Mahasiswa ITS Ubah Limbah Marmer Jadi Beton Bermutu Tinggi

Selasa, 22 Mei 2018 - 15:20 WIB
Mahasiswa ITS Ubah Limbah...
Mahasiswa ITS Ubah Limbah Marmer Jadi Beton Bermutu Tinggi
A A A
SURABAYA - Tak semua limbah menjadi sesuatu yang tak berguna. Di tangan tiga orang mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, limbah marmer yang biasanya hanya menjadi sampah tak berguna berhasil diubah menjadi beton yang berkualitas.

Ketiga mahasiswa itu adalah Dimas Sanda Wicaksana, Gifary Maulana, dan Tommy Anggryawan. Mereka mengubah limbah marmer yang tak ada nilainya menjadi beton bernilai tinggi.

Limbah marmer yang dimaksud ini berupa potongan serbuk marmer yang biasanya dihasilkan dari suatu industri pengolahan batu marmer. Serbuk marmer itu biasanya dibuang atau hanya jadi tumpukan sampah di berbagai industri pengolahan marmer.

Ketiga mahasiswa itu pun melakukan observasi dan membentuk tim bernama Karyabrata. Bahkan, mereka menemukan limbah marmer tersebut bertumpuk di sepanjang aliran sungai dan membuat laju air terhambat. Kondisi itu cukup ironis terjadi di berbagai daerah.

“Jika tidak ada penanganan (limbah marmer, red) lebih lanjut, maka akan menyebabkan bencana banjir di sekitarnya,” ujar Dimas, Ketua Tim Karyabrata, Selasa (22/5/2018).

Ia melanjutkan, limbah yang dibuang percuma itu diolah dan berhasil dijadikan beton. Potongan serbuk marmer digunakan sebagai bahan tambahan pada pembuatan beton yang kuat. Beton itu dibuat berukuran 15 x 30cm yang berbentuk silinder dan bermutu 20 megapascal (MPa).

“Dalam proses pembuatannya, kami hanya membutuhkan waktu tiga hari dari waktu normal 28 hari,” jelas mahasiswa program diploma 4 (D4) tersebut.

Selain menambahkan limbah marmer, katanya, untuk meningkatkan workability dan mempertahankan keenceran beton, digunakan juga katalis berjenis sikacim. Perpaduan ini dinilai pas dan menghemat anggaran.

“Harganya ekonomis dan memiliki mutu yang tinggi. Saya rasa ini cocok digunakan untuk membuat beton versi mahasiswa,” ucapnya.

Meskipun mengalami beberapa kesulitan saat pengerjaan, Dimas mengaku timnya tetap optimistis dan melakukan berbagai pengujian berulang kali hingga berhasil. Di antaranya pengujian slump-flow untuk menentukan flowability atau kemampuan alir dan stabilitas beton. Hal ini untuk mengetahui aliran beton yang memenuhi celah-celah sempit akibat struktur yang terlalu dekat.

“Saat di lapangan kami kesulitan mengerjakan proses pencampuran pasir yang tergolong berlumpur. Pasir yang berlumpur akan menghambat penyerapan yang berakibat pada nilai kekuatan beton yang diharapkan,” jelas mahasiswa angkatan 2015 ini.

Berkat inovasi yang dilakukan dalam membuat beton tersebut, tim Karyabrata ini juga pernah berhasil membawa pulang juara 2 dalam kompetisi beton nasional di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6430 seconds (0.1#10.140)