Mesin ATM di Masjid Salman ITB Ini Mengeluarkan Beras
A
A
A
BANDUNG - Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jalan Ganesha, Kota Bandung, memiliki alat canggih untuk menyalurkan beras zakat bagi mustahiq atau penerima zakat. Alat itu disebut ATM beras.
Bentuk dari mesin ATM itu hampir mirip ATM pada umumnya, tapi dengan versi lebih besar beberapa centimeter.
Bedanya, mustahiq tinggal menempelkan kartu khusus. Tak lama kemudian, akan keluar beras pada bagian bawah sebanyak 2 liter dalam sekali pengambilan.
Manajer Penelitian dan Pengembangan Rumah Amal Salman ITB Romi Hardiyansyah mengatakan penggunaan mesin ATM beras itu didasarkan karena adanya program amal sembako di Masjid Salman ITB.
"Di sisi lain, ada alumni Salman ITB sekaligus alumni ITB juga yang punya ide soal ATM beras ini. Karena keduanya saling berjalan satu sama lain, kita menyambut baik keinginan beliau untuk menyimpan ATM beras di sini. ATM ini memang bukan ide dari Masjid Salman, tapi dikombinasikan," kata Romi saat ditemui di lokasi, Jumat (25/11/2016).
Dengan adanya ATM beras, menurutnya penyaluran beras kepada mustahiq menjadi lebih mudah. Dari sisi tenaga, tidak perlu banyak orang untuk mengoperasikannya. Sebab ATM itu hanya tinggal diisi beras.
Karena keluar dari mesin, beras juga tidak perlu dikemas secara konvensional seperti yang dilakukan selama ini.
Mustahiq tinggal membawa plastik atau wadah dari rumah untuk membawa beras tersebut. Dari proses administrasi, pengurus juga lebih dimudahkan karena data tersimpan secara digital.
"Dari pengerjaan dan pendataan, alat ini memudahkan kami dalam menyalurkan beras," jelasnya.
Romi mengatakan, ATM beras itu mulai beroperasi sejak Selasa (22/11/2016). Alat itu beroperasi setiap hari, kecuali hari senin yang dipakai untuk melakukan perawatan mesin.
Adapun untuk pengguna ATM beras itu hanya mustahiq yang sudah terdata oleh pengurus Rumah Amal Salman ITB.
Total mustahiq ada 53 yang merupakan warga sekitar dan mahasiswa ITB. Tapi sejauh ini baru 49 yang bisa mengambil beras melalui mesin itu.
Setiap mustahiq diberi jatah beras 16 liter per bulan. Waktu pengambilannya pun dijadwal dua kali dalam seminggu dengan sekali pengambilan sebanyak 2 liter. Dengan cara seperti itu, tidak akan terjadi penumpukan antrean mustahiq di lokasi.
"Mustahiq juga bisa mengambil beras di sini kapan saja, mau pagi, siang, sore, malam, bisa dilakukan, asalkan di hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal," ujarnya.
Sementara untuk kapasitas ATM beras tersebut, total mampu menampung 240 liter atau sekira 200 kilogram.
"Di dalam mesinnya juga terdapat sensor, jadi kita bisa tahu sisa berasnya ada berapa banyak lagi. Pada ketinggian tertentu juga ada pemberitahuan dia harus diisi ulang," tutur Romi.
Dijelaskannya, pengurus Rumah Amal Salman ITB sudah memberikan pelatihan pada mustahiq agar bisa menggunakan ATM beras tersebut.
"Jadi mustahiqnya kita kasih training dulu. Namanya pindah ke yang lebih canggih, tentu harus ada demo dulu. Setelah dijelaskan, mereka mengerti," ucap Romi.
Bentuk dari mesin ATM itu hampir mirip ATM pada umumnya, tapi dengan versi lebih besar beberapa centimeter.
Bedanya, mustahiq tinggal menempelkan kartu khusus. Tak lama kemudian, akan keluar beras pada bagian bawah sebanyak 2 liter dalam sekali pengambilan.
Manajer Penelitian dan Pengembangan Rumah Amal Salman ITB Romi Hardiyansyah mengatakan penggunaan mesin ATM beras itu didasarkan karena adanya program amal sembako di Masjid Salman ITB.
"Di sisi lain, ada alumni Salman ITB sekaligus alumni ITB juga yang punya ide soal ATM beras ini. Karena keduanya saling berjalan satu sama lain, kita menyambut baik keinginan beliau untuk menyimpan ATM beras di sini. ATM ini memang bukan ide dari Masjid Salman, tapi dikombinasikan," kata Romi saat ditemui di lokasi, Jumat (25/11/2016).
Dengan adanya ATM beras, menurutnya penyaluran beras kepada mustahiq menjadi lebih mudah. Dari sisi tenaga, tidak perlu banyak orang untuk mengoperasikannya. Sebab ATM itu hanya tinggal diisi beras.
Karena keluar dari mesin, beras juga tidak perlu dikemas secara konvensional seperti yang dilakukan selama ini.
Mustahiq tinggal membawa plastik atau wadah dari rumah untuk membawa beras tersebut. Dari proses administrasi, pengurus juga lebih dimudahkan karena data tersimpan secara digital.
"Dari pengerjaan dan pendataan, alat ini memudahkan kami dalam menyalurkan beras," jelasnya.
Romi mengatakan, ATM beras itu mulai beroperasi sejak Selasa (22/11/2016). Alat itu beroperasi setiap hari, kecuali hari senin yang dipakai untuk melakukan perawatan mesin.
Adapun untuk pengguna ATM beras itu hanya mustahiq yang sudah terdata oleh pengurus Rumah Amal Salman ITB.
Total mustahiq ada 53 yang merupakan warga sekitar dan mahasiswa ITB. Tapi sejauh ini baru 49 yang bisa mengambil beras melalui mesin itu.
Setiap mustahiq diberi jatah beras 16 liter per bulan. Waktu pengambilannya pun dijadwal dua kali dalam seminggu dengan sekali pengambilan sebanyak 2 liter. Dengan cara seperti itu, tidak akan terjadi penumpukan antrean mustahiq di lokasi.
"Mustahiq juga bisa mengambil beras di sini kapan saja, mau pagi, siang, sore, malam, bisa dilakukan, asalkan di hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal," ujarnya.
Sementara untuk kapasitas ATM beras tersebut, total mampu menampung 240 liter atau sekira 200 kilogram.
"Di dalam mesinnya juga terdapat sensor, jadi kita bisa tahu sisa berasnya ada berapa banyak lagi. Pada ketinggian tertentu juga ada pemberitahuan dia harus diisi ulang," tutur Romi.
Dijelaskannya, pengurus Rumah Amal Salman ITB sudah memberikan pelatihan pada mustahiq agar bisa menggunakan ATM beras tersebut.
"Jadi mustahiqnya kita kasih training dulu. Namanya pindah ke yang lebih canggih, tentu harus ada demo dulu. Setelah dijelaskan, mereka mengerti," ucap Romi.
(nag)