Terjun Bebas dari Lantai Tiga, Bujangan Tua Temui Ajal
A
A
A
MEDAN - Diduga karena stres, seorang bujangan tua yang diketahui bernama Supaino alias Asiong, 45 tahun, nekat terjun bebas dari lantai tiga rumahnya di Jalan Karantina, Kecamatan Medan Timur, Sabtu (26/11).Bujangan yang usianya mendekati setengah abad itu diduga nekat lompat dari lantai tiga rumahnya karena stres, tidak memiliki pekerjaan dan mengidap penyakit kejiwaan. "Untuk sementara, kita menduga korban ini bunuh diri," kata Kanit Reskrim Polsekta Medan Timur, Inspektur Polisi Satu (IPTU) M Ainul Yaqin, Sabtu.Kendati korban diketahui melompat dari lantai tiga rumahnya, namun polisi tetap melakukan pemeriksaan termasuk menurunkan tim identifikasi dari Polrestabes Medan. "Indikasi dan dugaan lain kan tetap ditelusuri," ujar Ainul Yaqin.Setelah korban diidentifikasi, petugas kemudian mengevakuasi jenazah ke Rumah Sakit DR Pirngadi Medan untuk diautopsi.
Di samping memeriksa jasad korban, petugas juga telah memeriksa sejumlah saksi termasuk kedua orangtua korban, Alwi alias Ahuo dan Mariana. Selain itu, Kepala Lingkungan (Kepling) setempat juga turut diperiksa Polisi sebagai saksi.
"Saksi dari keluarga korban sudah kita mintai keterangan, termasuk Kepling. Berdasarkan keterangan pihak keluarga, korban memiliki riwayat penyakit kejiwaan dan sudah beberapa kali dirawat di salah satu RS di kawasan Jalan Iskandar Muda," tandas Ainul Yaqin.
Sementara, Marudut, salah satu warga yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, korban terjun bebas dari lantai tiga dan jatuh tepat di halaman rumahnya. "Korban melompat dari jendela rumahnya ke bawah. Aku tak menyangka, senekat itu korban melompat. Soalnya, beberapa saat sebelum itu, korban tampak sedang melihat ke bawah rumahnya. Namun, tiba-tiba dia sudah melompat," katanya.
Karena itu, sambung dia, warga yang berada di sekitar lokasi langsung heboh dan mendatangi areal rumah korban. "Kondisi korban sangat mengenaskan, darah segar mengalir hingga ke parit. Apalagi suasana saat itu sedang hujan, sementara orangtua korban tidak tahu karena berada di dalam rumahnya," ujarnya.
Setelah warga berdatangan, masih kata Marudut, kedua orangtua korban baru ke luar dari rumahnya dan melihat kondisi anaknya yang sudah tewas mengenaskan. "Kedua orangtua korban itu tahunya setelah warga ramai menyaksikan kejadian itu. Tak lama kemudian, polisi tiba di lokasi untuk melakukan olah TKP dan membawa jasad korban ke RS Pirngadi untuk divisum," tukasnya.
Warga lainnya, Rini menyebutkan, selama ini tidak ada warga di sekitar yang mengetahui persis kondisi korban. Sebab, anggota keluarga korban merupakan orang yang sangat tertutup terhadap tetangga. Sedangkan korban juga selalu mengurung diri di dalam rumahnya. "Memang keluarga korban itu bukan orang yang terbuka bagi tetangganya. Apalagi korban, jarang kelihatan dan terus mengurung diri di dalam rumahnya," kata dia.
Memang, tambah Rini, orangtua korban sudah tergolong tua. Sehingga, lebih memilih untuk tinggal di rumah. "Orangtua korban memang sudah tua. Mungkin karena itu jarang dia keluar rumah, kecuali membawa anaknya untuk berobat. Itulah interaksinya dengan warga sekitar," pungkas Rini.
Di samping memeriksa jasad korban, petugas juga telah memeriksa sejumlah saksi termasuk kedua orangtua korban, Alwi alias Ahuo dan Mariana. Selain itu, Kepala Lingkungan (Kepling) setempat juga turut diperiksa Polisi sebagai saksi.
"Saksi dari keluarga korban sudah kita mintai keterangan, termasuk Kepling. Berdasarkan keterangan pihak keluarga, korban memiliki riwayat penyakit kejiwaan dan sudah beberapa kali dirawat di salah satu RS di kawasan Jalan Iskandar Muda," tandas Ainul Yaqin.
Sementara, Marudut, salah satu warga yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, korban terjun bebas dari lantai tiga dan jatuh tepat di halaman rumahnya. "Korban melompat dari jendela rumahnya ke bawah. Aku tak menyangka, senekat itu korban melompat. Soalnya, beberapa saat sebelum itu, korban tampak sedang melihat ke bawah rumahnya. Namun, tiba-tiba dia sudah melompat," katanya.
Karena itu, sambung dia, warga yang berada di sekitar lokasi langsung heboh dan mendatangi areal rumah korban. "Kondisi korban sangat mengenaskan, darah segar mengalir hingga ke parit. Apalagi suasana saat itu sedang hujan, sementara orangtua korban tidak tahu karena berada di dalam rumahnya," ujarnya.
Setelah warga berdatangan, masih kata Marudut, kedua orangtua korban baru ke luar dari rumahnya dan melihat kondisi anaknya yang sudah tewas mengenaskan. "Kedua orangtua korban itu tahunya setelah warga ramai menyaksikan kejadian itu. Tak lama kemudian, polisi tiba di lokasi untuk melakukan olah TKP dan membawa jasad korban ke RS Pirngadi untuk divisum," tukasnya.
Warga lainnya, Rini menyebutkan, selama ini tidak ada warga di sekitar yang mengetahui persis kondisi korban. Sebab, anggota keluarga korban merupakan orang yang sangat tertutup terhadap tetangga. Sedangkan korban juga selalu mengurung diri di dalam rumahnya. "Memang keluarga korban itu bukan orang yang terbuka bagi tetangganya. Apalagi korban, jarang kelihatan dan terus mengurung diri di dalam rumahnya," kata dia.
Memang, tambah Rini, orangtua korban sudah tergolong tua. Sehingga, lebih memilih untuk tinggal di rumah. "Orangtua korban memang sudah tua. Mungkin karena itu jarang dia keluar rumah, kecuali membawa anaknya untuk berobat. Itulah interaksinya dengan warga sekitar," pungkas Rini.
(nug)