Surabaya Miliki Dua Patahan Aktif dan Dugaan Potensi Likuifaksi
A
A
A
SURABAYA - Rangkaian gempa bumi yang terjadi di berbagai kota di Indonesia menjadi peringatan dini bagi semua warga. Termasuk warga Surabaya, Jawa Timur yang diminta untuk tanggap dalam persiapan menghadapi gempa bumi.
Pakar Kebumian dan Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menuturkan, pihaknya mengimbau ada kesiapan yang dilakukan masyarakat untuk menghadapi bencana gempa. "Gempa bumi itu tidak mematikan, tapi dampaknya yakni bangunan rumah serta potensi terjadinya likuifaksi yang bisa menimbulkan korban jiwa," ujar Amien, Kamis (11/10/2018).
Ia melanjutkan, kesiapan sejak dini bukan dipahami untuk memberikan rasa takut saja. Tapi ini dilakukan untuk membangun kesiapan warga dalam menghadapi gempa bumi. Apalagi dalam riwayatnya di Surabaya dan sekitarnya sudah pernah terjadi gempa bumi. "Ada tulisan jelas di sebuah gereja yang ada di kawasan Morokrembangan yang ditulis di dindingnya pernah hancur karena gempa di tahun 1870," ungkapnya.
Makanya, katanya, survei dan hasil yang diperoleh terhadap sosial masyarakat juga harus dilakukan terkait dampak sosialnya. "Biar masyarakat bisa lebih siap ketika bencana yang tidak bisa diprediksi itu tiba," ucapnya. (Baca Juga: Tiga Warga Sumenep Tewas Akibat Gempa Bumi 6,4 SR di Situbondo
Ia juga membeberkan, di Kota Surabaya memiliki dua patahan aktif yang berpotensi menimbulkan gempa dengan magnitudo cukup besar. Patahan ini adalah Sesar Surabaya dan Sesar Waru. Keduanya ini berpotensi untuk menimbulkan gempa besar, yakni sampai dengan angka 6,5 SR.
Kondisi tanah endapan tanah di Kota Pahlawan juga memiliki potensi untuk turut memperbesar amplitudo gempa. Bukan hanya itu, hal ini juga bisa berujung pada likuifaksi seperti yang terjadi pada gempa bumi di Palu. "Ada dugaan likuifaksi dari hasil tes biofisika yang sudah kami lakukan. Tapi hasil itu harus diperjelas dengan riset lanjutan berupa pengambilan sembilan contoh tanah yang ada di Surabaya dari kedalaman 0-30 meter," katanya.
Amien Widodo mengaku, saat ini ia bersama tim tengah terus melakukan penelitian lebih lanjut terkait potensi gempa bumi di Kota Surabaya. Pihaknya pun berharap pemerintah daerah setempat bisa lebih aktif untuk melakukan penelitian tanah serta riset lainnya tentang gempa bumi. "Biar semua ada kesiapan. Hasilnya juga bisa diperoleh lebih valid," katanya. (Baca Juga: Gempa 6,3 SR di Jatim, 3 Orang Meninggal, 8 Luka, Puluhan Rumah Rusak(amm)
Pakar Kebumian dan Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menuturkan, pihaknya mengimbau ada kesiapan yang dilakukan masyarakat untuk menghadapi bencana gempa. "Gempa bumi itu tidak mematikan, tapi dampaknya yakni bangunan rumah serta potensi terjadinya likuifaksi yang bisa menimbulkan korban jiwa," ujar Amien, Kamis (11/10/2018).
Ia melanjutkan, kesiapan sejak dini bukan dipahami untuk memberikan rasa takut saja. Tapi ini dilakukan untuk membangun kesiapan warga dalam menghadapi gempa bumi. Apalagi dalam riwayatnya di Surabaya dan sekitarnya sudah pernah terjadi gempa bumi. "Ada tulisan jelas di sebuah gereja yang ada di kawasan Morokrembangan yang ditulis di dindingnya pernah hancur karena gempa di tahun 1870," ungkapnya.
Makanya, katanya, survei dan hasil yang diperoleh terhadap sosial masyarakat juga harus dilakukan terkait dampak sosialnya. "Biar masyarakat bisa lebih siap ketika bencana yang tidak bisa diprediksi itu tiba," ucapnya. (Baca Juga: Tiga Warga Sumenep Tewas Akibat Gempa Bumi 6,4 SR di Situbondo
Ia juga membeberkan, di Kota Surabaya memiliki dua patahan aktif yang berpotensi menimbulkan gempa dengan magnitudo cukup besar. Patahan ini adalah Sesar Surabaya dan Sesar Waru. Keduanya ini berpotensi untuk menimbulkan gempa besar, yakni sampai dengan angka 6,5 SR.
Kondisi tanah endapan tanah di Kota Pahlawan juga memiliki potensi untuk turut memperbesar amplitudo gempa. Bukan hanya itu, hal ini juga bisa berujung pada likuifaksi seperti yang terjadi pada gempa bumi di Palu. "Ada dugaan likuifaksi dari hasil tes biofisika yang sudah kami lakukan. Tapi hasil itu harus diperjelas dengan riset lanjutan berupa pengambilan sembilan contoh tanah yang ada di Surabaya dari kedalaman 0-30 meter," katanya.
Amien Widodo mengaku, saat ini ia bersama tim tengah terus melakukan penelitian lebih lanjut terkait potensi gempa bumi di Kota Surabaya. Pihaknya pun berharap pemerintah daerah setempat bisa lebih aktif untuk melakukan penelitian tanah serta riset lainnya tentang gempa bumi. "Biar semua ada kesiapan. Hasilnya juga bisa diperoleh lebih valid," katanya. (Baca Juga: Gempa 6,3 SR di Jatim, 3 Orang Meninggal, 8 Luka, Puluhan Rumah Rusak(amm)