Radikalisme Harus Dilawan
A
A
A
MALANG - Masyarakat harus berani melawan radikalisme. Radikalisme yang cenderung menghalalkan aksi teror sebagai bagian dari gerakannya, bukan hanya tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia, tetapi juga mengganggu keamanan masyarakat.
Upaya untuk terus melawan teror, juga dilakukan aparat kepolisian. Kemarin, sebanyak 30 personel dari Satuan Bhayangkara (Sabhara), dan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Malang Kota, mengikuti latihan perlawanan teror di Markas Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jawa Timur.
Para anggota kepolisian ini, mengikuti latihan bersama anggota Brimob, untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi tindakan teror bersenjata yang mengganggu keamanan masyarakat, utamanya di tempat-tempat umum.
Mereka diberikan latihan teori dan praktik dalam penanganan perlawanan teror bersenjata, dan penanganan teror bom. Secara bergantian, anggota Sabhara, dan Satlantas, mempraktikkan cara penanganan terhadap pelaku teror bersenjata, dan memberikan perlindungan terhadap teman kerjanya saat melakukan penindakan.
Menurut Komandan Pleton 1 Kompi 4 Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jawa Timur, Iptu Nono Subagio, latihan ini untuk meningkatkan kemampuan para anggota kepolisian, yang selalu bertugas di tengah masyarakat.
Para petugas kepolisian tersebut, selain bertugas mengayomi masyarakat, juga menciptakan suasana aman. Tidak jarang, polisi menjadi sasaran tindakan teror, utamanya oleh para pelaku teror bersenjata.
Nono menyebutkan, selama ini setiap anggota kepolisian sudah memiliki kemampuan perlindungan diri, dan penanganan terhadap tindak kejahatan. "Mereka kita latih di sini, tujuannya untuk meningkatkan kemampuan yang ada, sehingga mampu melakukan penanganan secara cepat terhadap aksi teror," tegasnya.
Sementara Komandan Tim Penjinak Bom Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jatim Iptu Sumanti menyatakan, pelatihan penanganan pada aksi teror menggunakan bom, sangat penting diberikan kepada petugas di lapangan karena merekalah yang akan berhadapan pertama kali dengan aksi teror tersebut.
Pelatihan yang diberikan, adalah melakukan tindakan preventif dan penanganan pertama saat terjadi aksi teror bom. "Penanganan teror bom harus berhati-hati. Saat terjadi ledakan, tidak boleh langsung mendekat ke titik ledakan. Yang dilakukan adalah melakukan pengamanan kawasan, sehingga tidak sampai jatuh korban."
Masyarakat Harus Menjaga Keberagaman
Sebelumnya, Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siraj menyatakan, tindakan terorisme adalah musuh kemanusiaan, musuh peradaban, dan musuh akhlatul karimah. Sehingga, harus dilakukan perlawanan secara bersama-sama. "Kita harus bersatu menghadapi aksi terorisme tersebut," katanya.
Said yang ditemui seusai pengukuhan guru besar KH Ma’aruf Amin di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang (Rabu, 24/5), menyatakan sangat prihatin dengan adanya aksi terorisme di Indonesia. Dia berharap kondisi tersebut segera dihentikan. Baginya, sudah cukup masyarakat ditakuti dengan tindakan yang melawan kemanusiaan ini.
Aksi terorisme, yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya tersebut, bagi Said sebagai bentuk keputusasaan, ada pemahaman yang salah, cari jalan pintas, dan ketidak percayaan diri. "Islam adalah agama yang mulia, tentunya harus berjuang dengan cara-cara mulia," ujarnya.
Sementara, Presiden RI Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja di Kota Malang (24/5) menyatakan, negara Indonesia penuh keanekaragaman. Tentunya keanekaragaman tersebut harus terus dijaga dan bersatu dengan rukun.
Orang nomor satu di Indonesia tersebut menyatakan, Indonesia negara besar terdiri dari 17 ribu pulau, 34 provinsi, dan 516 kabupaten/kota. "Kita mempunyai 714 suku, ada berbagai agama, dan memiliki 1.100 lebih bahasa lokal. Kita ini beranekaragam. Itu sudah takdir Tuhan. Kita harus sadari hal ini secara bersama. Yang paling penting kita harus bersatu."
