Prosesi Jamas Pusaka Tombak Wijaya Mukti

Kamis, 19 Oktober 2017 - 15:46 WIB
Prosesi Jamas Pusaka Tombak Wijaya Mukti
Prosesi Jamas Pusaka Tombak Wijaya Mukti
A A A
YOGYAKARTA - Pusaka Tombak Wijaya Mukti milik Pemkot Yogyakarta, Kamis (19/10/2017) siang dijamas oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta di halaman Balaikota. Tombak Wijaya Mukti adalah pusaka peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.

Tombak ini diberikan oleh Sultan Hamengku Buwono X kepada Pemkot Yogyakarta pada tahun 2000 silam, bertepatan dengan hari ulang tahun Pemkot Yogya ke-53. Dulunya, tombak ini dipakai oleh para prajurit Keraton di zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII.

Prosesi jamasan cukup singkat. Awalnya abdi dalem membawa Tombak Wijaya dari ruang kerja wali kota menuju halaman tengah. Pusaka selanjutnya diletakkan di atas meja.

Abdi dalem kemudian memanjatkan doa, setelah itu pusaka lantas dicuci memakai air bercampur perasan jeruk nipis dan arsenik. Tujuannya untuk membersihkan noda dan karat yang menempel pada pucuk tombak yang terbuat dari logam. Usai dicuci lalu dilap pakai serabut kayu. Secara fisik kondisi tombak masih bagus.

Di balik jamasan pusaka ini terkandung filosofi yang dalam. Kepala daerah dan pejabat yang mendapat amanah memimpin Yogyakarta diharapkan bisa selalu memberi teladan yang baik kepada masyarakat.

“Filosifinya agar wali kota dan pejabat lainnya bekerja dengan baik sesuai harapan masyarakat. Beri pelayanan dan keteladanan yang baik," kata pimpinan jamasan KRT Gondohadiningrat, di sela prosesi jamasan.

Tombak Wijaya sendiri sehari-hari ditempatkan di ruang kerja wali kota. Sesuai dengan pamornya, pusaka tersebut bermakna kemenangan sejati di semua lapisan masyarakat.

“Setiap bulan Suro dijamas, dibersihkan biar awet dan lestari. Selain fisiknya yang dirawat kita berharap itu tadi, makna filosofisnya dijalankan betul oleh para pejabat pemerintah," jelasnya.

Dalam prosesi jamasan, juga disajikan nasi ini komplit dengan lauk pauknya dan buah-buahan. Hadir dalam prosesi sejumlah pejabat Pemkot Yogya. R Panji salah seorang pegawai di lingkungan Pemkot Yogya sengaja meluangkan waktu untuk melihat prosesi jamasan tersebut.

“Saya tertarik dengan ritual budayanya. Jamasan ini bagian budaya warga Yogya yang harus dilestarikan,” ujarnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7338 seconds (0.1#10.140)