Misteri Tanjakan Emen, Lempar Koin dan Barisan Tentara Belanda
A
A
A
BANDUNG - Tanjakan Emen kenbali menjadi buah bibir setelah peristiwa kecelakaan maut untuk kesekian kalinya terjadi di kawasan yang berada di Kampung Cicenang, desa/Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang ini.
Sebanyak 26 orang tewas dan 17 orang luka berat dan ringan akibat bus pariwisata Peemium Fassion nopol F 7959 AA yang mereka tumpangi terbalik dan terguling di tanjakan Emen.
Kecelakaan maut ini bukan yang pertama kali terjadi di tanjakan Emen. Pada 17 Juni 2014 rombongan siswa SMA asal Cengkareng juga mengalami kecelakaam fatal d sini. Sebanyak sembilan orang tewas setelah bus mereka tumpangi menabrak sebuah mobil mini bus dan terbalik di tanjakan Emen.
Menurut warga dan kepolisian setempat, hampir setiap minggu terjadi kecelakaan di jalur tengkorak itu, baik ringan mau pun berat. Penyebabnya, selain kontur jalan yang sulit, menanjakan dan menurun kemudian berbelok tajam, kawasan ini juga kerap diselimuti kabut tebal. Sementara, fasilitas penerangan dan rambu-rambu di tanjakan Emen sangat minim.
Terlepas dari minimnya sarana dan prasarana dan kontur jalan yang sulit, percaya atau tidak, kecelakaan maut yang sering terjadi di sini juga terkait dengan kisah mistis.
Kisah misteri tanjakan Emen di ruas jalan raya yang mengubungkan Kabupaten Bandung Barat dan Subang ini berawal dari sosok seorang sopir pemberani yang mengemudikan angkutan umum jurusan Bandung-Subang bernama Emen.
Konon, kendaraan yang dikendarai Emen terbalik dan terbakar di tanjakan itu dan menewaskan Emen. Sejak peristiwa itu, warga Kampung Cicenang menyakini sosok Emen kerap mengganggu para pengemudi.
Rem blong, bus tergelincir, dan kendaraan terperosok ke jurang kerap terjadi di jalur ini. Beberapa peristiwa aneh dialami pengendara saat melintas di tanjakan Emen. Seperti, mobil tiba-tiba mogok dan rem tiba-tiba tak berfungsi.
Untuk menghindari "gangguan" ini, pengemudi biasanya membunyikan klakson dan melempar uang logam (koin) sebelum dan saat melewati tanjakan Emen. Tindakan tersebut dianggap menghormati arwah penunggu tanjakan Emen.
Selain itu, suara klakson juga untuk pemberi tanda kepada pengemudi lain yang melaju dari arah berlawanan agar waspada sehingga kecelakaan pun dapat terhindarkan.
Versi lain dari legenda tanjakan Emen menyebutkan, dimulai dari zaman pemerintahan Hindia Belanda. Masyarakat Cicenang, Ciater, Subang menyimpan kisah yang menyebutkan bahwa, dulu ada truk Tentara Belanda mengangkut dua kompi tentara yang terlibat kecelakaan maut di tanjakan Emen.
Truk tidak kuat menanjak dan mundur terbalik. Setelah kecelakaan, tentara Belanda itu ditawan dan dibunuh oleh gerilyawan.
Para sopir yang selamat dari kecelakaan di kawasan ini dalam kesaksiannya menuturkan, sebelum mengalami kecelakaan didahului dengan melihat barisan tentara Belanda sedang menyeberang jalan.
Sebanyak 26 orang tewas dan 17 orang luka berat dan ringan akibat bus pariwisata Peemium Fassion nopol F 7959 AA yang mereka tumpangi terbalik dan terguling di tanjakan Emen.
Kecelakaan maut ini bukan yang pertama kali terjadi di tanjakan Emen. Pada 17 Juni 2014 rombongan siswa SMA asal Cengkareng juga mengalami kecelakaam fatal d sini. Sebanyak sembilan orang tewas setelah bus mereka tumpangi menabrak sebuah mobil mini bus dan terbalik di tanjakan Emen.
Menurut warga dan kepolisian setempat, hampir setiap minggu terjadi kecelakaan di jalur tengkorak itu, baik ringan mau pun berat. Penyebabnya, selain kontur jalan yang sulit, menanjakan dan menurun kemudian berbelok tajam, kawasan ini juga kerap diselimuti kabut tebal. Sementara, fasilitas penerangan dan rambu-rambu di tanjakan Emen sangat minim.
Terlepas dari minimnya sarana dan prasarana dan kontur jalan yang sulit, percaya atau tidak, kecelakaan maut yang sering terjadi di sini juga terkait dengan kisah mistis.
Kisah misteri tanjakan Emen di ruas jalan raya yang mengubungkan Kabupaten Bandung Barat dan Subang ini berawal dari sosok seorang sopir pemberani yang mengemudikan angkutan umum jurusan Bandung-Subang bernama Emen.
Konon, kendaraan yang dikendarai Emen terbalik dan terbakar di tanjakan itu dan menewaskan Emen. Sejak peristiwa itu, warga Kampung Cicenang menyakini sosok Emen kerap mengganggu para pengemudi.
Rem blong, bus tergelincir, dan kendaraan terperosok ke jurang kerap terjadi di jalur ini. Beberapa peristiwa aneh dialami pengendara saat melintas di tanjakan Emen. Seperti, mobil tiba-tiba mogok dan rem tiba-tiba tak berfungsi.
Untuk menghindari "gangguan" ini, pengemudi biasanya membunyikan klakson dan melempar uang logam (koin) sebelum dan saat melewati tanjakan Emen. Tindakan tersebut dianggap menghormati arwah penunggu tanjakan Emen.
Selain itu, suara klakson juga untuk pemberi tanda kepada pengemudi lain yang melaju dari arah berlawanan agar waspada sehingga kecelakaan pun dapat terhindarkan.
Versi lain dari legenda tanjakan Emen menyebutkan, dimulai dari zaman pemerintahan Hindia Belanda. Masyarakat Cicenang, Ciater, Subang menyimpan kisah yang menyebutkan bahwa, dulu ada truk Tentara Belanda mengangkut dua kompi tentara yang terlibat kecelakaan maut di tanjakan Emen.
Truk tidak kuat menanjak dan mundur terbalik. Setelah kecelakaan, tentara Belanda itu ditawan dan dibunuh oleh gerilyawan.
Para sopir yang selamat dari kecelakaan di kawasan ini dalam kesaksiannya menuturkan, sebelum mengalami kecelakaan didahului dengan melihat barisan tentara Belanda sedang menyeberang jalan.
(nag)