Sering Makan Korban Jiwa, Jalur Pantura di Probolinggo Harus Diperlebar
A
A
A
PROBOLINGGO - Kecelakaan maut di Jalur Pantura, wilayah Pantai Bentar, Probolinggo, Jawa Timur, yang menewaskan 10 orang dan belasan korban lain luka berat, menambah daftar panjang kecelakaan di jalan ini.
Selama ini Jalur Pantura di kawasan Pantai Bentar menjadi titik rawan kecelakaan lalu lintas. Jalan ini sempit, hanya sekitar 6 meter, namun dibagi dalam dua jalur berlawanan arah. Jalan sisa peninggalan masa Gubernur Jenderal Belanda, Herman Willem Daendels ini, selalu dipadati kendaraan besar karena menjadi poros jalur utama penghubung Pulau Jawa. Tak hanya itu, kondisi aspalnya pun banyak yang bergelombang. Selain itu, penerangan jalan umum kurang.
Direktur Direktorat Lalulintas Polda Jatim, Kombes Pol Ibnu Isticha menyebutkan, jalan tersebut sudah waktunya untuk diperbaiki, mengingat arus lalu lintas di jalan ini sangat padat. “Idealnya, jalan nasional di sini sudah empat lajur sehingga memudahkan kendaraan berat untuk melintas,” ungkapnya.
Jalur ini bukan sekadar menjadi jalur distribusi barang menggunakan kendaraan berat, tetapi juga menjadi jalur wisata. Utamanya, dari Surabaya, dan Malang, menuju ke Banyuwangi, dan penyeberangan ke Pulau Bali.
Kepala Polres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifuddin menyebutkan, kecelakaan lalu lintas di kawasan ini sudah sering terjadi. H-1 Lebaran, kecelakaan hebat terjadi sekitar 1 km arah barat dari TKP kecelakaan yang terjadi Jumat (14/7) dini hari. Korbannya, enam orang meninggal dunia.
Belum ada satu bulan, Jalur Pantura di kawasan Pantai Bentar, sudah menelan 16 korban jiwa. Kecelakaan ini, menurut Arman, lebih disebabkan oleh faktor human error. “Bus hanya dioperasikan oleh satu pengemudi. Tidak ada pengemudi cadangan sehingga saat pengemudi utama lelah, tidak ada yang menggantikan. Padahal bus tersebut melayani rute jarak jauh,” tuturnya.
Kondisi yang sama juga terjadi pada truk. Selain mengangkut pakan ternak dengan bobot berlebihan, truk tersebut hanya dikemudikan satu orang, tidak ada pembantu sopir maupun sopir cadangan. Mereka juga mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi di jalur yang sempit, berbelok, dan kondisi jalan bergelombang.
Dia mengaku sudah tiga kali mengajukan surat ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, untuk segera memperlebar Jalur Pantura di sepanjang Kecamatan Gending. Tetapi, surat pengajuan tersebut hingga saat ini belum mendapatkan tanggapan. Harapannya, ruas jalan bisa ditambah lebarnya dari sekitar 6 meter menjadi 13 meter sehingga kendaraan bisa lebih leluasa melaju.
“Selama belum ada pelebaran jalan, saya mengimbau agar masyarakat pengguna jalan lebih berhati-hati. Jangan saling ngebut di jalur tersebut,” katanya.
Khusus untuk dua pengemudi yang mengalami kecelakaan lalulintas, Arman menyatakan, masih dimintai keterangan untuk melengkapi berkas-berkas berita acara pemeriksaan.
Selama ini Jalur Pantura di kawasan Pantai Bentar menjadi titik rawan kecelakaan lalu lintas. Jalan ini sempit, hanya sekitar 6 meter, namun dibagi dalam dua jalur berlawanan arah. Jalan sisa peninggalan masa Gubernur Jenderal Belanda, Herman Willem Daendels ini, selalu dipadati kendaraan besar karena menjadi poros jalur utama penghubung Pulau Jawa. Tak hanya itu, kondisi aspalnya pun banyak yang bergelombang. Selain itu, penerangan jalan umum kurang.
Direktur Direktorat Lalulintas Polda Jatim, Kombes Pol Ibnu Isticha menyebutkan, jalan tersebut sudah waktunya untuk diperbaiki, mengingat arus lalu lintas di jalan ini sangat padat. “Idealnya, jalan nasional di sini sudah empat lajur sehingga memudahkan kendaraan berat untuk melintas,” ungkapnya.
Jalur ini bukan sekadar menjadi jalur distribusi barang menggunakan kendaraan berat, tetapi juga menjadi jalur wisata. Utamanya, dari Surabaya, dan Malang, menuju ke Banyuwangi, dan penyeberangan ke Pulau Bali.
Kepala Polres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifuddin menyebutkan, kecelakaan lalu lintas di kawasan ini sudah sering terjadi. H-1 Lebaran, kecelakaan hebat terjadi sekitar 1 km arah barat dari TKP kecelakaan yang terjadi Jumat (14/7) dini hari. Korbannya, enam orang meninggal dunia.
Belum ada satu bulan, Jalur Pantura di kawasan Pantai Bentar, sudah menelan 16 korban jiwa. Kecelakaan ini, menurut Arman, lebih disebabkan oleh faktor human error. “Bus hanya dioperasikan oleh satu pengemudi. Tidak ada pengemudi cadangan sehingga saat pengemudi utama lelah, tidak ada yang menggantikan. Padahal bus tersebut melayani rute jarak jauh,” tuturnya.
Kondisi yang sama juga terjadi pada truk. Selain mengangkut pakan ternak dengan bobot berlebihan, truk tersebut hanya dikemudikan satu orang, tidak ada pembantu sopir maupun sopir cadangan. Mereka juga mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi di jalur yang sempit, berbelok, dan kondisi jalan bergelombang.
Dia mengaku sudah tiga kali mengajukan surat ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, untuk segera memperlebar Jalur Pantura di sepanjang Kecamatan Gending. Tetapi, surat pengajuan tersebut hingga saat ini belum mendapatkan tanggapan. Harapannya, ruas jalan bisa ditambah lebarnya dari sekitar 6 meter menjadi 13 meter sehingga kendaraan bisa lebih leluasa melaju.
“Selama belum ada pelebaran jalan, saya mengimbau agar masyarakat pengguna jalan lebih berhati-hati. Jangan saling ngebut di jalur tersebut,” katanya.
Khusus untuk dua pengemudi yang mengalami kecelakaan lalulintas, Arman menyatakan, masih dimintai keterangan untuk melengkapi berkas-berkas berita acara pemeriksaan.
(mcm)