HT Kunjungi Sentra Industri Gitar

Selasa, 06 September 2016 - 22:39 WIB
HT Kunjungi Sentra Industri...
HT Kunjungi Sentra Industri Gitar
A A A
SUKOHARJO - CEO MNC Group yang juga Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) membuat ratusan warga Dukuh Gedangan, Desa Mancasan, Kecamatan Baki, Sukoharjo gembira. Karena, tokoh nasional tersebut selama ini hanya dilihat di televisi dan kemarin bisa dilihat secara langsung oleh warga yang sebagian besar merupakan perajin gitar.

"OOOO, itu to Pak Hary. Lha selama ini cuma lihat di televisi," ujar Payem (65) sembari mengejar HT untuk diajak bersalaman, Selasa (6/9/2016).

Mengetahui ada sejumlah ibu-ibu yang mengejarnya, HT pun lantas berhenti dan menyalami ibu-ibu tersebut. Bahkan, ada juga ibu-ibu yang mengajak HT untuk berfoto bersama. HT pun memenuhi ajakan warga yang ingin berfoto bersama dirinya.

Kunjungan ke sentra industri gitar di Desa Mancasan tersebut memang tidak terlalu lama. Bersama rombongan yang terdiri dari sejumlah pengurus DPP dan DPW Partai Perindo. Rombongan pengurus DPP dan DPW tersebut usai menghadiri pelantikan DPRT se-Kabupaten Sukoharjo.

Saat tiba di Desa Mancasan sekitar pukul 17.00 WIB, HT langsung diarahkan untuk melihat dari dekat proses membuat gitar di rumah salah satu perajin gitar Suhono di RT 02/11, Dukuh Kembangan.

Suhono sendiri memberi penjelasan secara langsung pada HT setiap proses yang dilakukan perajin dalam produksi gitar.

Dalam kunjungan tersebut, HT bahkan menyempatkan diri memetik senar gitar. Dalam penjelasannya pada HT, Suhono mengaku dengan empat orang karyawan dirinya bisa memproduksi 60 gitar dalam satu hari.

Namun, jumlah 60 gitar tersebut untuk gitar yang sederhana."Kalau untuk gitar yang lebih rumit paling hanya 36 unit per hari," papar Suhono pada HT.

Dia juga menjelaskan jika selama ini gitarnya diproduksi dari beberapa jenis kayu. Seperti kayu Pinus, Mahoni, Sono, dan juga Triplek.

Dari sejumlah bahan baku gitar tersebut, Suhono mengaku jika gitar dengan bahan baku kayu Sono merupakan gitar yang paling mahal. Selama ini, gitar produksinya dijual dengan harga antara Rp250.000 hingga Rp550.000.

"Gitar ini saya kirim ke Jakarta, Mojokerto dan juga Blitar. Saya kirim ke agen," ujarnya. Dia juga mengakui jika selama ini gitar yang dia jual belum menggunakan merek.

Biasanya, ujar Suhono, para agen yang mendapat kiriman gitarnya yang memasang merek tersendiri. Jadi, dirinya hanya sekadar memasok gitar tanpa merek pada agen. "Biasanya agen yang pesan gitar sudah punya merek sendiri," timpalnya.

Mendapat penjelasan tersebut, HT terlihat mengangguk-angguk. Sesekali HT terlihat bertanya pada Suhono terkait gitar produksinya. HT juga sempat diajak melihat ke lokasi pengolahan kayu sebelum diolah menjadi gitar.

Perajin gitar lainnya Sihono Utomo dalam kesempatan itu mengajukan permohonan pada HT agar para perajin bisa di bina secara langsung oleh MNC Group.

Menurutnya, produk gitar dari Desa Mancasan harganya sudah cukup tinggi meski kualitasnya belum sebanding.

Terkait permintaan perajin gitar tersebut, HT menyampaikan, agar perajin semakin berkembang harus rajin.
Menurutnya, selama ini produk gitar yang dijual pasti tanpa menggunakan merek dan dijual dalam jumlah besar. Penjualan tanpa menggunakan merek tersebut otomatis merugikan perajin sendiri.

"Padahal, agen penjualan hanya menambah merek saja untungnya bisa lebih besar," ujarnya. Menurut HT, penjualan sebuah produk tanpa merek dan produk bermerek tentunya berbeda.

Dengan memberi merek, ujarnya, produk yang dijual akan memiliki nilai tambah. Kondisi itulah yang dimanfaatkan agen yang selama ini menerima pasokan gitar dari Desa Mancasan.

HT mencontohkan, dari keterangan perajin, per gitar memberikan keuntungan Rp40 ribu. Padahal, agen yang sekadar menempel merek bisa meraup untung Rp100 ribu. Kondisi itulah yang kadang dilupakan perajin di Indonesia dan dimanfaatkan oleh agen penjualan.

Agar bisa berkembang, HT juga menyarankan agar perajin bersatu dan mencari lokasi strategis untuk memasarkan produknya.

Lokasi tersebut tentunya harus di kota besar dan produk gitar yang dijual harus menggunakan merek. Dengan bersatunya perajin, otomatis biaya yang dikeluarkan bisa ditanggung bersama.

"Bisa juga dijual secara online atau e-comerce. Tentunya harus dikemas dengan baik agar menarik minat pembeli," ujarnya.

HT menambahkan, agar produk gitar Mancasan, Baki semakin berkembang, kualitas produk harus tetap dijaga. Selain itu, juga dibutuhkan inovasi agar produk semakin menarik pembeli.

HT tidak ingin produk yang dihasilkan hanya monoton karena akan membosankan. "Pesan saya ada dua, pertama jaga kualitas dan kedua mengembangkan jalur distribusi tanpa menghilangkan jalur distribusi yang sudah ada," tambahnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1374 seconds (0.1#10.140)