Ini Rahasia Nenek Sarti yang Masih Bugar di Usia 115 Tahun
A
A
A
PANGANDARAN - Seorang Nenek bernama Sarti yang berdomisili Dusun/Desa Pagergunung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran ini diyakini telah berumur 115 tahun. Nenek Sarti yang lahir pada tahun 1902 ini mengaku menjadi salah satu saksi pembangunan jalur jalan kereta api dari Kota Banjar hingga Kabupaten Pangandaran tepatnya di Kecamatan Cijulang pada jaman Belanda.
“Ketika saya gadis sedang berlangsung pembangunan jalur kereta api arah Banjar ke Cijulang, waktu itu banyak pekerja dari Desa Pagergunung yang harus kerja rodi,” kata Nenek Sarti.
Saat ditanya umurnya yang hingga saat ini mencapai 115 tahun Nenek Sarti mengaku jarang mengonsumsi makanan yang mengandung kimia atau makanan sajian instan.
“Sehari-hari saya hanya makan hasil masakan bumi seperti dedaunan yang direbus dan umbi yang digodog,” tambahnya.
Selain itu Nenek Sarti menambahkan bahwa dirinya rutin bangun tidur pada pertengahan malam juga menjelang waktu Salat Subuh.
“Kalau bangun malam saya selalu salat tahajud dan setelah itu tidur lagi lalu bangun sebelum menjelang waktu Salat Subuh sehingga badan terasa segar,” paparnya.
Nenek Sarti menjelaskan, aktivitas bangun malam dia lakukan semenjak usianya masih muda hingga sekarang, bahkan ketika itu jika hendak melakukan aktivitas mandi dan berwudhlu harus pergi ke sungai yang berada di belakang rumahnya.
Salah satu anak ke empat Nenek Sarti bernama Ningsih (64) mengatakan, Nenek Sarti memiliki empat anak dari almarhum Aki Kalsam.
“Dari ke empat anak ibu saya diantaranya Rasti (85); Suni (79) Almarhum Nipi dan terakhir saya Ningsih,” kata Ningsih.
Ningsih menambahkan, di kampung halamannya tempat dia tinggal sudah tidak ada lagi orang yang usianya sebaya dengan Nenek Sarti. Bahkan sewaktu-waktu Ningsih sering mendengarkan ceritra lokal dan adat istiadat yang saat ini mulai pudar.
“Banyak ceritra dan sejarah lokal yang dia ceritakan kepada saya terutama tentang tradisi orang zaman dulu yang saat ini mulai punah,” tambahnya.
Ditempat terpisah Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Aceng Hasim menjelaskan, berkaitan dengan kelahiran Nenek Sarti dimungkinkan saat usia mudanya Nenek Sarti mengalami pembangunan jalur jalan kereta api.
“Pembangunan kereta api di wilayah Pangandaran mulai dikerjakan sekitar tahun 1914 serta kereta api mulai beroperasi tahun 1921 sedangkan Nenek Sarti lahir tahun 1902,” kata Aceng.
“Artinya Nenek Sarti mengalami masa muda sekitar tahun 1915-1920 dan itu cukup rasional, karena masa itu sedang gencar pembangunan jalur kereta di wilayah Pangandaran,” pungkas Aceng.
“Ketika saya gadis sedang berlangsung pembangunan jalur kereta api arah Banjar ke Cijulang, waktu itu banyak pekerja dari Desa Pagergunung yang harus kerja rodi,” kata Nenek Sarti.
Saat ditanya umurnya yang hingga saat ini mencapai 115 tahun Nenek Sarti mengaku jarang mengonsumsi makanan yang mengandung kimia atau makanan sajian instan.
“Sehari-hari saya hanya makan hasil masakan bumi seperti dedaunan yang direbus dan umbi yang digodog,” tambahnya.
Selain itu Nenek Sarti menambahkan bahwa dirinya rutin bangun tidur pada pertengahan malam juga menjelang waktu Salat Subuh.
“Kalau bangun malam saya selalu salat tahajud dan setelah itu tidur lagi lalu bangun sebelum menjelang waktu Salat Subuh sehingga badan terasa segar,” paparnya.
Nenek Sarti menjelaskan, aktivitas bangun malam dia lakukan semenjak usianya masih muda hingga sekarang, bahkan ketika itu jika hendak melakukan aktivitas mandi dan berwudhlu harus pergi ke sungai yang berada di belakang rumahnya.
Salah satu anak ke empat Nenek Sarti bernama Ningsih (64) mengatakan, Nenek Sarti memiliki empat anak dari almarhum Aki Kalsam.
“Dari ke empat anak ibu saya diantaranya Rasti (85); Suni (79) Almarhum Nipi dan terakhir saya Ningsih,” kata Ningsih.
Ningsih menambahkan, di kampung halamannya tempat dia tinggal sudah tidak ada lagi orang yang usianya sebaya dengan Nenek Sarti. Bahkan sewaktu-waktu Ningsih sering mendengarkan ceritra lokal dan adat istiadat yang saat ini mulai pudar.
“Banyak ceritra dan sejarah lokal yang dia ceritakan kepada saya terutama tentang tradisi orang zaman dulu yang saat ini mulai punah,” tambahnya.
Ditempat terpisah Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Aceng Hasim menjelaskan, berkaitan dengan kelahiran Nenek Sarti dimungkinkan saat usia mudanya Nenek Sarti mengalami pembangunan jalur jalan kereta api.
“Pembangunan kereta api di wilayah Pangandaran mulai dikerjakan sekitar tahun 1914 serta kereta api mulai beroperasi tahun 1921 sedangkan Nenek Sarti lahir tahun 1902,” kata Aceng.
“Artinya Nenek Sarti mengalami masa muda sekitar tahun 1915-1920 dan itu cukup rasional, karena masa itu sedang gencar pembangunan jalur kereta di wilayah Pangandaran,” pungkas Aceng.
(sms)