini untuk membekali para santri ketika lulus dari pesantren. Bahkan, juga saat membuka pesantren, membatik bisa dikembangkan juga.
Sedangkan Jazilul Fawaid berharap apa yang dikembangkan Ponpes Penaber Bawean ini dapat ditiru lembaga pendidikan lain. Apalagi, yang dikembangkan batik asli Bawean. “Bagi saya batik Bawran ini harus terus dilakukan pengembangan,” katanya.
Menurutnya, salah satunya dengan cara menambahkan motif karakter khas Bawean. Seperti gambar pedang, bunga santegi, tanduk rusa dan rumah durung. Diharapkan dengan pengembangan itu, batik Bawean bisa menembus pangsa pasar nasional.
“Apalagi di sini tempat satu-satunya pembuat batik di Bawean. Meski baru pemula produk yang dihasilkan sudah memiliki karakter khas tersendiri," ungkapnya.
Dikatakan, dengan memiliki karakter khas tersendiri, produk bakal banyak diminati. Karena itu pihaknya mendorong agar para santri lebih banyak menemukan karakter baru. Hal itu agar lebih memudah menyasar ke pangsa pasar yang lebih luas.
(sms)