Miliki Riwayat Gangguan Mental, Anak Habisi Ayah Kandungnya di Bintan
A
A
A
BINTAN - Bong Jie Kieong (70) warga Jalan Rahayu, Barek Motor, RT003/008, Kelurahan Kijang Kota, Bintan Timur tewas akibat keganasan putra kandungnya Heriawan (28), Senin (12/3/2018).
Kieong yang sehari-hari berprofesi pengusaha taksi di Pelabuhan Sri Bintan Pura itu, meregang nyawa setelah kehabisan darah akibat penganiayaan yang dilakukan putra kandungnya di kediamannya. Kematiannya diketahui oleh warga pada pagi hari.
Informasi yang dihimpun, awal mula kematian Kieong, tidak terlepas dari adanya keributan yang terjadi di aekitar kediaman korban, pada Senin (12/3/2018) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
Dari informasi yang didapat, pelaku sempat membuat keonaran di sekitar rumahnya yang memunculkan kegaduhan dengan cara merusak mobil taksi berwarna kuning BP 1250 TU milik Ayahnya yang terparkir di samping rumahnya, tanpa alasan yang jelas.
Saat itu pula, pihak kepolisian melakukan pengamanan terhadap pelaku keonaran. Namun, akibat pelaku yang diduga mengalami gangguan kejiwaan, pihak kepolisian pada saat itu menyerahkan kepada pihak kelurahan dan pihak kecamatan setempat bagian penanganan sosial untuk dibawa ke rumah rakit.
"Pagi kita dihubungi Polsek, kemudian kita bawa yang bersangkutan untuk ditangan di RSUD Bintan yang ada di Kijang. Sempat mendapatkan penanganan dari pihak rumah sakit, namun yang bersangkutan berhasil melarikan diri dengan merusak borgol sebelum dia di rujuk ke Rumah Sakit Umum yang ada di Uban yang memiliki penanganan kejiwaan," ujar Kepala Seksi (Kasi) Bidang Kejejahteraan Sosial, Riswan Effendi.
Hal senada juga disampaikan oleh pihak RSUD Bintan, Muhammad Ardiansyah bahwa pelaku merupakan pasien RSUD yang baru saja diantarkan oleh pihak pemerintah setempat untuk diberikan penanganan. Ia menyampaikan, pasien diterima oleh pihaknya pada pukul 07.45 WIB dan informasi kabur, dari bagian keperawatan sekitar pukul 08.30 WIB.
Pria yang akrab disapa Adrian itu menyampaikan, pelaku berhasil kabur meski telah diborgol dengan dua alat borgol, baik yang menikat kedua tangannya dan juga borgol yang tertambat ke sebuah tiang penyangga.
"Padahal kita sudah suntikkan obat penenang dengan dosis maksimal ke tubuhnya, sesuai dengan SOP penanganan rumah sakit tempatnya, namun dosis yang kita berikan tidak bekerja di tubuhnya. Kita tidak tambahkan dosis, karena kita takut juga jika kelebihan dosis bisa mengakibatkan gagal nafas," ungkap Adrian.
Adrian menyampaikan, sejauh ini pihaknya belum bisa menyimpulkan bawah pasiennya yang kabur mengidap gangguan jiwa, karena untuk membuktikan pasiennya mengalami gangguan jiwa adalah pihak rumah sakit yang memiliki spesialis kejiwaan.
"Rencana kita setelah kita tangani akan kita rujuk ke Rumah Sakit yang di Tanjunguban, namun dia kabur. Jika kita lihat riwayat medis berdasarkan keterangan dari pihak keluarga, dia diduga mengidap Skizofrenia. Karena dia pernah menjalankan terapi atas kelainan itu, oleh pihak keluarga, namun terapinya tidak dilanjutkan," timpalnya.
Terpisah, Kapolsek Bintan Timur, AKP Abdul Rahman yang ditemui di lokasi kediaman korban saat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) menjelaskan berdasarkan hasil oleh TKP sementara bawah korban mengalami penganiayaan oleh anak kandungnya sendiri yang mengakibatkan hilangnya nyawa.
"Olah TKP sementara, dia menggunakan sebuah balok yang mengenai kepala belakang korban, yang mengakibatkan luka menganga hingga mengeluarkan banyak darah, saat kita tiba di lokasi, korbam sudah terbujur di lantai rumah," ungkap Rahman.
Dia menyampaikan, dari data dan informasi yang didapat bahwa rentetan kejadian hingga korban meninggal setelah ada keributan yang terjadi pada dini hari itu.
"Pelaku pada dini hari telah melakukan perusakan terhadap mobil taksi milik ayahnya, hingga hampir semua kaca mobil pecah, pada dini hari itu juga berdasarkan laporan masyarakat kita langsung lakukan pengamanan dan dibawa ke rumah sakit dan telah disuntik obat penenang oleh pihak dokter karena saat diamankan pelaku selalu berontak, namun kabur dari rumah sakit dan kembali ke rumah," terang Rahman.
Hingga saat ini, Rahman menyampaikan pelaku belum bisa dimintai keterangan terkait motif dari tindakan yang dilakukan. Dia juga belum bisa menyimpulkan apakah pelaku mengalami gamgguan kejiwaan atau tidak.
"Untuk hal itu, kita harus membutuhkan keterangan dari psikiater untuk membuktikan kejiwaan dari pelaku. Kita masih dalami dan kumpulkan segala informasi. Saat ini dia kita amankan di Mapolsek. Dan korban kita bawa ke RSUD Provinsi yang ada di Tanjungpinang, guna dilakukan visum," ujar Rahman.
