Ini Penyebab Harimau Bonita Terkam Manusia

Selasa, 13 Maret 2018 - 15:12 WIB
Ini Penyebab Harimau Bonita Terkam Manusia
Ini Penyebab Harimau Bonita Terkam Manusia
A A A
PEKANBARU - Organisasi pecinta satwa Internasional WWF (World Wide Fund for Nature) menyatakan bahwa saat ini terjadi penyimpangan terhadap perilaku harimau Bonita dengan menyerang manusia. Perubahan perilaku ini disebabkan karena daerah teritorial harimau Sumatera itu rusak.

Humas WWF Riau Syamsidar menjelaskan, bahwa kawasan harimau Sumatera di Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) saat ini menjadi perkebunan sawit PT THIP (Tabung Haji Indo Plantation) dan kawasan konsesi perusahaan PT Arara Abadi anak perusahaan Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP).

"Saat ini hutan tempat harimau Sumatera sudah beralih fungsi jadi perkebunan kelapa sawit dan perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri). Kondisi ini membuat harimau Bonita kehilangan tempat tinggalnya," ucap Syamsidar, Selasa (13/3/2018).

Syamsidar mengatakan bahwa selama bertahun tahun, harimau Sumatera di Inhil hidup berdampingan dengan masyarakat dengan damai. Namun setelah kehadiran dua perusahaan HTI dan kebun kelapa sawit asal Negara Malaysia membuat harimau kehilangan habitatnya.

Bonita merupakan harimau yang menempati kawasan di Pelangiran. Bonita yang tidak bisa menyeberang ke daerah lain karena setiap kawasan ada harimau lain.

"Hutan yang beralih fungsi menjadi HTI dan kebun sawit membuat Bonita kehilangan tempat tinggal. Daerah Pelangiran merupakan daerah teritorial harimau Bonita. Harimau Bonita tidak bisa pindah karena di daerah lain ada harimau juga. Makanya Bonita sering berada di areal perusahaan dan rumah warga karena dia sudah kehilangan hutannya," imbuhnya.

Kerusakan hutan lindung juga berdampak terhadap sumber makanan si Raja Hutan. Akibatnya Bonita kesulitan mencari mangsa. Hal ini karena sumber makanannya menghilang menyusul perubahan lingkungan.

"Di kebun sawit yang ada hanya babi hutan, jumlahnya tidak banyak. Bonita kesulitan mencari makanan karena perubahan hutan. Dulunya daerah itu adalah hutan lindung dengan hamparan yang cukup luas," ucapnya.

Untuk itu WWF meminta kepada negara untuk memperhatikan keberadaan satwa langka. "Kepada perusahaan pemegang izin di 'kawasan Bonita', kita minta memberikan kehidupan kepada satwa. Jangan hanya mengambil keuntungan saja, tapi perhatikan nasib harimau Sumatera yang kini nyaris punah," tukasnya.

Seperti diketahui pada 3 Januari 2017 karyawati PT THIP bernama Jumiati tewas diterkam harimau Bonita. Kemudian pada 10 Maret Bonita kembali menyerang warga dan merenggut nyawa Yusri, kuli bangunan.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8400 seconds (0.1#10.140)