Pojok Baca Jadi Spirit Literasi di Perdesaan

Rabu, 03 Oktober 2018 - 16:39 WIB
Pojok Baca Jadi Spirit Literasi di Perdesaan
Pojok Baca Jadi Spirit Literasi di Perdesaan
A A A
PURWAKARTA - Masyarakat yang cerdas dan berwawasan luas tidaklah terwujud dengan serta merta, melainkan lahir melalui proses pembangunan yang seimbang antara sik dan nonsik.

Bagi Kabupaten Purwakarta, keseimbangan pembangunan itu menjadi fokus utama dalam mewujudkan masyarakat Purwakarta berkarakter.Untuk pembangunan sik, dalam hal ini infra struktur, selama sepuluh tahun terakhir Kabupaten Purwakarta mengalami lompatan luar biasa.

Sehingga lima tahun ke depan, Pemkab Purwakarta berkomitmen untuk melanjutkan Purwakarta Istimewa. Sementara guna menggenjot pembangunan nonsik, orientasinya adalah meningkatkan spirit literasi hingga ke pelosok perdesaan.

Artinya minat baca masyarakat terus digenjot sehingga menambah wawasan dan pengetahuan dalam berbagai hal. Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika, mengungkapkan, berbagai alasan yang mendorongnya untuk meningkatkan minat baca masyarkat.

Salah satunya, masayarakat perdesaan yang biasanya terdiri dari kelas menengah dan bawah sangat rentan terhadap isu-isu yang tidak bertanggung jawab (hoax). Seiring dengan luasnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat, maka menjadi daya tangkal terhadap hoax.

“Konten sosial media sudah menjadi konsumsi semua kalangan tanpa kecuali. Mereka yang memiliki bekal literasi yang cukup tidak akan terpengaruh isu-isu seperti itu. Tetapi, kalangan menengah ke bawah ini masih rentan. Menciptakan pojok baca hingga ke pelosok perdesaan menjadi salah satu upaya dalam spirit lterasi itu ,” ungkap Anne.

Menurut Anne, pojok baca merupakan hasil pemikirannya atas pengalaman selama 10 tahun mengikuti kegiatan gempungan yang biasa dilakukan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Saat itu, Anne menginisiasi perpustakaan keliling.

Animo warga baik para pelajar maupun masyarakat umum ternyata besar. Sementara infrastruktur untuk merealisasikan itu dirasa belum memadai. Karena, hanya mengandalkan satu perpustakaan keliling yang mobile Rabu. “Konsepnya kita ubah, bukan lagi perpustakaan keliling.

Tetapi, kita bangun perpustakaannya di setiap desa. Ruang terbuka hijau di sekitar perpustakaan desa itu kita namakan pojok baca. Literasi konvensional bisa melalui buku, literasi digital melalui akses internet gratis yang kita berikan,” paparnya.

Mantan Mojang Purwakarta 1999 tersebut berencana memperkaya klasifikasi buku dalam perpustakaan desa. Buku bacaan untuk anak dipastikan akan tersedia. Genrenya pun beraneka ragam mulai dari komik edukatif sampai ensiklopedi bergambar.

Selain itu, buku pengetahuan umum dan pendidikan nilai Pancasila akan menghiasi rak buku dalam perpustakaan tersebut. Tak kalah penting menurut Anne, ketersediaan Mushaf Alquran lengkap dengan kitab tafsir karya ulama salaf yang sudah diterjemahkan.

“Seribu judul buku kita targetkan ada di perpustakaan desa. Perpustakaan itu harus kaya dengan berbagai jenis pengetahuan. Untuk bisa menjelaskan tafsir, kalau perlu kita hadirkan kyai setempat di perpustakaan itu,” katanya.

Di bagian lain, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Purwakarta Nina Meinawati mengaku sudah menerima instruksi langsung dari Bupati Purwakarta, soal pojok baca. Sebagai tindak lanjut, terlebih dahulu pihaknya akan melakukan survei lapangan.

“Beberapa desa itu sudah ada yang memiliki pojok baca. Artinya, ini kita tinggal melanjutkan saja. Kita mulai dengan survei lokasi di beberapa desa karena lokasinya harus nyaman,” ujarnya.

Spirit literasi warga Purwakarta juga dipastikan meningkat karena kehadiran perpustakaan digital. Menurut Nina, kedua program ini bisa saling menguatkan dan mempermudah orientasi dinasnya untuk fokus meningkatkan minat baca.

“Baik perpustakaan desa, pojok baca dan perpustakaan digital, semuanya untuk peningkatan minat baca,” katanya Sementara itu, terobosan dalam meningkatkan literasi tidak hanya untuk masyarakat di perdesaan. Namun gebrakan lain juga dilakukan dengan melakukan digitalisasi buku di perpustakaan daerah.

Nina menjelaskan, tampilan koleksi buku dalam perpustakaan tersebut akan kemas dalam bentuk digital. Gaya kekinian itu dipilih sebagai bentuk penyesuaian terhadap gaya hidup masyarakat. "Pokoknya, nanti jadi perpustakaan zaman now.

Semua fasilitas kami lengkapi, ada buku berbentuk digital sampai akses internet gratis untuk pengunjung," jelasnya. Tahun lalu dia mencoba menerjemahkan gagasan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Alhasil, sebentar lagi Purwakarta akan memiliki perpustakaan digital pertama di Jawa Barat, bahkan di Indonesia. "Saya kira ini menjadi perpustakaan digital pertama di Jawa Barat bahkan Indonesia," katanya. Meskipun didominasi buku digital, pihak Dinas Arsip dan Perpustakaan masih akan menyediakan buku berbentuk konvensional.

Hal ini dilakukan demi menjaga nilai esensi dari sebuah perpustakaan. "Online dan o#ine kita jalan semua nantinya. Untuk online, nanti ada software khusus e-Library. Kita sudah mengajak kerja sama beberapa penerbit kenamaan untuk menyediakan konten buku digital maupun konvensional," paparnya.

Rincian bukunya, sebut dia, terdapat 600 judul dengan jumlah 3.000 eksemplar. Digitalisasinya dilakukan melalui kerja sama bersama dengan penerbit setiap buku.

Kemudian, untuk buku konvensional, ada 25.000 judul buku dengan jumlah 37.000 eksemplar. Target kunjungan pun sudah ditetapkan. Untuk diketahui, pada 2017 jumlah pengunjung mencapai 523.000 orang. Tahun ini diharapkan bisa melebihi angka itu.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9868 seconds (0.1#10.140)