Kekeringan, Ratusan Petani Dieng Sedot Air dari Objek Wisata
A
A
A
BANJARNEGARA - Hujan yang tidak kunjung turun selama dua bulan terakhir membuat sumber mata air untuk pengairan lahan pertanian mulai mengering di kawasan Jawa Tengah. Di Dieng, Kabupaten Banjarnegara, ratusan petani terpaksa menyedot air dari objek wisata Telaga Merdada untuk menyirami tanaman kentang agar tidak mati kekurangan air.
Dampak musim kemarau dan kekeringan yang berkepanjangan membuat petani tidak punya pilihan lain. Tanaman kentang yang rata-rata baru berumur 20 hari, harus disirami setiap hari. Jika tidak, tanaman akan kekurangan air dan mudah terserang penyakit sehingga petani terancam gagal panen.
Salah satu petani, Wanto, mengatakan, cara ini membutuhkan biaya cukup mahal. Petani membutuhkan pipa paralon yang disambungkan dari telaga hingga sejauh 1 kilometer (km) ke areal perkebunan kentang. Mereka juga harus menggunakan pompa diesel untuk menyedot air. Biaya operasional setiap hari bisa mencapai Rp100.000.
“Kami lebih baik mengeluarkan uang Rp100.000 per hari daripada nanti kami harus merugi puluhan juta rupiah. Tanaman ini terpaksa kami siram karena hujan sudah tidak turun sejak dua bulan lalu. Jadi, tanaman kami semprot air pagi dan sore agar tidak mati,” kata Wanto, Sabtu (16/9/2017).
Rata-rata setiap petani membutuhkan air hingga 10.000 liter setiap harinya. Hingga saat ini, sedikitnya 100 hektare (ha) lahan tanaman kentang di Dieng, Banjarnegara, mengandalkan air telaga untuk penyiraman tanaman.
Dampak musim kemarau dan kekeringan yang berkepanjangan membuat petani tidak punya pilihan lain. Tanaman kentang yang rata-rata baru berumur 20 hari, harus disirami setiap hari. Jika tidak, tanaman akan kekurangan air dan mudah terserang penyakit sehingga petani terancam gagal panen.
Salah satu petani, Wanto, mengatakan, cara ini membutuhkan biaya cukup mahal. Petani membutuhkan pipa paralon yang disambungkan dari telaga hingga sejauh 1 kilometer (km) ke areal perkebunan kentang. Mereka juga harus menggunakan pompa diesel untuk menyedot air. Biaya operasional setiap hari bisa mencapai Rp100.000.
“Kami lebih baik mengeluarkan uang Rp100.000 per hari daripada nanti kami harus merugi puluhan juta rupiah. Tanaman ini terpaksa kami siram karena hujan sudah tidak turun sejak dua bulan lalu. Jadi, tanaman kami semprot air pagi dan sore agar tidak mati,” kata Wanto, Sabtu (16/9/2017).
Rata-rata setiap petani membutuhkan air hingga 10.000 liter setiap harinya. Hingga saat ini, sedikitnya 100 hektare (ha) lahan tanaman kentang di Dieng, Banjarnegara, mengandalkan air telaga untuk penyiraman tanaman.
(mcm)