Upaya untuk terus melawan teror, juga dilakukan aparat kepolisian. Kemarin, sebanyak 30 personel dari Satuan Bhayangkara (Sabhara), dan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Malang Kota, mengikuti latihan perlawanan teror di Markas Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jawa Timur.
Para anggota kepolisian ini, mengikuti latihan bersama anggota Brimob, untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi tindakan teror bersenjata yang mengganggu keamanan masyarakat, utamanya di tempat-tempat umum.
Mereka diberikan latihan teori dan praktik dalam penanganan perlawanan teror bersenjata, dan penanganan teror bom. Secara bergantian, anggota Sabhara, dan Satlantas, mempraktikkan cara penanganan terhadap pelaku teror bersenjata, dan memberikan perlindungan terhadap teman kerjanya saat melakukan penindakan.
Menurut Komandan Pleton 1 Kompi 4 Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jawa Timur, Iptu Nono Subagio, latihan ini untuk meningkatkan kemampuan para anggota kepolisian, yang selalu bertugas di tengah masyarakat.
Para petugas kepolisian tersebut, selain bertugas mengayomi masyarakat, juga menciptakan suasana aman. Tidak jarang, polisi menjadi sasaran tindakan teror, utamanya oleh para pelaku teror bersenjata.
Nono menyebutkan, selama ini setiap anggota kepolisian sudah memiliki kemampuan perlindungan diri, dan penanganan terhadap tindak kejahatan. "Mereka kita latih di sini, tujuannya untuk meningkatkan kemampuan yang ada, sehingga mampu melakukan penanganan secara cepat terhadap aksi teror," tegasnya.
Sementara Komandan Tim Penjinak Bom Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jatim Iptu Sumanti menyatakan, pelatihan penanganan pada aksi teror menggunakan bom, sangat penting diberikan kepada petugas di lapangan karena merekalah yang akan berhadapan pertama kali dengan aksi teror tersebut.
Pelatihan yang diberikan, adalah melakukan tindakan preventif dan penanganan pertama saat terjadi aksi teror bom. "Penanganan teror bom harus berhati-hati. Saat terjadi ledakan, tidak boleh langsung mendekat ke titik ledakan. Yang dilakukan adalah melakukan pengamanan kawasan, sehingga tidak sampai jatuh korban."
Masyarakat Harus Menjaga Keberagaman
Sebelumnya, Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siraj menyatakan, tindakan terorisme adalah musuh kemanusiaan, musuh peradaban, dan musuh akhlatul karimah. Sehingga, harus dilakukan perlawanan secara bersama-sama. "Kita harus bersatu menghadapi aksi terorisme tersebut," katanya.
Said yang ditemui seusai pengukuhan guru besar KH Ma’aruf Amin di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang (Rabu, 24/5), menyatakan sangat prihatin dengan adanya aksi terorisme di Indonesia. Dia berharap kondisi tersebut segera dihentikan. Baginya, sudah cukup masyarakat ditakuti dengan tindakan yang melawan kemanusiaan ini.
Aksi terorisme, yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya tersebut, bagi Said sebagai bentuk keputusasaan, ada pemahaman yang salah, cari jalan pintas, dan ketidak percayaan diri. "Islam adalah agama yang mulia, tentunya harus berjuang dengan cara-cara mulia," ujarnya.
Sementara, Presiden RI Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja di Kota Malang (24/5) menyatakan, negara Indonesia penuh keanekaragaman. Tentunya keanekaragaman tersebut harus terus dijaga dan bersatu dengan rukun.
Orang nomor satu di Indonesia tersebut menyatakan, Indonesia negara besar terdiri dari 17 ribu pulau, 34 provinsi, dan 516 kabupaten/kota. "Kita mempunyai 714 suku, ada berbagai agama, dan memiliki 1.100 lebih bahasa lokal. Kita ini beranekaragam. Itu sudah takdir Tuhan. Kita harus sadari hal ini secara bersama. Yang paling penting kita harus bersatu."
(zik)