Batam Luncurkan Peleke Nui, Kapal Floating Dock dari Beton Terbesar di Dunia
A
A
A
SAGULUNG - Kota Batam yang dikenal sebagai kota industri kembali membuat produk kapal tercanggih dan terbesar di dunia. Melalui PT Canuarta Star Marine (CSM), kapal jenis Floating Dock yang terbuat dari coran semen (beton) terbesar di dunia dibuat pertama kali di Batam, di PT Karyasindo Samudra Biru (KSB).
Kapal yang dibangun sejak awal 2016 tersebut diberi nama 'Peleke Nui' dengan panjang 138 meter, lebar 46 meter, dan bobot 15.500 metrik ton. Kapal ini mempunyai fungsi sebagai kapal Floating Dock yang berguna untuk memperbaiki kapal di atas laut. Meskipun jenis kapal Floating Dock sudah banyak di produksi di negara maju dan berkembang, kapal Peleke Nui yang dibuat oleh PT CSM ini memiliki keunggulan kapasitas yang lebih besar dari jenis kapal yang sudah ada.
Selain itu, kapal yang merupakan pesanan sebuah perushaan di Amerika Marisco Limited juga mempunyai keunggulan daya tahan hingga 20 Tahun. Hal tersebut sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kapal yang terbuat dari besi baja yang hanya bertahan sekitar lima tahun. "Hari Kamis (4/5) kapal akan diberangkatkan ke Hawai, Amerika, dengan estimasi waktu perjalanan selama 23 hari," kata Direktur Utama PT CSM, Canuarta.
Canuarta menuturkan, kapal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi perusahaan dan industri kota Batam. Dengan rampungnya pembangunan kapal berbahan dasar coran semen tersebut, Indonesia akan dikenal di dunia dengan pembuatan kapal terbaik. "Buatan kita lebih baik dari negara lain yang pernah membuat jenis kapal serupa, seperti Mynamar, Cina, Filipina, Singapura, dan Malaysia," ujarnya.
Kapal ini dikerjakan oleh 500 pekerja lokal dan tenaga ahli dari luar tersebut di disain dan dirancang oleh Iran, dengan menghabiskan 4.500 kubik semen. "Bagian dasar semuanya dari coran semen, baru bagian tengah ke atas dari besi. Bagian dasar itu fungsinya menjadi lokasi docking berukuran 120 meter," kata Canuarta.
Meskipun terbuat dari bahan semen, kapal tersebut mampu mengapung di permukaan air dan menampung dua unit kapal. Kapal ini menggunakan sistem benam di dalam air, agar kapal yang akan diperbaiki bisa masuk. "Jika kapal yang diperbaik sudah masuk maka dia bisa muncul kembali ke permukaan laut," terang Canuarta.
Menurut dia, dari para ahli yang merancang bangun kapal, coran semen untuk bagian dasar kapal jauh lebih kuat dan awet ketimbang pakai besi. "Kalau coran semen bisa tahan sampai 20 tahun. Makanya Amerika mau yang seperti itu. Kalau besi lima tahun saja sudah docking," ujarnya.
Canuarta optimistis, dengan selesainya kapal Peleke Nui, industri galangan kapal di Batam sudah tak diragukan lagi. Paslanya Industri galangan kapal Batam bisa bersaing dengan industri lain dengan mampu memproduksi kapal-kapal berteknologi tinggi. "Semoga kedepan semakin sukses lagi industri kapal di Kita Batam," katanya.
Sementara Lim Sing Tian, perwakilan Engineering & Construction Pte Ltd menuturkan, meskipun jenis kapal ini pernah dibuatnya di Singapura, namun kapal ini memiliki teknogi lebih canggih dibanding kapal sebelumnya. "Kualitasnya tentu lebih baik dari yang sudah pernah ada. Kapal ini juga lebih stabil pada cuaca dibanding kapal yang terbuat dari bahan baja," sebutnya.
Kapal yang dibangun sejak awal 2016 tersebut diberi nama 'Peleke Nui' dengan panjang 138 meter, lebar 46 meter, dan bobot 15.500 metrik ton. Kapal ini mempunyai fungsi sebagai kapal Floating Dock yang berguna untuk memperbaiki kapal di atas laut. Meskipun jenis kapal Floating Dock sudah banyak di produksi di negara maju dan berkembang, kapal Peleke Nui yang dibuat oleh PT CSM ini memiliki keunggulan kapasitas yang lebih besar dari jenis kapal yang sudah ada.
Selain itu, kapal yang merupakan pesanan sebuah perushaan di Amerika Marisco Limited juga mempunyai keunggulan daya tahan hingga 20 Tahun. Hal tersebut sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kapal yang terbuat dari besi baja yang hanya bertahan sekitar lima tahun. "Hari Kamis (4/5) kapal akan diberangkatkan ke Hawai, Amerika, dengan estimasi waktu perjalanan selama 23 hari," kata Direktur Utama PT CSM, Canuarta.
Canuarta menuturkan, kapal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi perusahaan dan industri kota Batam. Dengan rampungnya pembangunan kapal berbahan dasar coran semen tersebut, Indonesia akan dikenal di dunia dengan pembuatan kapal terbaik. "Buatan kita lebih baik dari negara lain yang pernah membuat jenis kapal serupa, seperti Mynamar, Cina, Filipina, Singapura, dan Malaysia," ujarnya.
Kapal ini dikerjakan oleh 500 pekerja lokal dan tenaga ahli dari luar tersebut di disain dan dirancang oleh Iran, dengan menghabiskan 4.500 kubik semen. "Bagian dasar semuanya dari coran semen, baru bagian tengah ke atas dari besi. Bagian dasar itu fungsinya menjadi lokasi docking berukuran 120 meter," kata Canuarta.
Meskipun terbuat dari bahan semen, kapal tersebut mampu mengapung di permukaan air dan menampung dua unit kapal. Kapal ini menggunakan sistem benam di dalam air, agar kapal yang akan diperbaiki bisa masuk. "Jika kapal yang diperbaik sudah masuk maka dia bisa muncul kembali ke permukaan laut," terang Canuarta.
Menurut dia, dari para ahli yang merancang bangun kapal, coran semen untuk bagian dasar kapal jauh lebih kuat dan awet ketimbang pakai besi. "Kalau coran semen bisa tahan sampai 20 tahun. Makanya Amerika mau yang seperti itu. Kalau besi lima tahun saja sudah docking," ujarnya.
Canuarta optimistis, dengan selesainya kapal Peleke Nui, industri galangan kapal di Batam sudah tak diragukan lagi. Paslanya Industri galangan kapal Batam bisa bersaing dengan industri lain dengan mampu memproduksi kapal-kapal berteknologi tinggi. "Semoga kedepan semakin sukses lagi industri kapal di Kita Batam," katanya.
Sementara Lim Sing Tian, perwakilan Engineering & Construction Pte Ltd menuturkan, meskipun jenis kapal ini pernah dibuatnya di Singapura, namun kapal ini memiliki teknogi lebih canggih dibanding kapal sebelumnya. "Kualitasnya tentu lebih baik dari yang sudah pernah ada. Kapal ini juga lebih stabil pada cuaca dibanding kapal yang terbuat dari bahan baja," sebutnya.
(wib)