Kisah Para Relawan Gempa Palu: Baju Belum Dicuci Langsung Masuk Tas
A
A
A
SEMARANG - Belum kering air mata menyaksikan duka lara di Lombok, ujian untuk negeri ini kembali datang ketika Sulawesi Tengah tepatnya Kota Donggala dan Palu diguncang gempa berkekuaran 7,7 Skala Richter. Guncangan hebat itu menyebabkan tsunami hingga ketinggian empat meter dan menimbulkan kerusakan hebat serta menelan ribuan korban jiwa.
Pemerintah beserta sejumlah kalangan tergerak memberikan bantuan untuk meringankan beban korban. Tak terkecuali para relawan yang langsung bersiap meluncur ke lokasi bencana untuk membantu proses evakuasi, rehabilitasi, hingga menghibur korban agar tak larut dalam kesedihan mendalam.
Beragam cerita mewarnai setiap perjalanan para relawan ketika memutuskan berangkat ke lokasi bencana, termasuk persiapan dalam waktu sangat singkat. Tak jarang mereka hanya membawa perbekalan seadanya karena harus segera memenuhi panggilan kemanusian.
Seperti yang dilakukan kelompok sosial Aksi Cepat Tanggap Regional Jawa Tengah (ACT Jateng) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) bersiap memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak bencana di Donggala dan Palu. Selain menggalang kepedulian masyarakat, ACT Jateng juga turun langsung memberikan bantuan dengan mengirimkan sembilan relawan di lokasi bencana.
Mereka adalah Arofik, Frizka Anggraeni, Ito Dwiantoko, Muhammad Ikhsan, Ridwan Subarkah, Wirawanto, Taufiq Nur Arifin, Choirul Sani, dan Irsyad Muhammad Tamar. Relawan ini berasal dari berbagai latar belakang namun memiliki kemampuan rescue atau menolong korban bencana.
Ito Dwiantoko, salah satu relawan asal Tegal, mengaku memiliki motivasi tersendiri sehingga mau menjadi relawan untuk terjun di Donggala dan Palu.
“Saya kuliah di Bandung, begitu dapat panggilan dari ACT langsung bergegas ke Semarang, jangankan persiapan, baju aja belum dicuci saya masukin tas, pokoknya Bismillah demi membantu saudara yang tertimpa musibah saya siap,” ungkap Ito.
Lain lagi, Irsyad Muhammad Tamar, relawan asal Pemalang. Dia menuturkan kegembiraannya bisa bergabung dengan relawan kemanusiaan untuk Donggala-Palu.
“Saya belum lama ini mengikuti seleksi menjadi tim rescue bersama MRI Jawa Tengah, dan alhamdulillah setelah melakukan serangkaian tes saya terpilih dan mendapat amanah untuk bertugas di lokasi bencana,” tuturnya penuh semangat.
Sembilan relawan yang akan bertugas di Donggala dan Palu ini terdiri dari tujuh orang ahli di bidang rescue dan dua lainnya di bidang medis. Pelepasan relawan ini adalah langkah awal ACT Jateng dalam ikhtiar terbaik membantu korban terdampak gempa dan tsunami.
Kepala Cabang ACT Jateng, Sri Suroto menyebutkan bahwa, relawan-relawan tersebut akan bertugas untuk dua pekan ke depan.
“Pada fase ini, kita menyebutnya fase emergency, di mana fokus yang akan kita lakukan di lokasi bencana adalah pencarian korban yang masih belum ditemukan, kemudian memberikan bantuan medis dan mendirikan posko kemanusiaan. Ini bencana yang harus ditangani dengan serius, informasi terakhir korban jiwa akibat gempa dan tsumani sudah lebih dari 1.200 orang, sementara 540 orang mengalami luka berat yang harus segera tertangani,” katanya.
Suroto kembali menambahkan, bahwa seluruh relawan berangkat dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandara Sultan Hasanudin. Tim ACT bekerjasama dengan TNI di Makassar, untuk kemudian bersama-sama menempuh jalur darat menuju Donggala dan Palu.
