Bayi Miskin Penderita Gizi Buruk Meninggal Tanpa Perawatan
A
A
A
SIDRAP - Seorang warga miskin penderita gizi buruk di Jalan Andi Pasittai, Kelurahan Bangkai, Kecamatan Watang Pulu Lawawoi, Sidrap, Sulawesi Selatan meninggal dunia akibat tidak mendapatkan pengobatan medis.
Bayi malang itu adalah Nurul Hidayah, putri kedua dari pasangan Sukardi dan Suwarti. Bayi berusia satu tahun itu menderita gizi buruk dan meninggal justru di daerah penghasil beras tertinggi di kawasan timur Indonesia.
Suwarti, ibu kandung bayi menuturkan, anaknya menderita gizi buruk sejak lahir dan selama ini dirinya tak pernah sama sekali membawa anaknya berobat ke dokter lantaran tak memiliki biaya.
Bayi malang itu hanya diberi susu sampai usia empat bulan. Karena tak mampu lagi membeli susu, Suwarti hanya bisa memberikan air teh kepada anaknya sebagai pengganti susu.
Suwarti dan anaknya hanya menumpang di gubuk reot milik pamannya yang bernama Labenggnga. Di gubuk reot berukuran tiga kali empat persegi itu, dirinya tinggal dengan sembilan orang anggota keluarganya.
Meskipun mengantongi Kartu Tanda Penduduk (KTP) sang nenek tak pernah mendapatkan jatah beras miskin atau kartu jaminan kesehatan dari pemerintah daerah setempat.
Dia mengaku jika dirinya pernah didata oleh petugas kesehatan setempat, namun janji medapatkan beras raskin maupun kartu jaminan kesehatan tak kunjung datang.
Sementara itu pihak Dinas Kesehatan Sidrap membantah jika bayi Nurul Hidayah itu masuk kategori gizi buruk. Pihaknya menilai, Nurul masih tergolong garis merah atau bayi kurus.
Kepala Dinas Kesehatan Sidrap Muminah mengakui, Nurul pernah mendapat penanganan dari petugas kesehatan setempat. Namun karena orangtua sang bayi pindah domisili, akhirnya petugas kesehatan kehilangan kontak.
Sungguh sebuah ironi. Di daerah penghasil beras terbesar di kawasan timur Indonesia, seorang warga meninggal akibat menderita gizi buruk.
Bayi malang itu adalah Nurul Hidayah, putri kedua dari pasangan Sukardi dan Suwarti. Bayi berusia satu tahun itu menderita gizi buruk dan meninggal justru di daerah penghasil beras tertinggi di kawasan timur Indonesia.
Suwarti, ibu kandung bayi menuturkan, anaknya menderita gizi buruk sejak lahir dan selama ini dirinya tak pernah sama sekali membawa anaknya berobat ke dokter lantaran tak memiliki biaya.
Bayi malang itu hanya diberi susu sampai usia empat bulan. Karena tak mampu lagi membeli susu, Suwarti hanya bisa memberikan air teh kepada anaknya sebagai pengganti susu.
Suwarti dan anaknya hanya menumpang di gubuk reot milik pamannya yang bernama Labenggnga. Di gubuk reot berukuran tiga kali empat persegi itu, dirinya tinggal dengan sembilan orang anggota keluarganya.
Meskipun mengantongi Kartu Tanda Penduduk (KTP) sang nenek tak pernah mendapatkan jatah beras miskin atau kartu jaminan kesehatan dari pemerintah daerah setempat.
Dia mengaku jika dirinya pernah didata oleh petugas kesehatan setempat, namun janji medapatkan beras raskin maupun kartu jaminan kesehatan tak kunjung datang.
Sementara itu pihak Dinas Kesehatan Sidrap membantah jika bayi Nurul Hidayah itu masuk kategori gizi buruk. Pihaknya menilai, Nurul masih tergolong garis merah atau bayi kurus.
Kepala Dinas Kesehatan Sidrap Muminah mengakui, Nurul pernah mendapat penanganan dari petugas kesehatan setempat. Namun karena orangtua sang bayi pindah domisili, akhirnya petugas kesehatan kehilangan kontak.
Sungguh sebuah ironi. Di daerah penghasil beras terbesar di kawasan timur Indonesia, seorang warga meninggal akibat menderita gizi buruk.
(san)