Kisah Perjuangan Aparat Membawa Logistik Pilkada ke Desa Terpencil

Jum'at, 29 Juni 2018 - 03:34 WIB
Kisah Perjuangan Aparat...
Kisah Perjuangan Aparat Membawa Logistik Pilkada ke Desa Terpencil
A A A
MERANGIN - Tak kenal lelah dan tidak ada kata menyerah. Begitulah perjuangan dua prajurit TNI dan empat personel polisi ini untuk membawa logistik pilkada ke desa terpencil di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, agar masyarakat bisa menyalurkan hak pilihnya pada Pilkada Serentak 27 Juni 2018 lalu.

Mereka adalah Koptu Yondra, Serka Widiaribowo, Briptu Asadri, Brigadir Lambok Sihaloho, Brigadir Hakri, dan Brigadir Gunawan. Banyak suka duka yang mereka rasakan saat menembus keterpencilan Desa Air Liki, Kecamatan Tabir Barat, Kabupaten Merangin. Mereka membutuhkan waktu sekitar sembilan jam untuk sampai ke lokasi. Sebab lokasi hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai dengan menggunakan perahu ketek (perahu kayu).

Seusai dilepas secara resmi pendistribusian logisti Pilkada Serentak, kendaraan yang penuh muatan kotak suara, surat suara, dan tinta, mereka langsung bergerak menyusuri Kota Bangko menuju Desa Air Liki. Mereka mulai bergerak pada Selasa (26/6/2018) pagi sekitar pukul 08.30 WIB. Butuh perjuangan berat untuk sampai ke lokasi. Setidaknya perlu waktu lima jam untuk sampai ke bibir sungai. Di sana sudah menunggu perahu ketek milik masyarakat untuk alat transportasi yang disewa Rp800 ribu per perahu.

Kisah Perjuangan Aparat Membawa Logistik Pilkada ke Desa Terpencil


Para prajurit TNI dan Polri inipun mulai menembus sulitnya medan di tengah arus sungai yang mengalir deras. Tapi, tanpa mengurangi rasa kewaspadaan, mereka dengan tulus melaksanakan kewajiban sebagai pelayan masyarakat. Hal ini agar masyarakat tetap bisa memilih siapa pemimpin Kabupaten Merangin lima tahun mendatang.

Waktu perjalanan bagi enam personel ini memang terasa begitu lama. Sebab derasnya air Sungai Batang Tabir membuat laju perahu menjadi tersendat. Di atas perahu, tidak hanya membekali diri dengan logistik makanan namun juga kelengkapan di lokasi. Apalagi mereka membawa logistik pilkada untuk lima tempat pemungutan suara (TPS).

Setelah melalui perjalanan berjam-jam, mereka pun tiba di Desa Air Liki sekitar pukul 17.15 WIB. Keenam personel TNI dan Polri ini langsung mambawa logistik pilkada ke rumah Kepala Desa Air Liki. Namun rasa letih belum berakhir, karena logistik pilkada harus sampai di TPS tepat waktu. Apalagi tugas mereka bukan hanya mengantar logistik pilkada ke TPS, namun juga ikut menjaga keamanan selama warga Desa Air Liki memberikan hak pilihnya. Hal ini agar pelaksanaan pemungutan suara berjalan dengan aman dan lancar.

Seusai direkap dan disaksikan petugas pemungutan suara serta saksi dari tiga paslon, kotak suara yang sudah disegel kembali dibawa sekitar pukul 17.00 WIB menuju kecamatan. Tepat pukul 01.00 dini hari, setelah melalui perjuangan berat, keenam anggota TNI dan Polri inipun sampai ke ibu kota Kabupaten Merangin.

Kisah Perjuangan Aparat Membawa Logistik Pilkada ke Desa Terpencil


"Sudah tugas kami untuk mengawal dan mengantar logistik pilkada di Desa Air Liki. Kami akui bahwa medannya cukup berat, namun tangung jawab kami jauh lebih besar untuk bisa mensukseskan helatan Pilkada Merangin,’’ kata Briptu Asadri.

Diakuinya ada rasa sedikit pusing yang mereka rasakan sepanjang perjalanan. Namun ada kepuasan begitu melihat pelaksanaan pemungutan suara sukses dan aman. "Rasa pusing karena medan dan derasnya air Sungai Batang Tabir kami rasakan, namun terbayar dengan suksesnya pemungutan suara di sana,’’ bebernya.

Sementara bagi Koptu Yondra, Desa Air Liki yang menjadi binaanya sudah dihafal betul medan dan karakter alamnya, sehingga tidak ada rintangan berarti bagi anggota Kodim 0420 Sarko ini. "Karena itu wilayah desa binaan saya, maka saya sudah hafal betul medannya, tidak jadi rintangan di sepanjang jalan, bukan jadi masalah. Dan sungai masih menjadi jalur transportasi untuk warga Desa Air Liki keluar kota dengan menggunakan sampan,’’ kata pria yang ramah ini.

Menurut dia, banyak suka dukanya dalam setiap tugas yang diemban. Namun karena TNI lahir dari rahim rakyat, maka kepentingan rakyat jauh lebih utama dari pada rasa letih. "Suka duka itu pasti ada. Tapi yang jelas kami bangga bisa melayani dan mengamankan rakyat, itu jauh lebih penting dari apapun, dan kami juga bangga mendapatkan tugas mulia ini,’’ pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2741 seconds (0.1#10.140)