Pemkot Bandung Prediksi Harga Ayam dan Telur Turun Akhir Juli
A
A
A
BANDUNG - Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung Elly Wasliah memprediksi harga ayam potong dan telur akan kembali normal akhir Juli. Hal ini seiring mulai stabilnya ketersediaan stok di tingkat peternak.
Elly mengaku, pihaknya sudah berkoordinasi dengan para peternak ayam di Priangan dan pembudidaya telur di Blitar, Jawa Timur untuk memastikan suplai ayam dan telur kembali normal. Peternak diperkirakan mulai panen setelah melakukan penggemukan selama 30 hari.
"Insya Allah akhir Juli ini akan normal kembali produksinya,karena akan mulai proses memanen. Saya sudah koordinasi dengan mereka (produsen). Mudah-mudahan nanti harganya kembali normal,” kata dia, Selasa (24/7/2018).
Lebih lanjut Elly menjelaskan, tingginya harga ayam selain karena pasokan yang kurang juga disebabkan panjangnya mata rantai distribusi hingga sampai tangan pengecer. Setiap rantai distribusi mengambil keuntungan hingga tingkat pedagang. Sehingga, begitu sampai konsumen harga tinggi.
"(Harga ayam) bisa mahal karena ada broker, pengumpul, dan pedagang. Kenapa di operasi pasar bisa murah, karena kami langsung ke produsennya. Kami putus mata rantai distribusinya, sehingga harga terjangkau," ujarnya.
Analis Senior Divisi Pengembangan Ekonomi KPw BI Prov Jabar Achmad P Subarkah mengatakan, secara historis biasanya telur dan ayam sudah turun. Tetapi, hingga kini harga masih tinggi.
"Setidaknya operasi pasar ini menjadi usaha kami untuk menurunkan harga. Walaupun sebenarnya Bandung cukup luas. Jadi tidak mungkin tercover semua," kata dia di sela-sela operasi pasar di Pasar Ujungberung, Kota Bandung.
Menurut Achmad, telur dan ayam menyumbang inflasi cukup besar. Melalui operasi pasar, harganya diharapkan terkendali. Target inflasi Jabar tahun ini sebesar 3,5% diharapkan tercapai.
Elly mengaku, pihaknya sudah berkoordinasi dengan para peternak ayam di Priangan dan pembudidaya telur di Blitar, Jawa Timur untuk memastikan suplai ayam dan telur kembali normal. Peternak diperkirakan mulai panen setelah melakukan penggemukan selama 30 hari.
"Insya Allah akhir Juli ini akan normal kembali produksinya,karena akan mulai proses memanen. Saya sudah koordinasi dengan mereka (produsen). Mudah-mudahan nanti harganya kembali normal,” kata dia, Selasa (24/7/2018).
Lebih lanjut Elly menjelaskan, tingginya harga ayam selain karena pasokan yang kurang juga disebabkan panjangnya mata rantai distribusi hingga sampai tangan pengecer. Setiap rantai distribusi mengambil keuntungan hingga tingkat pedagang. Sehingga, begitu sampai konsumen harga tinggi.
"(Harga ayam) bisa mahal karena ada broker, pengumpul, dan pedagang. Kenapa di operasi pasar bisa murah, karena kami langsung ke produsennya. Kami putus mata rantai distribusinya, sehingga harga terjangkau," ujarnya.
Analis Senior Divisi Pengembangan Ekonomi KPw BI Prov Jabar Achmad P Subarkah mengatakan, secara historis biasanya telur dan ayam sudah turun. Tetapi, hingga kini harga masih tinggi.
"Setidaknya operasi pasar ini menjadi usaha kami untuk menurunkan harga. Walaupun sebenarnya Bandung cukup luas. Jadi tidak mungkin tercover semua," kata dia di sela-sela operasi pasar di Pasar Ujungberung, Kota Bandung.
Menurut Achmad, telur dan ayam menyumbang inflasi cukup besar. Melalui operasi pasar, harganya diharapkan terkendali. Target inflasi Jabar tahun ini sebesar 3,5% diharapkan tercapai.
(zik)