Kieong yang sehari-hari berprofesi pengusaha taksi di Pelabuhan Sri Bintan Pura itu, meregang nyawa setelah kehabisan darah akibat penganiayaan yang dilakukan putra kandungnya di kediamannya. Kematiannya diketahui oleh warga pada pagi hari.
Informasi yang dihimpun, awal mula kematian Kieong, tidak terlepas dari adanya keributan yang terjadi di aekitar kediaman korban, pada Senin (12/3/2018) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
Dari informasi yang didapat, pelaku sempat membuat keonaran di sekitar rumahnya yang memunculkan kegaduhan dengan cara merusak mobil taksi berwarna kuning BP 1250 TU milik Ayahnya yang terparkir di samping rumahnya, tanpa alasan yang jelas.
Saat itu pula, pihak kepolisian melakukan pengamanan terhadap pelaku keonaran. Namun, akibat pelaku yang diduga mengalami gangguan kejiwaan, pihak kepolisian pada saat itu menyerahkan kepada pihak kelurahan dan pihak kecamatan setempat bagian penanganan sosial untuk dibawa ke rumah rakit.
"Pagi kita dihubungi Polsek, kemudian kita bawa yang bersangkutan untuk ditangan di RSUD Bintan yang ada di Kijang. Sempat mendapatkan penanganan dari pihak rumah sakit, namun yang bersangkutan berhasil melarikan diri dengan merusak borgol sebelum dia di rujuk ke Rumah Sakit Umum yang ada di Uban yang memiliki penanganan kejiwaan," ujar Kepala Seksi (Kasi) Bidang Kejejahteraan Sosial, Riswan Effendi.
Hal senada juga disampaikan oleh pihak RSUD Bintan, Muhammad Ardiansyah bahwa pelaku merupakan pasien RSUD yang baru saja diantarkan oleh pihak pemerintah setempat untuk diberikan penanganan. Ia menyampaikan, pasien diterima oleh pihaknya pada pukul 07.45 WIB dan informasi kabur, dari bagian keperawatan sekitar pukul 08.30 WIB.
Pria yang akrab disapa Adrian itu menyampaikan, pelaku berhasil kabur meski telah diborgol dengan dua alat borgol, baik yang menikat kedua tangannya dan juga borgol yang tertambat ke sebuah tiang penyangga.
"Padahal kita sudah suntikkan obat penenang dengan dosis maksimal ke tubuhnya, sesuai dengan SOP penanganan rumah sakit tempatnya, namun dosis yang kita berikan tidak bekerja di tubuhnya. Kita tidak tambahkan dosis, karena kita takut juga jika kelebihan dosis bisa mengakibatkan gagal nafas," ungkap Adrian.
Adrian menyampaikan, sejauh ini pihaknya belum bisa menyimpulkan bawah pasiennya yang kabur mengidap gangguan jiwa, karena untuk membuktikan pasiennya mengalami gangguan jiwa adalah pihak rumah sakit yang memiliki spesialis kejiwaan.
"Rencana kita setelah kita tangani akan kita rujuk ke Rumah Sakit yang di Tanjunguban, namun dia kabur. Jika kita lihat riwayat medis berdasarkan keterangan dari pihak keluarga, dia diduga mengidap Skizofrenia. Karena dia pernah menjalankan terapi atas kelainan itu, oleh pihak keluarga, namun terapinya tidak dilanjutkan," timpalnya.
Terpisah, Kapolsek Bintan Timur, AKP Abdul Rahman yang ditemui di lokasi kediaman korban saat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) menjelaskan berdasarkan hasil oleh TKP sementara bawah korban mengalami penganiayaan oleh anak kandungnya sendiri yang mengakibatkan hilangnya nyawa.
"Olah TKP sementara, dia menggunakan sebuah balok yang mengenai kepala belakang korban, yang mengakibatkan luka menganga hingga mengeluarkan banyak darah, saat kita tiba di lokasi, korbam sudah terbujur di lantai rumah," ungkap Rahman.
Dia menyampaikan, dari data dan informasi yang didapat bahwa rentetan kejadian hingga korban meninggal setelah ada keributan yang terjadi pada dini hari itu.
"Pelaku pada dini hari telah melakukan perusakan terhadap mobil taksi milik ayahnya, hingga hampir semua kaca mobil pecah, pada dini hari itu juga berdasarkan laporan masyarakat kita langsung lakukan pengamanan dan dibawa ke rumah sakit dan telah disuntik obat penenang oleh pihak dokter karena saat diamankan pelaku selalu berontak, namun kabur dari rumah sakit dan kembali ke rumah," terang Rahman.
Hingga saat ini, Rahman menyampaikan pelaku belum bisa dimintai keterangan terkait motif dari tindakan yang dilakukan. Dia juga belum bisa menyimpulkan apakah pelaku mengalami gamgguan kejiwaan atau tidak.
"Untuk hal itu, kita harus membutuhkan keterangan dari psikiater untuk membuktikan kejiwaan dari pelaku. Kita masih dalami dan kumpulkan segala informasi. Saat ini dia kita amankan di Mapolsek. Dan korban kita bawa ke RSUD Provinsi yang ada di Tanjungpinang, guna dilakukan visum," ujar Rahman.
(sms)