Mimpi Rumah Hancur, Suami Istri Jono-Sugianti Dikubur Satu Liang Lahat
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Bendera kuning berjejer disepanjang pintu masuk Taman Makam Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Suasana duka amat pekat menyelimuti kampung ini. Hampir setiap gang di dua RW kampung itu, warga berduka. Wajah-wajah terlihat murung disepanjang jalan. Sepi, dan sangat menyayat hati.
Masuk ke gang kecil yang hanya cukup dilalui pejalan kaki, di Jalan Lurah Desa, RT02/01, No 55, Pisangan, Ciputat Timur, terdapat rumah Jono dan Sugianti.
Pasangan suami-istri ini meninggal dalam kecelakaan bus wisata, di Tanjakan Emen, Ciater, Subang. Jenazah keduanya lalu dimakamkan dalam satu liang lahat, bersama belasan korban tewas lainnya.
Yuli dan Novi terlihat nemeluk pusara kedua orangtuanya yang masih basah oleh siraman air bunga. Dipeluknya kayu nisan ayah dan ibu dengan sayang. Tulisan cat yang basah menempel di bajunya.
Air matanya jatuh ke tanah. Sementara mesin beko masih bekerja menguruk tanah kuburan massal tempat Jono dan Sugianti terbaring untuk selamanya.
"Bapak.. ibu.." teriak Yuli membekap kayu nisan ayahnya. Seolah tidak rela, ibu muda ini tidak mau melepas pegangannya. Sedang Novi, berpeluh di atas pusara makam ibunya yang basah tanah merah.
Bekas tanah mengotori di baju dan celananya. Semua yang melihat peristiwa pemakaman massal itu ikut iba dan berbelasungkawa. Sedih tidak berdaya.
"Saya sudah melarang bapak dan ibu agar tidak usah berangkat jalan-jalan, dua hari sebelum kejadian. Karena cuaca sedang buruk dan medan jalan di sana yang curam," kata Yuli, dengan mata sembap.
Tetapi Jono tetap memaksa ikut untuk jalan-jalan, menemani istrinya yang ternyata pengurus Koperasi Permata, karena merasa tidak enak dengan para pengurus koperasi lainnya yang ikut.
"Semalam sebelumnya juga saya mimpi rumah yang saya tinggali bersama bapak dan ibu hancur semuanya. Dalam mimpi itu saya sudah punya firasat yang sangat tidak enak sekali," tambah Yuli lagi.
Bener saja, lewat tayangan televisi yang ramai memberitakan kecelakaan itu, dirinya teringat oleh bapak dan ibunya yang ikut dalam rombongan bus tersebut.
Meski demikian, Yuli terlihat cukup tegar saat melihat adiknya Novi terus memeluk pusana orangtuanya. Dia menarik Novi, lantas memeluknya dengan keras.
Suasana duka amat pekat menyelimuti kampung ini. Hampir setiap gang di dua RW kampung itu, warga berduka. Wajah-wajah terlihat murung disepanjang jalan. Sepi, dan sangat menyayat hati.
Masuk ke gang kecil yang hanya cukup dilalui pejalan kaki, di Jalan Lurah Desa, RT02/01, No 55, Pisangan, Ciputat Timur, terdapat rumah Jono dan Sugianti.
Pasangan suami-istri ini meninggal dalam kecelakaan bus wisata, di Tanjakan Emen, Ciater, Subang. Jenazah keduanya lalu dimakamkan dalam satu liang lahat, bersama belasan korban tewas lainnya.
Yuli dan Novi terlihat nemeluk pusara kedua orangtuanya yang masih basah oleh siraman air bunga. Dipeluknya kayu nisan ayah dan ibu dengan sayang. Tulisan cat yang basah menempel di bajunya.
Air matanya jatuh ke tanah. Sementara mesin beko masih bekerja menguruk tanah kuburan massal tempat Jono dan Sugianti terbaring untuk selamanya.
"Bapak.. ibu.." teriak Yuli membekap kayu nisan ayahnya. Seolah tidak rela, ibu muda ini tidak mau melepas pegangannya. Sedang Novi, berpeluh di atas pusara makam ibunya yang basah tanah merah.
Bekas tanah mengotori di baju dan celananya. Semua yang melihat peristiwa pemakaman massal itu ikut iba dan berbelasungkawa. Sedih tidak berdaya.
"Saya sudah melarang bapak dan ibu agar tidak usah berangkat jalan-jalan, dua hari sebelum kejadian. Karena cuaca sedang buruk dan medan jalan di sana yang curam," kata Yuli, dengan mata sembap.
Tetapi Jono tetap memaksa ikut untuk jalan-jalan, menemani istrinya yang ternyata pengurus Koperasi Permata, karena merasa tidak enak dengan para pengurus koperasi lainnya yang ikut.
"Semalam sebelumnya juga saya mimpi rumah yang saya tinggali bersama bapak dan ibu hancur semuanya. Dalam mimpi itu saya sudah punya firasat yang sangat tidak enak sekali," tambah Yuli lagi.
Bener saja, lewat tayangan televisi yang ramai memberitakan kecelakaan itu, dirinya teringat oleh bapak dan ibunya yang ikut dalam rombongan bus tersebut.
Meski demikian, Yuli terlihat cukup tegar saat melihat adiknya Novi terus memeluk pusana orangtuanya. Dia menarik Novi, lantas memeluknya dengan keras.
(wib)