Lulusan Termuda Undip, Clarissa Diwisuda Usia 18 Tahun 3 Bulan
A
A
A
SEMARANG - Senyum bahagia terpancar di raut wajah Clarissa Ivana Kartika Dinansi. Ya, hari ini, menjadi hari bersejarah dan membahagiakan baginya. Dia diwisuda di usia yang masih belia, yakni 18 tahun, 3 bulan, 26 hari.
Tepat di momentum wisuda, kebahagian mahasiswi Prodi Hubungan Internasional FISIP Universitas Diponegoro (Undip) itu semakin lengkap, dengan mendapatkan medali dan piagam penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid).
Leprid memberikan penghargaan tersebut atas prestasinya sebagai lulusan sarjana termuda (dinyatakan lulus 31 Mei 2018). Clarisa menempuh masa studi di bangku kuliah selama 3 tahun 9 bulan dengan raihan IPK 3,68. Sebelumnya, Clarissa yang pertama kali masuk perguruan tinggi (1 September 2014) di usia 14 tahun 6 bulan 27 hari, waktu itu juga tercatat sebagai mahasiswa termuda di FISIP Undip.
"Saya senang dan bangga sekali atas penghargaan (Leprid) sebagai lulusan sarjana termuda. Waktu masuk kuliah saya juga dapat penghargaan yang sama, tapi sebagai mahasiswa termuda," tutur Clarissa saat ditemui SINDOnews di Dekanat FISIP Undip, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (7/8/2018).
Meski di usia muda, dia mengaku tak ada rasa minder sama sekali saat menjalani masa studi di Prodi HI FISIP Undip. Namun demikian, putri sulung dari tiga bersaudara ini mengakui sempat ada rasa kejenuhan. "Nggak minder sama sekali meski harus kuliah bersama teman-teman lebih dewasa. Kalau soal jenuh atau tidak, ya sempat merasakan jenuh meski cuma sebentar," ungkapnya.
Clarissa membeberkan, dia bisa masuk kuliah dalam usia belia lantaran saat SD hingga SMA dirinya masuk kelas akselerasi. SD hanya dijalani selama 5 tahun, sedangkan SMP dan SMA masing-masing hanya 2 tahun, sehingga dia bisa lulus lebih cepat ketimbang teman-teman seusianya. "Saya masuk SD juga saat masih berusia 5 tahun. Jadinya, saat lulus SMA masih berusia 14,5 tahun," ujar putri pasangan Dinnar Widargo dan Yuliana Budi Setianingsih ini.
Gadis cantik ini tak memiliki kiat khusus dalam belajar. Ia belajar layaknya siswa lainnya. "Ya kalau ada panggilan belajar ya harus belajar saja, tidak ada kiat khusus," ujarnya polos.
Dia masuk Undip lewat jalur ujian mandiri (UM). Saat masuk kali pertama di Undip, gadis yang akrab disapa Echa ini mengaku biasa-biasa saja. Dia bisa langsung mengikuti perkuliahan dengan baik. Teman-temannya satu angkatan tak banyak yang tahu jika dirinya masih berusia 14 tahun saat ada sesi perkenalan di kelas.
"Saat itu, saya bilang lahir tahun 2000. Teman-teman pada tidak percaya. Karena rata-rata pada lahir 1996. Saat diminta menunjukkan KTP, jelas saya tidak bisa. Soalnya 14 tahun kan belum punya KTP," tuturnya.
Bahkan, teman-temannya sewaktu SD, SMP maupun SMA pun sampai keheranan. Pasalnya, saat dirinya masuk Undip, teman-temannya saat SD masih duduk di bangku SMP kelas VIII (kelas III).
Ibunda Clarissa, Yuliana Budi Setianingsih mengungkapkan bahwa sejak kecil putri sulungnya itu memang sudah menunjukkan kecerdasannya. Bahkan, saat usia 2 tahun, dirinya sempat dibuat repot oleh pertanyaan-pertanyaan putrinya yang kelahiran Balikpapan, 5 Februari 2000.
"Sejak sekolah di SD hingga SMP, Clarissa selalu menempati ranking pertama. Hanya saat di bangku SMA, dia tak dapat ranking 1 meski masih masuk dalam 10 besar," sebut Yuliana.
Dia mengaku tak pernah menyuruh anaknya untuk selalu belajar. "Dia (Clarissa) kalau belajar ya belajar sendiri, saya tak pernah menyuruhnya," ujar Yulianan.
Dekan FISIP Undip, Sunarto menyampaikan rasa terima kasih atas apresiasi yang diberikan Leprid kepada anak didiknya, Clarissa Ivana Kartia Dinansi sebagai lulusan sarjana termuda. Menurutnya, meski di usia muda, Clarissa mampu menyerap ilmu hingga menyelesaikan studinya dengan IPK cumlaude.
"Usia tak menghalangi seoarang untuk berprestasi. Mudah-mudahan prestasi Clarissa sebagai potensi anak bangsa ini bisa memacu mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi," tandas Sunarto. Dia berharap banyak anak muda berprestasi baik di bidang akademik maupun bidang lainnya.
