BEACON 2017, Indonesia Bisa Jadi Raksasa Animasi Dunia

Sabtu, 26 Agustus 2017 - 19:47 WIB
BEACON 2017, Indonesia Bisa Jadi Raksasa Animasi Dunia
BEACON 2017, Indonesia Bisa Jadi Raksasa Animasi Dunia
A A A
BANDUNG - Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang ekonomi kreatif. Bahkan di subsektor animasi, Indonesia kaya akan sumber daya manusia (SDM) bertalenta di bidang ini. Jika digarap serius oleh pemerintah, tak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi raksasa animasi dunia.

Deputi Riset Edukasi dan Pengembangan Bekraf Abdul Rochim Boybrawi mengatakan, subsektor ekonomi kreatif, yakni animasi, memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Saat ini, industri animasi berada di urutan ketiga tertinggi pertumbuhannya dari 16 subsektor ekonomi kreatif lainnya, yakni 6,48%, setelah musik dan pakaian. Banyak animator Indonesia bekerja di luar negeri yang menghasilkan karya-karya kelas dunia dan belum memiliki kesempatan kembali ke Tanah Air untuk berkarya.

“Karena itu, BEACON 2017 merupakan salah satu upaya Bekraf dan pemerintah untuk memperbaiki ekosistem ekonomi kreatif, khususnya animasi di Indonesia. Terutama, di aspek sumber daya manusianya. Di acara ini kami mengundang para pelaku industrusi animasi dan para pakar. Ada talkshow dan terakhir digelar pertemuan antara animator dengan pihak televisi atau pengguna produk animasi,” kata Boybrawi, Sabtu (26/8/2017).

Sekretaris Utama Bekraf Mesdin Kornelis Simarmata menambahkan, Bekraf itu dibentuk untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia. Tujuannya, pemerintah ingin sumbangan ekonomi kreatif dalam produk domestik bruto (PDB) nasional meningkat. Tujuan lain, tenaga kerja yang diserap oleh sektor ekonomi kreatif meningkat tinggi. Saat ini, sebanyak 15 juta orang berkecimpung di sektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Selain itu, ekspor produk ekonomi kreatif semakin membesar. Bekraf berupaya agar produk ekonomi kreatif asal Indonesia dikenal di dunia dan digemari. “Jadi jangan hanya produk ekonomi kreatif negara luar yang kita kenal di Indonesia,” kata Mesdin.

Dia mengemukakan, Bekraf tengah membangun “jembatan” bagi para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia. Jembatan pertama adalah, akses terhadap permodalan. Perbankan atau pemilik modal selalu melihat bisnis dari segi risiko. Persepsi bahwa industri kreatif itu berisiko tinggi, bisa jadi karena mereka tidak kenal bidang usaha ini. Oleh karena itu, salah satu upaya Bekraf adalah membawa para pelaku ekonomi kreatif berbicara dengan orang-orang perbankan untuk member wawasan tentang industri kreatif.

“Pelaku ekonomi kreatif belum familier dengan sistem perbankan. Bekraf akan memfasilitasi para pelaku usaha kreatif mengenal sistem itu. Bekraf juga mempertemukan para pelaku ekonomi kreatif dengan para pemilik modal atau perbankan,” ujarnya.

Kedua, jembatan berupa pasar permanen. Selama ini, pasar para pelaku ekonomi kreatif bersifat ad hoc, tidak menentu, seperti fashion show, pameran dan lain-lain. Artinya, panennya sekali-sekali. Bekraf ingin membangun pasar permanen yang menjanjikan secara ekonomi bagi para pelaku usaha ekonomi kreatif ini.

Jembatan ketiga adalah mengenai hak kekayaaan intelektual (Haki). Berdasarkan data BPS, 95% pelaku ekonomi kreatif tidak mendaftarkan karyanya di Haki. Artinya, karya para pelaku ekonomi kreatif mudah bocor atau dipalsukan dan dikuasai oleh pihak lain. Setelah Bekraf selidiki, ternyata mereka tidak mampu membayar biaya pendaftaran Haki dan tidak tahu cara mendapatkannya. Bekraf akan memfasilitasi dan membiayai para pelaku ekonomi kreatif untuk mendapatkan Haki tersebut.

Ini upaya Bekraf dan pemerintah untuk menegakkan hak kekayaan inteletual para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia. Yang saat ini sedang digarap oleh Bekraf adalah satuan tugas (satgas) untuk penegakkan Haki di bidang musik. Satgas yang terdiri atas Bekraf, kepolisian, kejaksaan,dan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) ini bisa menindak para pelaku pembajakan. Kalau ini besar, Satgas Haki akan semakin besar dan kuat sehingga yang diuntungkan adalah para pelaku ekonomi kreatif.

“Kami percaya, sumber daya manusia (SDM) Indonesia punya potensi dan talenta. Namun jika jembatan ini tidak dibangun, saya yakin ekonomi kreatif dalam negeri tidak akan tumbuh. Walaupun tumbuh, tetapi tumbuhnya sporadis,” tandas Mesdin.

Sementara itu, CCO MNC Animation Mr Seung Hyun Oh atau Mr Sho melihat Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen di bidang ekonomi kreatif, khususnya animasi. Namun talenta-talenta luar biasa yang ada saat ini justru memilih bekerja di luar negeri.

“Agar dunia animasi Indonesia tumbuh pesat, pemerintah harus memberikan dukungan penuh. Misalnya, memberikan fasilitas perangkat untuk membuat animasi. Peralatan ini bisa disumbangkan ke kampus-kampus yang memiliki jurusan animasi. Saya yakin dalam lima tahun, animasi di Indonesia akan tumbuh menjadi raksasa animasi dunia,” kata Mr Sho.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8861 seconds (0.1#10.140)
pixels