Dilarang Makan Banyak, Arya si Bocah Obesitas Menangis sampai Berguling

Selasa, 12 Juli 2016 - 11:19 WIB
Dilarang Makan Banyak,...
Dilarang Makan Banyak, Arya si Bocah Obesitas Menangis sampai Berguling
A A A
BANDUNG - Arya Permana jadi perhatian berbagai media nasional dan asing. Itu karena bocah 10 tahun asal Karawang itu mengalami obesitas. Bahkan, obesitasnya berbeda dari obesitas pada umumnya. Bobot tubuhnya mencapai 190 kilogram.

Ade Somantri (40), ayah Arya, bercerita soal kehidupan anaknya yang tumbuh tidak lazim. Arya terlahir normal. Saat lahir, bobotnya sekitar 3,8 kilogram.

Seiring berjalannya waktu, Arya tumbuh sebagaimana anak-anak lainnya. Ia hidup normal hingga usia 4 tahun. Tapi setelah itu, bobot tubuhnya tidak diduga akan cepat membesar.

"Anak kami dari lahir kemudian tumbuh dengan normal. Tapi memasuki usia 4-5 tahun, berat badannya bertambah drastis," ujar Ade di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung.

Nafsu makan Arya pun terus meningkat dari waktu ke waktu. Dampaknya, di usia antara 8 tahun berat badannya tumbuh hingga 72 kilogram. Padahal, bobot idealnya adalah di bawah 50 kilogram.

Kondisi itu semakin parah. Hingga usia 10 tahun, pelan-pelan bobotnya bertambah hingga 100 kilogram, 140 kilogram, bahkan kini menjadi 190 kilogram. Bahkan ia pernah mencapai bobot 192 kilogram beberapa bulan lalu.

Sebelum berkonsultasi dengan dokter di Karawang, Ade mengaku selama ini selalu menuruti keinginan sang anak terkait pola makannya. Dalam sehari, Arya mampu makan hingga lima kali. Itu belum termasuk camilan dan buah-buahan. Pisang misalnya, dalam sehari bisa makan sampai delapan, sementara apel bisa sampai empat buah.

Pelan-pelan, pola makan Arya mulai diubah setelah mendengar saran dari dokter. Kini, ia hanya makan sehari tiga kali sejak satu setengah bulan terakhir. Sisanya, ia lebih sering makan pisang atau buah-buahan lain sebagai pengganjal lapar.

Soal kebiasaan makan anaknya, selama ini Ade mengaku kesulitan mengaturnya. Seperti kebanyakan anak seusianya, ia akan mengamuk jika keinginannya tidak dipenuhi.

"Kalau dilarang (makan banyak) suka nangis sampai guling-guling," ungkapnya.

Tapi ia berusaha memberi penjelasan. Arya pun perlahan mengerti dan mau berubah, terutama dari segi pola makan dan porsinya.

Arya kini menjalani perawatan di RSHS setelah sebelumnya sempat dirawat di Karawang dan dua kali dirawat di RSHS. Perawatan di RSHS kali ini adalah yang ketiga. Di sana, ia akan mengikuti berbagai program, termasuk diet dan olahraga. Tujuannya adalah mengembalikan kondisi fisik Arya hingga kembali normal.

Ade pun memiliki harapan agar sang anak bisa memiliki tubuh yang ideal. Sehingga Arya bisa menjalani seluruh aktivitasnya dengan normal.

Sebab saat ini, kondisi fisik yang besar membuat Arya kesulitan beraktivitas. Dalam setahun terakhir, Arya bahkan tidak bisa pergi ke sekolah. Itu karena berjalan 10 langkah saja ia sudah ngos-ngosan.

Proses belajar pun terpaksa diubah dengan cara gurunya datang ke rumah. Dengan begitu, Arya bisa tetap mendapatkan pendidikan dari gurunya.

Di sekolah, Arya sendiri memiliki prestasi cukup bagus. Sejak kelas satu hingga dua SD, ia selalu ranking pertama di kelasnya. Ia tergolong anak cerdas di sekolah.

Tapi kondisi fisik memaksanya tak bisa pergi ke sekolah. Prestasinya pun tak seperti dulu. Meski begitu, Arya tak putus asa. Ia tetap bersemangat untuk menimba ilmu meski tidak bisa pergi ke sekolah. "Dia semangat kalau belajar," ucap Ade.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1206 seconds (0.1#10.140)