Bupati Yahukimo Bantah Pernyataan Pastor Jhone Soal BBM Satu Harga
A
A
A
DEKAI - Bupati Kabupaten Yahukimo Abock Busup angkat bicara soal tudingan Pastor Jhone Jonga terkait BBM 1 harga di wilayah itu yang belum berjalan dengan baik. Bupati geram atas pernyataan sang pastor yang menyebut harga BBM hanya turun seperti di Jawa, saat Presiden Joko Widodo melakukan blusukan di Papua.
“Itu isu-isu yang tidak betul, beliau bicara itu sepihak saja mendengar dari masyarakat tanpa klarifikasi ke Pemerintah,”kata Bupati Abock saat meninjau langsung penjualan BBM di wilayah Kota Dekai Yahukimo bersama pihak BPH Migas, Jumat (22/12/2017).
Dijelaskan, sejak 18 Oktober 2016 lalu, Presiden Joko Widodo telah melaunching BBM 1 Harga di Kabupaten Yahukimo, dan sejak itu distribusi BBM dilakukan melalui sungai bukan pesawat air tracktor, hargapun disebutkan telah sama dengan di wilayah lain di Indonesia.
“Sejak saat itu harganya sudah sama, solar harga Rp5.150 per liter, sementara bensin Rp6.450 per liter, jadi ini sudah sama dengan nasional, yang menjadi soal itu adalah BBM di pengecer,”katanya.
Dijelaskan, untuk BBM ditingkat pengecer harganya berbeda dengan di SPBU, hal itu dinilai lumrah oleh Bupati. “Kalau di tingkat pengecer itu dijual Rp15 ribu sampai Rp20 ribu perliter, dan itu saya fikir tidak masalah, kenapa, karena mereka membeli sendiri, hitung – hitung ongkosnya mereka,”terangnya.
Malahan, harga BBM yang beredar di pengecer tersebut telah diketahui oleh pemerintah daerah Kabupaten Yahukaimo, bahkan Bupati memberikan kesempatan para pengecer, namun dengan harga yang wajar tersebut.
“Saya selaku Bupati Yahukimio memberikan kesempatan untuk mereka menjual BBM itu, sehingga saya fikir tidak berpengaruh, yang penting itu harga BBM di SPBU sesuai dengan BBM 1 harga itu,”ucapnya.
Yosep Andreas Dacosta warga Dekai Kabupaten Yahukimo saat ditemui di tempat terpisah mengaku harga di tingkat pengecer berfariasi tergantung dari naik turunnya debit air di sungai yang menjadi alur distribusi BBM di wilayah itu.
“Kan di sini bawa minyaknya lewat sungai, jadi kalau air banyak ya minyak lancar, di SPBU juga bensin banyak, tapi kalau air surut, kapal yang bawa minyak tidak bisa masuk, jadinya SPBU kosong dan harga di eceran mahal, biasa Rp15 ribu sampai Rp20 ribu perliternya,”pungkas Yosep.
Sebelumnya, pastor Jhone Jonga mengungkap tidak berjalannya program BBM 1 harga di Papua saat memberikan pemaparan di kantor LIPI di Jakarta dalam seminar bertajuk Tiga Tahun kepemerintahan Jokowi-JK untuk Papua. Pernyataan pastor itupun kemudian ramai menjadi topik di sejumlah media nasional.
“Itu isu-isu yang tidak betul, beliau bicara itu sepihak saja mendengar dari masyarakat tanpa klarifikasi ke Pemerintah,”kata Bupati Abock saat meninjau langsung penjualan BBM di wilayah Kota Dekai Yahukimo bersama pihak BPH Migas, Jumat (22/12/2017).
Dijelaskan, sejak 18 Oktober 2016 lalu, Presiden Joko Widodo telah melaunching BBM 1 Harga di Kabupaten Yahukimo, dan sejak itu distribusi BBM dilakukan melalui sungai bukan pesawat air tracktor, hargapun disebutkan telah sama dengan di wilayah lain di Indonesia.
“Sejak saat itu harganya sudah sama, solar harga Rp5.150 per liter, sementara bensin Rp6.450 per liter, jadi ini sudah sama dengan nasional, yang menjadi soal itu adalah BBM di pengecer,”katanya.
Dijelaskan, untuk BBM ditingkat pengecer harganya berbeda dengan di SPBU, hal itu dinilai lumrah oleh Bupati. “Kalau di tingkat pengecer itu dijual Rp15 ribu sampai Rp20 ribu perliter, dan itu saya fikir tidak masalah, kenapa, karena mereka membeli sendiri, hitung – hitung ongkosnya mereka,”terangnya.
Malahan, harga BBM yang beredar di pengecer tersebut telah diketahui oleh pemerintah daerah Kabupaten Yahukaimo, bahkan Bupati memberikan kesempatan para pengecer, namun dengan harga yang wajar tersebut.
“Saya selaku Bupati Yahukimio memberikan kesempatan untuk mereka menjual BBM itu, sehingga saya fikir tidak berpengaruh, yang penting itu harga BBM di SPBU sesuai dengan BBM 1 harga itu,”ucapnya.
Yosep Andreas Dacosta warga Dekai Kabupaten Yahukimo saat ditemui di tempat terpisah mengaku harga di tingkat pengecer berfariasi tergantung dari naik turunnya debit air di sungai yang menjadi alur distribusi BBM di wilayah itu.
“Kan di sini bawa minyaknya lewat sungai, jadi kalau air banyak ya minyak lancar, di SPBU juga bensin banyak, tapi kalau air surut, kapal yang bawa minyak tidak bisa masuk, jadinya SPBU kosong dan harga di eceran mahal, biasa Rp15 ribu sampai Rp20 ribu perliternya,”pungkas Yosep.
Sebelumnya, pastor Jhone Jonga mengungkap tidak berjalannya program BBM 1 harga di Papua saat memberikan pemaparan di kantor LIPI di Jakarta dalam seminar bertajuk Tiga Tahun kepemerintahan Jokowi-JK untuk Papua. Pernyataan pastor itupun kemudian ramai menjadi topik di sejumlah media nasional.
(pur)