Acara pelepasan relawan bertempat di halaman Masjid Jami’ Jatisari, Kecamatan Mijen. Usai pelepasan relawan, ACT akan bersiap memberangkatkan kapal kemanusiaan berisi bantuan logistik dan kebutuhan mendasar yang akan berangkat dari Surabaya menuju Sulawesi Tengah.
Pemerintah beserta sejumlah kalangan tergerak memberikan bantuan untuk meringankan beban korban. Tak terkecuali para relawan yang langsung bersiap meluncur ke lokasi bencana untuk membantu proses evakuasi, rehabilitasi, hingga menghibur korban agar tak larut dalam kesedihan mendalam.
Beragam cerita mewarnai setiap perjalanan para relawan ketika memutuskan berangkat ke lokasi bencana, termasuk persiapan dalam waktu sangat singkat. Tak jarang mereka hanya membawa perbekalan seadanya karena harus segera memenuhi panggilan kemanusian.
Seperti yang dilakukan kelompok sosial Aksi Cepat Tanggap Regional Jawa Tengah (ACT Jateng) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) bersiap memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak bencana di Donggala dan Palu. Selain menggalang kepedulian masyarakat, ACT Jateng juga turun langsung memberikan bantuan dengan mengirimkan sembilan relawan di lokasi bencana.
Mereka adalah Arofik, Frizka Anggraeni, Ito Dwiantoko, Muhammad Ikhsan, Ridwan Subarkah, Wirawanto, Taufiq Nur Arifin, Choirul Sani, dan Irsyad Muhammad Tamar. Relawan ini berasal dari berbagai latar belakang namun memiliki kemampuan rescue atau menolong korban bencana.
Ito Dwiantoko, salah satu relawan asal Tegal, mengaku memiliki motivasi tersendiri sehingga mau menjadi relawan untuk terjun di Donggala dan Palu.
“Saya kuliah di Bandung, begitu dapat panggilan dari ACT langsung bergegas ke Semarang, jangankan persiapan, baju aja belum dicuci saya masukin tas, pokoknya Bismillah demi membantu saudara yang tertimpa musibah saya siap,” ungkap Ito.
Lain lagi, Irsyad Muhammad Tamar, relawan asal Pemalang. Dia menuturkan kegembiraannya bisa bergabung dengan relawan kemanusiaan untuk Donggala-Palu.
“Saya belum lama ini mengikuti seleksi menjadi tim rescue bersama MRI Jawa Tengah, dan alhamdulillah setelah melakukan serangkaian tes saya terpilih dan mendapat amanah untuk bertugas di lokasi bencana,” tuturnya penuh semangat.
Sembilan relawan yang akan bertugas di Donggala dan Palu ini terdiri dari tujuh orang ahli di bidang rescue dan dua lainnya di bidang medis. Pelepasan relawan ini adalah langkah awal ACT Jateng dalam ikhtiar terbaik membantu korban terdampak gempa dan tsunami.
Kepala Cabang ACT Jateng, Sri Suroto menyebutkan bahwa, relawan-relawan tersebut akan bertugas untuk dua pekan ke depan.
“Pada fase ini, kita menyebutnya fase emergency, di mana fokus yang akan kita lakukan di lokasi bencana adalah pencarian korban yang masih belum ditemukan, kemudian memberikan bantuan medis dan mendirikan posko kemanusiaan. Ini bencana yang harus ditangani dengan serius, informasi terakhir korban jiwa akibat gempa dan tsumani sudah lebih dari 1.200 orang, sementara 540 orang mengalami luka berat yang harus segera tertangani,” katanya.
Suroto kembali menambahkan, bahwa seluruh relawan berangkat dari Bandara Ahmad Yani, Semarang menuju Bandara Sultan Hasanudin. Tim ACT bekerjasama dengan TNI di Makassar, untuk kemudian bersama-sama menempuh jalur darat menuju Donggala dan Palu.
Acara pelepasan relawan bertempat di halaman Masjid Jami’ Jatisari, Kecamatan Mijen. Usai pelepasan relawan, ACT akan bersiap memberangkatkan kapal kemanusiaan berisi bantuan logistik dan kebutuhan mendasar yang akan berangkat dari Surabaya menuju Sulawesi Tengah.
(sms)