Harapan senada juga disampaikan Direktur dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka. "Prestasi Clarissa sebagai lulusan sarjana termuda ini bisa menginspirasi kita semua. Tentunya kita juga berharap bisa menggugah insan lain di manapun untuk berprestasi," kata Paulus.
Tepat di momentum wisuda, kebahagian mahasiswi Prodi Hubungan Internasional FISIP Universitas Diponegoro (Undip) itu semakin lengkap, dengan mendapatkan medali dan piagam penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid).
Leprid memberikan penghargaan tersebut atas prestasinya sebagai lulusan sarjana termuda (dinyatakan lulus 31 Mei 2018). Clarisa menempuh masa studi di bangku kuliah selama 3 tahun 9 bulan dengan raihan IPK 3,68. Sebelumnya, Clarissa yang pertama kali masuk perguruan tinggi (1 September 2014) di usia 14 tahun 6 bulan 27 hari, waktu itu juga tercatat sebagai mahasiswa termuda di FISIP Undip.
"Saya senang dan bangga sekali atas penghargaan (Leprid) sebagai lulusan sarjana termuda. Waktu masuk kuliah saya juga dapat penghargaan yang sama, tapi sebagai mahasiswa termuda," tutur Clarissa saat ditemui SINDOnews di Dekanat FISIP Undip, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (7/8/2018).
Meski di usia muda, dia mengaku tak ada rasa minder sama sekali saat menjalani masa studi di Prodi HI FISIP Undip. Namun demikian, putri sulung dari tiga bersaudara ini mengakui sempat ada rasa kejenuhan. "Nggak minder sama sekali meski harus kuliah bersama teman-teman lebih dewasa. Kalau soal jenuh atau tidak, ya sempat merasakan jenuh meski cuma sebentar," ungkapnya.
Clarissa membeberkan, dia bisa masuk kuliah dalam usia belia lantaran saat SD hingga SMA dirinya masuk kelas akselerasi. SD hanya dijalani selama 5 tahun, sedangkan SMP dan SMA masing-masing hanya 2 tahun, sehingga dia bisa lulus lebih cepat ketimbang teman-teman seusianya. "Saya masuk SD juga saat masih berusia 5 tahun. Jadinya, saat lulus SMA masih berusia 14,5 tahun," ujar putri pasangan Dinnar Widargo dan Yuliana Budi Setianingsih ini.
Gadis cantik ini tak memiliki kiat khusus dalam belajar. Ia belajar layaknya siswa lainnya. "Ya kalau ada panggilan belajar ya harus belajar saja, tidak ada kiat khusus," ujarnya polos.
Dia masuk Undip lewat jalur ujian mandiri (UM). Saat masuk kali pertama di Undip, gadis yang akrab disapa Echa ini mengaku biasa-biasa saja. Dia bisa langsung mengikuti perkuliahan dengan baik. Teman-temannya satu angkatan tak banyak yang tahu jika dirinya masih berusia 14 tahun saat ada sesi perkenalan di kelas.
"Saat itu, saya bilang lahir tahun 2000. Teman-teman pada tidak percaya. Karena rata-rata pada lahir 1996. Saat diminta menunjukkan KTP, jelas saya tidak bisa. Soalnya 14 tahun kan belum punya KTP," tuturnya.
Bahkan, teman-temannya sewaktu SD, SMP maupun SMA pun sampai keheranan. Pasalnya, saat dirinya masuk Undip, teman-temannya saat SD masih duduk di bangku SMP kelas VIII (kelas III).
Ibunda Clarissa, Yuliana Budi Setianingsih mengungkapkan bahwa sejak kecil putri sulungnya itu memang sudah menunjukkan kecerdasannya. Bahkan, saat usia 2 tahun, dirinya sempat dibuat repot oleh pertanyaan-pertanyaan putrinya yang kelahiran Balikpapan, 5 Februari 2000.
"Sejak sekolah di SD hingga SMP, Clarissa selalu menempati ranking pertama. Hanya saat di bangku SMA, dia tak dapat ranking 1 meski masih masuk dalam 10 besar," sebut Yuliana.
Dia mengaku tak pernah menyuruh anaknya untuk selalu belajar. "Dia (Clarissa) kalau belajar ya belajar sendiri, saya tak pernah menyuruhnya," ujar Yulianan.
Dekan FISIP Undip, Sunarto menyampaikan rasa terima kasih atas apresiasi yang diberikan Leprid kepada anak didiknya, Clarissa Ivana Kartia Dinansi sebagai lulusan sarjana termuda. Menurutnya, meski di usia muda, Clarissa mampu menyerap ilmu hingga menyelesaikan studinya dengan IPK cumlaude.
"Usia tak menghalangi seoarang untuk berprestasi. Mudah-mudahan prestasi Clarissa sebagai potensi anak bangsa ini bisa memacu mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi," tandas Sunarto. Dia berharap banyak anak muda berprestasi baik di bidang akademik maupun bidang lainnya.
Harapan senada juga disampaikan Direktur dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka. "Prestasi Clarissa sebagai lulusan sarjana termuda ini bisa menginspirasi kita semua. Tentunya kita juga berharap bisa menggugah insan lain di manapun untuk berprestasi," kata Paulus.
(amm)