Warga Kampung Ini Merindukan Aliran Listrik dan Pasokan Air Bersih
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Sebuah kampung di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, tidak tersentuh pembangunan selama 70 tahun. Kampung itu tak teraliri listrik. Pasokan air bersih pun tak ada.
Kampung yang terisolasi ini terletak di Kelurahah Baru, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kobar. "Di sini ada 13 rumah. Dihuni 13 KK, ada 75 jiwa. Semuanya warga dari keturunan Dayak Pasir Panjang. Mata pencaharian warga berkebun dan beternak," ujar Tia (35), warga setempat, saat ditemui MNC Media, Senin (22/5/2017).
Kampung ini berjarak 1,7 kilometer dari jalan poros Ahmad Yani, Pangkalan Bun atau 11 kilometer dari jantung Kota Pangkalan Bun. Masuk ke kampung ini harus melewati kebun sawit dan jalan yang terjal sepanjang 1 kilometer. Hanya 200 meter jalan yang teraspal.
"Yah, beginilah nasib kita. Puluhan tahun tak tersentuh pembangunan. Mau mengeluh sama siapa lagi. Sudah segala cara kita tempuh tapi tak membuahkan hasil," kata Tia.
Menurut Tia, saat malam hari kampung ini gelap gulita. "Penerangan hanya menggunakan lampu teplok (lampu minyak). Kebutuhan air harus ambil 800 meter ke sungai yang dibuat warga sendiri. MCK dan masak pakai air itu."
Warga berharap pemerintah daerah segera membangun jaringan listrik dan air sumur bor sebagai kebutuhan utama untuk menjalani aktivitas sehari-hari. "Kepada Ibu Bupati Kobar Nurhidayah yang baru dilantik pagi ini di Palangka Raya, kami mohon dibantu listrik dan air bersih. Dua itu saja dulu kebutuhan yang mendesak," ujar seorang warga setempat, Linda (40), yang sedang memandikan anaknya di sungai.
Kampung yang terisolasi ini terletak di Kelurahah Baru, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kobar. "Di sini ada 13 rumah. Dihuni 13 KK, ada 75 jiwa. Semuanya warga dari keturunan Dayak Pasir Panjang. Mata pencaharian warga berkebun dan beternak," ujar Tia (35), warga setempat, saat ditemui MNC Media, Senin (22/5/2017).
Kampung ini berjarak 1,7 kilometer dari jalan poros Ahmad Yani, Pangkalan Bun atau 11 kilometer dari jantung Kota Pangkalan Bun. Masuk ke kampung ini harus melewati kebun sawit dan jalan yang terjal sepanjang 1 kilometer. Hanya 200 meter jalan yang teraspal.
"Yah, beginilah nasib kita. Puluhan tahun tak tersentuh pembangunan. Mau mengeluh sama siapa lagi. Sudah segala cara kita tempuh tapi tak membuahkan hasil," kata Tia.
Menurut Tia, saat malam hari kampung ini gelap gulita. "Penerangan hanya menggunakan lampu teplok (lampu minyak). Kebutuhan air harus ambil 800 meter ke sungai yang dibuat warga sendiri. MCK dan masak pakai air itu."
Warga berharap pemerintah daerah segera membangun jaringan listrik dan air sumur bor sebagai kebutuhan utama untuk menjalani aktivitas sehari-hari. "Kepada Ibu Bupati Kobar Nurhidayah yang baru dilantik pagi ini di Palangka Raya, kami mohon dibantu listrik dan air bersih. Dua itu saja dulu kebutuhan yang mendesak," ujar seorang warga setempat, Linda (40), yang sedang memandikan anaknya di sungai.
(zik)