Seru, Ratusan Pelajar SD Simak Dongeng Bahaya Bencana Banjir
A
A
A
BLORA - Ratusan pelajar kelas IV, V, dan VI sekolah dasar di Blora, Jawa Tengah antusias mendengarkan dongeng tentang bahaya dan penyebab terjadinya bencana banjir. Meski saat ini daerah mereka dilanda kekeringan akibat kemarau panjang, namun saat musim hujan bencana banjir selalu datang.
Kak Ojan yang berperan sebagai pendongeng tampak apik membawakan berbagai cerita. Sesekali dia menyisipkan pesan kepada anak-anak untuk peduli terhadap lingkungan dalam membuang sampah di tempat yang disediakan. Kepedulian lingkungan menjadi nilai yang ditanamkan sejak dini sehingga anak-anak sadar bahaya bencana banjir serta penanggulangannya.
Selain mendongeng, Kak Ojan juga mengajak anak-anak menjawab pertanyaan yang diberikan terkait dengan banjir. Mereka pun berebut menjawab pertanyaan berkaitan banjir, karena selama ini sering terdampak ketika memasuki musim hujan. "Sekarang jadi lebih paham tentang bencana alam, penyebab apa saja dan bagaimana cara mencegahnya," ujar Novi, siswa SDN Ngelo 2, Senin (11/9/2017).
Sebanyak 242 pelajar dari SDN Karangboyo 1 dan 3 serta SDN Ngelo 2 yang didampingi guru terlihat bergembira mengikuti program BNPB Mengajar. Kegiatan yang berlangsung di Balai Kelurahan Karangboyo Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora itu diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng.
Kecamatan Cepu sengaja dipilih sebagai tempat pelaksanaan kegiatan karena wilayah tersebut merupakan salah satu daerah rawan bencana, khususnya banjir. Untuk itu, anak-anak perlu dibekali pengetahuan tentang bencana banjir. Apalagi, selama ini anak-anak belum pernah mendapatkan sosialisasi bencana seperti ini.
"Kami tempatkan di sini karena wilayah ini rawan terjadi bencana khususnya banjir saat musim hujan karena luapan sungai atau kali. Harapannya anak-anak bisa mengerti dan memahami apa saja yang harus dilakukan ketika bencana tersebut terjadi. Ini salah satu bentuk pemberian pengetahuan untuk mencegah sekaligus menanggulangi bencana," ucap Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora Sri Rahayu.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat (Kapusdatinmas) BNPB Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan, budaya sadar bencana perlu ditekankan sejak usia dini. Secara umum budaya sadar bencana masyarakat Indonesia masih cukup rendah. Meski tingkat pengetahuan penanggulangan bencana meningkat, itu belum menjadi perilaku sehari-hari.
"Risiko bencana sering kali masih diabaikan dan dianggap kurang penting. Hal yang sama juga terlihat dalam kebijakan pembangunan di daerah yang belum memprioritaskan penanggulangan bencana. Akibatnya, kejadian bencana makin meningkat. Korban jiwa dan kerugian ekonomi juga masih cukup besar akibat bencana," ucapnya.
Kak Ojan yang berperan sebagai pendongeng tampak apik membawakan berbagai cerita. Sesekali dia menyisipkan pesan kepada anak-anak untuk peduli terhadap lingkungan dalam membuang sampah di tempat yang disediakan. Kepedulian lingkungan menjadi nilai yang ditanamkan sejak dini sehingga anak-anak sadar bahaya bencana banjir serta penanggulangannya.
Selain mendongeng, Kak Ojan juga mengajak anak-anak menjawab pertanyaan yang diberikan terkait dengan banjir. Mereka pun berebut menjawab pertanyaan berkaitan banjir, karena selama ini sering terdampak ketika memasuki musim hujan. "Sekarang jadi lebih paham tentang bencana alam, penyebab apa saja dan bagaimana cara mencegahnya," ujar Novi, siswa SDN Ngelo 2, Senin (11/9/2017).
Sebanyak 242 pelajar dari SDN Karangboyo 1 dan 3 serta SDN Ngelo 2 yang didampingi guru terlihat bergembira mengikuti program BNPB Mengajar. Kegiatan yang berlangsung di Balai Kelurahan Karangboyo Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora itu diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng.
Kecamatan Cepu sengaja dipilih sebagai tempat pelaksanaan kegiatan karena wilayah tersebut merupakan salah satu daerah rawan bencana, khususnya banjir. Untuk itu, anak-anak perlu dibekali pengetahuan tentang bencana banjir. Apalagi, selama ini anak-anak belum pernah mendapatkan sosialisasi bencana seperti ini.
"Kami tempatkan di sini karena wilayah ini rawan terjadi bencana khususnya banjir saat musim hujan karena luapan sungai atau kali. Harapannya anak-anak bisa mengerti dan memahami apa saja yang harus dilakukan ketika bencana tersebut terjadi. Ini salah satu bentuk pemberian pengetahuan untuk mencegah sekaligus menanggulangi bencana," ucap Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora Sri Rahayu.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat (Kapusdatinmas) BNPB Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan, budaya sadar bencana perlu ditekankan sejak usia dini. Secara umum budaya sadar bencana masyarakat Indonesia masih cukup rendah. Meski tingkat pengetahuan penanggulangan bencana meningkat, itu belum menjadi perilaku sehari-hari.
"Risiko bencana sering kali masih diabaikan dan dianggap kurang penting. Hal yang sama juga terlihat dalam kebijakan pembangunan di daerah yang belum memprioritaskan penanggulangan bencana. Akibatnya, kejadian bencana makin meningkat. Korban jiwa dan kerugian ekonomi juga masih cukup besar akibat bencana," ucapnya.
(zik)