Mengunjungi Sentra Pengasapan Ikan Wonosari yang Menjadi Percontohan Nasional
A
A
A
DEMAK - Sentra pengasapan ikan di Wonosari, Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah merupakan pasar percontohan nasional dalam penataan dan pengolahan pengasapan ikan. Saat KORAN SINDO/SINDOnews mengunjungi pasar yang terletak di kawasan Jalan Raya Singorejo-Wonosari, Rabu (12/7/2017), kondisinya memang berbeda dibanding pasar sejenis yang berada di Jawa bahkan Indonesia. Seperti apa aktivitas di sentra pengasapan ikan Wonosari?
Selain dikenal sebagai pusatnya budidaya perikanan yang berpadu dengan pengembangan jambu air, di Desa Wonosari yang berpenduduk 5.000 jiwa lebih ini juga merupakan sentra pengasapan ikan. Sedikitnya terdapat 80 pelaku usaha pengasapan ikan di desa yang berjarak sekitar lima kilometer dari pusat Kabupaten Demak.
Pekerjaaan mengolah berbagai macam ikan segar menjadi ikan asap sudah dilakukan anggota masyarakat setempat secara turun-temurun. Namun sejak 2010, pola dan teknik pengolahan ikan terutama ikan asap mulai berubah. Ketika itu, Pemkab Demak bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membangunkan tempat pengasapan ikan terpadu.
Pengasapan ikan tak lagi dilakukan di rumah-rumah penduduk yang seringkali menimbulkan polusi asap di perkampungan. Selain lingkungan menjadi lebih sehat, teknik pengasapan di bangunan terpadu itu juga menjadikan produk ikan asap menjadi lebih higienis.
Bupati Demak HM Natsir mengatakan, keberadaan sentra pasar pengasapan ikan di Wonosari tersebut telah meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan tentunya juga bagi Pemkab Demak. Karena itu pihaknya terus berupaya untuk mengembangkan kualitas pengelolaan pasar pengasapan ikan.
"Sentra pasar pengasapan ikan ini menjadi andalan Pemkab Demak di bidang perikanan dan perekonomian. Apalagi pasar ini telah menjadi percontohan nasional," kata Natsir.
Menurut Bupati, kemajuan bidang pengolahan ikan telah menjadikan masyarakat setempat mengalami perubahan yang cukup dratis. Kemajuan itu juga tak lepas dari keuletan warga dalam melakukan usaha pengasapan ikan.
Salah seorang perajin, Djuyamin, mengungkapkan hingga kini sekitar 80 perajin yang telah menempati bangunan tersebut. Setiap hari dari cerobong-cerobong pengasapan ikan ini diolah sekitar 10 ton ikan basah dari berbagai jenis ikan.
Ikan-ikan tersebut didatangkan pengepul dari berbagai daerah penghasil ikan seperti Rembang, Pati, Jepara, Demak, bahkan dari luar Jawa khususnya untuk ikan jenis manyung. Ikan-ikan asap jenis bandeng, pari, tongkol, lele, dan manyung ini dipasarkan ke sejumlah wijayah Jateng seperti Jepara, Grobogan, Kudus, Semarang, hingga Yogyakarta.
Seorang pedagang lapak, Imronah, mengungkapkan setiap harinya bisa mengolah ikan segar menjadi ikan asap rata-rata 80 kg. "Ikan yang masih segar setelah datang kita dibersihkan, diambil isinya, lalu dipotong-potong. Setelah itu baru diasap dengan bahan bakar batok kelapa, kayu kecil atau janggel jagung," kata Imronah.
Harga ikan asap di sini bervariasi, tergantung jenisnya. "Yang agak mahal seperti ikan manyung per kilonya Rp35.000, ikan pe (pari) Rp15.000, dan masih banyak yang lainnya," pungkas Imronah.
Selain dikenal sebagai pusatnya budidaya perikanan yang berpadu dengan pengembangan jambu air, di Desa Wonosari yang berpenduduk 5.000 jiwa lebih ini juga merupakan sentra pengasapan ikan. Sedikitnya terdapat 80 pelaku usaha pengasapan ikan di desa yang berjarak sekitar lima kilometer dari pusat Kabupaten Demak.
Pekerjaaan mengolah berbagai macam ikan segar menjadi ikan asap sudah dilakukan anggota masyarakat setempat secara turun-temurun. Namun sejak 2010, pola dan teknik pengolahan ikan terutama ikan asap mulai berubah. Ketika itu, Pemkab Demak bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membangunkan tempat pengasapan ikan terpadu.
Pengasapan ikan tak lagi dilakukan di rumah-rumah penduduk yang seringkali menimbulkan polusi asap di perkampungan. Selain lingkungan menjadi lebih sehat, teknik pengasapan di bangunan terpadu itu juga menjadikan produk ikan asap menjadi lebih higienis.
Bupati Demak HM Natsir mengatakan, keberadaan sentra pasar pengasapan ikan di Wonosari tersebut telah meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan tentunya juga bagi Pemkab Demak. Karena itu pihaknya terus berupaya untuk mengembangkan kualitas pengelolaan pasar pengasapan ikan.
"Sentra pasar pengasapan ikan ini menjadi andalan Pemkab Demak di bidang perikanan dan perekonomian. Apalagi pasar ini telah menjadi percontohan nasional," kata Natsir.
Menurut Bupati, kemajuan bidang pengolahan ikan telah menjadikan masyarakat setempat mengalami perubahan yang cukup dratis. Kemajuan itu juga tak lepas dari keuletan warga dalam melakukan usaha pengasapan ikan.
Salah seorang perajin, Djuyamin, mengungkapkan hingga kini sekitar 80 perajin yang telah menempati bangunan tersebut. Setiap hari dari cerobong-cerobong pengasapan ikan ini diolah sekitar 10 ton ikan basah dari berbagai jenis ikan.
Ikan-ikan tersebut didatangkan pengepul dari berbagai daerah penghasil ikan seperti Rembang, Pati, Jepara, Demak, bahkan dari luar Jawa khususnya untuk ikan jenis manyung. Ikan-ikan asap jenis bandeng, pari, tongkol, lele, dan manyung ini dipasarkan ke sejumlah wijayah Jateng seperti Jepara, Grobogan, Kudus, Semarang, hingga Yogyakarta.
Seorang pedagang lapak, Imronah, mengungkapkan setiap harinya bisa mengolah ikan segar menjadi ikan asap rata-rata 80 kg. "Ikan yang masih segar setelah datang kita dibersihkan, diambil isinya, lalu dipotong-potong. Setelah itu baru diasap dengan bahan bakar batok kelapa, kayu kecil atau janggel jagung," kata Imronah.
Harga ikan asap di sini bervariasi, tergantung jenisnya. "Yang agak mahal seperti ikan manyung per kilonya Rp35.000, ikan pe (pari) Rp15.000, dan masih banyak yang lainnya," pungkas Imronah.
(zik)