Diskusi di Penjara Banceuy Bandung, Mahasiswa Bumikan Pancasila

Minggu, 15 Juli 2018 - 12:20 WIB
Diskusi di Penjara Banceuy Bandung, Mahasiswa Bumikan Pancasila
Diskusi di Penjara Banceuy Bandung, Mahasiswa Bumikan Pancasila
A A A
BANDUNG - Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dipandang semakin luntur. Kondisi itu mengusik kegelisahan ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Hukum Universitas Langlangbuana, Bandung, Jawa Barat.

"Saat ini Pancasila dimaknai begitu sempit. Bahk‎an sekadar jargon identitas kelompok politik untuk mempertahankan dominasi kekuasaan‎," kata Ketua Komisariat GMNI Fakultas Hukum Unla Bahroen dalam diskusi tentang Pancasila di depan situs bersejarah Panjara Banceuy, Jalan Banceuy, Kota Bandung, Sabtu (14/7/2018) malam. Selain Bahroen, hadir sebagai narasumber antara lain alumni GMNI Jabar Andy Talman, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Abdy Yuhana Ari Mulia Subagdja, dan Aa Abdul Rozak.

Melalui diskusi di depan penjara yang pernah ditempati dan menjadi saksi bisu penulisan pleidoi Indonesia Menggugat oleh Ir Soekarno itu, mahasiswa berupaya membumikan kembali Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila, dasar Negara Republik Indonesia, harus berfungai sebagai fondasi dan ruh aktivitas rakyat.

"Tidak elok jika Pancasila hanya jadi rangkaian kalimat kosong tanpa arti, seperti saat ini. Tidak cukup sebatas saya Pancasila, Anda Pancasila, kita Pancasila. ‎Kita tidak Pancasilais saat membiarkan tetangga kelaparan. Negara dan pemerintah tidak Pancasilais jika untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pendidikan gratis saja, harus memberi label mereka yang tidak mampu secara ekonomi dengan stempel miskin," tutur Bahroen.

Sementara itu, Abdy Yuhana mengungkapkan, Pancasila sebagai ideologi bersifat universal. "Pancasila lahir di bumi Indonesia. Namun asas negara itu digali Bung Karno dari nilai-nilai luhur bangsa yang diwarisi oleh nenek moyang kita. Karena itu, kita harus meyakini hanya Pancasila yang secara rasional akal sehat mampu mempersatukan segala perbedaan di Indonesia. Sebagai sebuah keyakinan, Pancasila harus dipahami sebagai ideologi yang harus diamalkan oleh kita semua," ungkap Abdy.

Saat ini Pancasila sedang dikepung dua ideologi besar, yakni liberalisme yang mengusung kebebasan dan radikalisme agama. Kedua kutub ekstrem tersebut membahayakan ketahanan dan pertahanan bangsa. "Sebagai masyarakat yang sadar kondisi kekinian, kita harus memahami Pancasila sebagai konsep dan konsensus dalam berbangsa dan negara," kata Abdy.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2944 seconds (0.1#10.140)