Program Kampung KB Berhasil Tekan Kasus Pernikahan Dini

Senin, 11 Desember 2017 - 22:10 WIB
Program Kampung KB Berhasil Tekan Kasus Pernikahan Dini
Program Kampung KB Berhasil Tekan Kasus Pernikahan Dini
A A A
CIANJUR - Masalah menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang bisa dijumpai di banyak daerah di tanah air, khususnya kawasan pedesaan. Permasalahan ini juga terjadi di Desa Campakawarna, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Padahal hal tersebut berpotensi meningkatkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Tingginya AKI dan AKB tersebut lebih disebabkan pernikahan usia dini yang berlangsung pada perempuan dengan usia antara 15-20 tahun karena sebenarnya usia ideal menikah yang sesuai dengan pertumbuhan fisik perempuan mulai umur 21 tahun.

Kondisi angka pernikahan usia dini yang cukup tinggi menjadi salah satu alasan dicanangkannya Desa Campakawarna sebagai kampung KB.

“Desa ini memiliki riwayat tingginya pernikahan dini di 5 tahun belakangan,” ujar Dedi Hermawan, ketua Kampung KB Campakawarna. “Semenjak adanya kampung KB, kami memiliki berbagai program yang bisa membantu pencegahan untuk anak yang ingin menikah pada usia dini. Program tersebut seperti penyuluhan dari berbagai Dinas seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang memberikan penyuluhan mengenai dampak dari pernikahan usia dini,” imbuhnya.

Lebiih lanjut Dedi juga menjelaskan sejak terlaksananya program kampung KB, masyarakat mulai sadar akan program KKBPK (Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga). Hal tersebut menurutnya dilihat dari partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan, seperti kegiatan keagamaan, gotong royong, serta kemauan masyarakat menggunakan alat kontrasepsi selain pil dan suntik.

“Selain itu setelah ada kampung KB, juga ada beberapa program lainnya seperti bina keluarga lanjut usia, balita, dan remaja yang mulai aktif dengan berbagai pelayanan dan program seperti Genre (Generasi Berencana), PIKR (Pusat Informasi dan Konseling), pendidikan anak pada usia dini (PAUD) dan juga wajib belajar 12 tahun,” ungkap Dedi.

Tingginya antusiasme masyarakat untuk terlibat di dalam program tersebut berdampak langsung pada pengurangan angka pernikahan dini di Desa Cempakawarna. Tak hanya berhenti di sana, program kampung KB juga meningkatkan angka partisipasi sekolah anak-anak pada usia wajib belajar 12 tahun. Meningkatnya motivasi anak untuk belajar juga berdampak pada berkurangnya angka pernikahan dini karena anak remaja cenderung memilih sekolah daripada harus menikah di usia dini.

“Sudah tidak ada pernikahan di usia dini pada 2 tahun terakhir sejak dilaksanakan program kampung KB di Desa Campakawarna,” imbuh Dedi.

Mengusung pendekatan “Membangun dari Pinggiran”, program kampung KB yang pertama kali dicanangkan Presiden Jokowi pada 2016 yang lalu tersebut memilih Desa Campakawarna, Kecamatan Campaka Mulya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sebagai salah satu daerah sasarannya. Desa Campakawarna dipilih menjadi Kampung KB karena daerahnya terpencil dan merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat.

“Program kampung KB menyasar daerah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi dan jumlah akseptor KB yang rendah. Karenanya Desa Campakawarna dipilih menjadi salah satu daerah sasaran tersebut,”ujar H. Nofrijal S.P.,M.A, Sekretaris Utama BKKBN.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4976 seconds (0.1#10.140)